
“Jauh lebih rendah dari yang diperkirakan,” tulis laporan UNCTAD. Adapun, aliran FDI ke negaranegara Asia hanya turun 12% karena terbantu oleh kuatnya investasi dari Tiongkok. Pada semester pertama ini FDI yang mengalir ke negara-negara Asia berkontribusi lebih dari separuh FDI global. Di sisi lain, investasi dalam bentuk merger dan akuisisi lintas negara sepanjang kuartal III tahun ini nilainya mencapai US$ 319 miliar.
Merger dan akuisisi di negara-negara maju turun sebesar 21%, namun penurunan tersebut akan lebih dalam jika tidak terbantu aktivitas pada industri digital. World Investment Report (WIR), UNCTAD memperkirakan pandemi menyebabkan investasi global tahun ini turun hingga 40% secara tahunan dibandingkan posisi pada 2019 yang mencapai US$ 1,54 triliun. Artinya total FDI global akan berada di bawah US$ 1 triliun untuk pertama kalinya sejak 2005. Sementara pada 2021 FDI diperkirakan turun antara 5-10%. Baru pada tahun 2022, ada kemungkinan FDI kembali ke level sebelum pandemi Covid-19 namun pada skenario optimisme tertinggi.
“Outlook ke depan masih sangat tidak pasti. Prospeknya masih tergantung pada durasi krisis kesehatan, dan efektivitas kebijakan negara-negara untuk meredam dampak ekonomi dari pandemi,” tulis laporan tersebut. Adapun sektor-sektor yang semakin dilirik di masa pandemi ini, menurut laporan tersebut, yaitu sektor yang berkaitan dengan sustainable development goals (SDGs) alias ekonomi berkelanjutan. Dari 10 sektor dalam SDGs, enam di antaranya menikmati lonjakan investasi yang signifikan. Keenam sektor tersebut yaitu infrastruktur, mitigasi perubahan iklim, pertanian, kesehatan, telekomunikasi, dan ekosistem serta biodiversitas.
Prospek Cerah Investasi Indonesia
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) realisasi investasi Indonesia hingga kuartal III tahun ini sudah kembali naik, setelah turun cukup dalam sejak ditemukannya kasus pertama Covid-19 pada Maret lalu. Total realisasi investasi hingga kuartal III tahun ini mencapai Rp 611,6 triliun atau naik 1,7% secara tahunan dari Rp 601,3 triliun pada periode yang sama 2019, terutama didorong oleh penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Namun, penanaman modal asing (PMA) kuartal III masih turun 5,1% menjadi sebesar Rp 301,7 triliun dari Rp 317,8 triliun periode yang sama 2019. Sebaliknya penanaman modal dalam negeri (PMDN) naik hingga 9,3% menjadi Rp 309,9 triliun dari Rp 283,5 triliun. Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menjelaskan, tren investasi asing pada kuartal III meningkat pada sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya. Sementara itu sektor pilihan investor dalam negeri di antaranya sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi. “Ini merupakan sinyal positif bahwa investor asing mulai yakin terhadap kebijakan yang dilakukan pemerintah Indonesia,” kata dia melalui keterangan tertulis beberapa waktu lalu. Setelah pemulihan yang relatif cepat tersebut, prospek investasi ke Indonesia pada 2021 pun cukup cerah, menurut laporan JP Morgan yang bertajuk “Make Indonesia Great Again”.Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan Henry Wibowo memprediksi aliran FDI ke Indonesia pada 2021 menyentuh rekor tertingginya. “Kami sangat optimis,” ujarnya.
Sektor Usaha Unggulan