BALI – Desa Jatiluwih di Kabupaten Tabanan memiliki pemandangan alam yang patut dilihat oleh wisatawan saat berlibur di Bali.
Salah satu pemandangan yang bisa dilihat selama berada di desa wisata tersebut adalah pemandangan sawahnya.
“Di Jatiluwih bisa melihat pemandangan alam dan para petani lokal yang melakukan aktivitas sehari-hari seperti menanam padi, serta melihat air terjun,” kata Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali, I Nyoman Nuarta, kepada Kompas.com, Rabu (9/9/2020).
Pada 29 Juni 2020, Google Doodle menampilkan keindahan subak yang juga dikenal sebagai sistem irigasi tradisional sawah di Bali.
Keindahan subak di Bali membuatnya menjadi salah satu tempat yang kerap dikunjungi wisatawan.
Subak Desa Jatiluwih merupakan warisan budaya tak benda yang ditetapkan oleh UNESCO pada 2012. Subak adalah sesuatu yang diwariskan dari generasi ke generasi
Tidak heran jika Subak Jatiluwih terlihat indah karena ditangani oleh masyarakat setempat yang sudah ahli.
Berkunjung dan berfoto-foto di sana mungkin akan memberi pengalaman yang menarik tersendiri.
Selain karena pemandangan sawah yang indah, namun sistem irigasinya memiliki nilai tersendiri.
Adapun nilai yang dimaksud adalah nilai agama Hindu termasuk Tri Hita Karana atau falsafah hidup harmonis antara Tuhan, manusia, dan alam.
Sambil menikmati persawahan terasering yang masuk dalam sistem pengairan subak, wisatawan juga bisa melihat hamparan perbukitan dan pepohonan rindang di sekitarnya.
“Sama seperti Tegallalang, tapi daerahnya lebih bagus di Jatiluwih,” ungkap Nyoman.
Belajar bertani
Tidak hanya sekadar berswafoto ria sambil menikmati pemandangan sawah, pengunjung yang datang ke Desa Jatiluwih juga bisa belajar bertani.
Melalui konsep wisata agro, masyarakat setempat menawarkan pembelajaran terkait pertanian, subak, dan aktivitas lainnya yang berkaitan dengan pertanian seperti menanam padi.
Jelajah keliling desa
Jika ingin menikmati seluruh keindahan Desa Jatiluwih, wisatawan bisa berkeliling menggunakan sepeda yang disewakan oleh masyarakat setempat.
Tidak hanya itu, pengunjung juga bisa trekking di beberapa area yang telah disediakan di sana. Jika lelah, kamu bisa istirahat sebentar di beberapa warung milik warga.
Beli produk beras merah khas jatiluwih
Salah satu faktor yang membuat subak Jatiluwih ditetapkan sebagai warisan budaya UNESCO adalah Padi Bali merah, varietas padi lokal yang ditanam di sana.
Desa tersebut merupakan produsen utama beras merah. Warna, bau, dan rasa dari beras tersebut terbilang cukup berbeda karena tidak menggunakan pestisida.
Saat berkunjung ke sana, beras merah dan teh beras merah merupakan oleh-oleh andalan khas Desa Jatiluwih.
Berkunjung ke pura kuno
Tidak jauh dari areal persawahan adalah Pura Luhur Sri Rambut Sedana. Pura yang dipercaya sebagai tempat untuk memohon kesejahteraan, kemakmuran, dan kesuburan tersebut terletak di lereng Gunung Batukaru.
Pura Luhur Sri Rambut Sedana dikatakan sebagai situs purbakala karena sudah ada sejak zaman dulu. Hal tersebut karena hingga saat ini masih belum diketahui kapan pura dibangun.
Memiliki ketinggian 700 meter dari permukaan laut (mdpl), udara di sekitar pura terbilang sejuk. Tidak hanya itu, pura tersebut menawarkan pemandangan yang asri karena dikelilingi oleh perkebunan milik masyarakat setempat.
Ada air terjun tersembunyi
Tidak jauh dari kawasan wisata Jatiluwih adalah Air Terjun Yeh Hoo yang tersembunyi di balik tegalan. Jalur menuju ke sana tidak sulit, kamu hanya perlu menuruni anak tangga saja.
Waktu tempuh yang dibutuhkan untuk menuruni anak tangga tersebut terbilang cukup singkat. Kamu tidak perlu buru-buru karena pemandangan di sepanjang jalan tidak kalah indahnya.
Setibanya di anak tangga terakhir, pengunjung sudah bisa melihat derasnya air yang mengalir melalui bebatuan besar.
Kendati atraksi wisata utamanya adalah Air Terjun Yeh Hoo, namun di sana juga terdapat air terjun kecil yang berhadapan dengan sawah.
Sumber air kedua air terjun tersebut berbeda. Di mana sumber air dari Air Terjun Yeh Hoo adalah pegunungan, aliran air terjun kecil berasal dari dalam tanah.
Air Terjun Yeh Hoo yang memiliki ketinggian sekitar 8 meter dikelilingi oleh bebatuan dan pepohonan rindang. Indahnya panorama alam tersebut mungkin akan membuatmu betah untuk berlama-lama di sana.
Pada masa pandemi seperti saat ini, pastikan saat berkunjung tetap melakukan protokol kesehatan pencegahan Covid-19, yaitu dengan mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, serta tidak bepergian jika demam atau suhu tubuh di atas 37,3 derajat Celsius.