I Wayan Sucita awalnya terlibat dalam penjualan sayur dan buah-buahan dari petani di Kintamani. Namun, ia juga menemukan permintaan yang tinggi untuk bibit hasil pertanian. Dalam upaya mengatasi hal tersebut, ia mencoba menjual bibit dengan menanam satu hingga dua bedeng dan memiliki stok sebanyak 50 ribu bibit. Meskipun hanya 10 ribu bibit yang terjual dan sisanya terbuang, Sucita tetap bersemangat dan melihatnya sebagai pengalaman berharga. Ia memutuskan untuk mempersiapkan diri dengan lebih baik di masa mendatang dengan mengatur jadwal penyemaian bibit yang tepat sebelum musim hujan tiba.
I Wayan Sucita belajar tentang pembuatan bibit secara mandiri dengan berbagai cara. Ia aktif berdiskusi dengan teman-teman, termasuk ahli pertanian dari Baturiti. Ia juga menggunakan internet untuk mencari informasi lebih lanjut. I Wayan Sucita berhasil menjual bibit cabai, termasuk cabai besar dan cabai kecil Klungkung. Karena permintaan yang tinggi, ia mulai menawarkan bibit tomat, kubis, terong, mentimun, bunga gemitir, bunga ratna, dan bunga pacah atau pacar air. Bibit-bibit ini berhasil didistribusikan ke seluruh daerah di Bali, memperluas pasar bibitnya.
Selain masyarakat lokal, wisatawan mancanegara juga menunjukkan minat yang besar dalam pembelian bibit, terutama bibit organik seperti rosemary dan rosella. Bibit-bibit organik ini memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang peduli dengan makanan sehat dan gaya hidup berkelanjutan. Namun, tantangan dalam produksi bibit tanaman organik memang lebih kompleks dibandingkan dengan bibit tanaman non-organik. Pertumbuhan bibit organik seringkali lebih sulit dan tidak sekuat bibit non-organik. Misalnya, dari 1.000 bibit yang disemai, hanya sekitar 200 bibit yang berhasil tumbuh dengan baik. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti kualitas benih organik, kondisi lingkungan, dan perlindungan tanaman yang tepat. Produksi bibit organik juga membutuhkan pengelolaan yang lebih ketat. Tanaman organik membutuhkan kondisi lingkungan yang sesuai, seperti paparan sinar matahari yang cukup dan kelembapan udara yang optimal. Selain itu, pemilihan benih organik yang berkualitas tinggi sangat penting untuk memastikan bibit yang dihasilkan memiliki potensi tumbuh dengan baik tanpa bahan kimia berbahaya.
Dalam memilih bibit yang berkualitas, I Wayan Sucita berbagai tips bagi pembeli atau pemula. Terutama di masa pandemi COVID-19, banyak orang yang mulai berkebun di rumah. Beberapa tips yang diberikan antara lain pilihlah bibit yang kondisinya masih hijau pekat dan segar, hindari bibit yang berwarna kuning dan keriting, perhatikan kondisi daun bibit, pastikan tidak ada bercak atau kerusakan pada daun, dan daunnya harus dalam kondisi mulus. Periksa juga kekokohan batang bibit, pastikan batangnya kuat dan tidak lemas. Jika memiliki keterbatasan lahan, bisa menggunakan polybag dengan ukuran yang lebih besar sebagai wadah untuk menanam bibit. Rajinlah memberikan pupuk agar bibit tumbuh dengan baik. Bisa juga mencoba metode hidroponik, dengan memilih tanaman yang cocok untuk tumbuh dalam media tersebut, karena tidak semua tanaman dapat menggunakan metode hidroponik.
Edukasi yang tak kalah penting, pada saat bibit akan dipindahkan ke lingkungan yang berbeda, I Wayan Sucita biasanya menanyakan lokasi atau kondisi tempat di mana bibit akan ditanam. Jika daerah tersebut memiliki kondisi yang panas, ia akan memilih bibit dengan batang yang lebih tua atau lebih kuat. Hal ini bertujuan agar bibit dapat lebih mudah beradaptasi dengan suhu yang tinggi. Selain itu, I Wayan Sucita juga memberikan saran kepada pembeli untuk memberikan perawatan yang tepat setelah bibit dipindahkan. Salah satunya adalah dengan memberikan nutrisi tambahan kepada bibit sebelum ditanam di lingkungan baru. Ini dilakukan untuk memberikan kekuatan ekstra pada bibit agar dapat menghadapi perubahan lingkungan dengan lebih baik. I Wayan Sucita juga memberikan edukasi kepada pembeli mengenai pentingnya penyiraman yang cukup, terutama saat bibit baru ditanam di daerah yang panas. Penyiraman yang tepat akan membantu mengatasi panas dan menjaga kelembaban tanah yang dibutuhkan oleh bibit.
Di tengah era yang semakin maju dan pariwisata mulai menggeliat pasca-pandemi, I Wayan Sucita optimis bahwa pertanian akan terus menjadi kebutuhan penting yang tak terbantahkan. Terlebih melihat semangat dan minat yang tumbuh di kalangan generasi muda, terutama di daerah Kintamani, dalam terlibat dalam dunia pertanian. Ia mengamati bahwa pada generasi sebelumnya, mungkin kurangnya minat terhadap pertanian pada usia yang sama dengan I Wayan Sucita. Kenyataan ini menginspirasi I Wayan Sucita dan dia memberikan apresiasi yang besar terhadap semangat dan ketertarikan para anak muda dalam dunia pertanian. Dia melihat perkembangan ini sebagai dorongan positif yang memberikan harapan bagi masa depan pertanian yang lebih baik. Dengan kehadiran generasi muda yang terlibat dalam pertanian akan membawa energi baru, inovasi, dan pemikiran segar yang dapat mengubah paradigma pertanian tradisional.