Berbeda dengan wilayah di selatan Bali yang erat kaitannya dengan industri pariwisata, daerah Bali Utara memiliki potensi besar pada industri peternakan dan pertanian. Usaha ternak bertumbuh pesat di Kota Singaraja maupun di kecamatan lainnya, baik itu peternakan ayam, bebek, hingga hewan berkaki empat seperti babi. Inilah suatu potensi yang digarap secara serius oleh Ketut Selamet. Pengusaha asal Desa Munduk yang meraih sukses melalui usaha penjualan pakan dan obat-obatan khusus ternak dan kemudian mengembangkan ke bisnis sembako.
Memiliki latar belakang kedua orangtua merupakan wirausahawan, Ketut Selamet pun mantap mengikuti jejak mereka. Sejak duduk di bangku kuliah, ia sudah mencoba merintis usaha dengan menjadi penyalur pakan dan obat ternak di seputaran wilayah Pemaron, Singaraja. Kala itu di tahun 90-an, geliat usaha peternakan sedang ada di titik jaya. Akibatnya ia pun merasakan dampak positif yakni pesanan produk yang mulai meningkat.
Menurut Ketut Selamet, jenis peternakan yang marak bertumbuh di seputaran ibukota Kabupaten Buleleng itu yaitu dari jenis ayam. Baik ayam petelur maupun jenis pedaging. Segmentasi marketnya didominasi oleh kalangan peternak skala kecil, karena ia menyediakan sistem penjualan produk secara ecer maupun grosir. Selain itu untuk merk-merk yang dipasarkan termasuk terjangkau agar dapat menjangkau taget marker ekonomi menengah ke bawah.
Selain menyediakan pakan dan obat-obatan untuk ternak dengan mengusung nama UD. Selamat, Ketut Selamet juga menjual pupuk bagi para petani. Sama seperti penjualan kebutuhan industri peternakan, ia juga melakukan penyesuaian harga jual produk pertanian terhadap daya beli masyarakat di daerahnya. Namun dari segi kualitas, ia tak mau main-main. Dirinya tetap mengutamakan mutu kualitas produk yang dijual agar tetap menjaga loyalitas para pelanggan setianya.
Belakangan, Ketut Selamet mulai melirik peluang di bisnis grosir dan retail sembako. Tepatnya di tahun 2018, ia mendirikan toko sembako berdampingan dengan toko pakan ternak miliknya. Salah satu item produk yang paling diburu adalah beras. Ketut Selamet mengatakan bahwa merk beras yang diminati masyarakat setempat adalah jenis yang didatangkan dari luar Bali. Namun, bagi sebagaian pelanggannya beras Bali tidak kalah diminati karena memiliki cita rasa yang berbeda.
Meski dirinya memutuskan untuk mengikuti langkah orang tua untuk terjun ke dunia usaha, tidak demikian yang ia harapkan dari sang buah hati tercinta. Ia justru membebaskan sang anak dalam memilih karier di masa depan. Dari sekian banyak pilihan profesi yang ada, buah hati dari pernikahannya bersama Ni Ketut TOKOH 25 Suryani kini memilih untuk melanjutkan pendidikan ke Fakultas Kedokteran. Hal ini pun didukung sepenuhnya oleh Ketut Selamet sepanjang sang anak mau bertanggung jawab terhadap pilihan yang diambil.
Sebagai pengusaha lokal yang ikut berkontribusi dalam perputaran ekonomi di daerahnya, Ketut Selamet berharap agar pihak yang berwenang dalam mengatur regulasi perdagangan agar lebih gencar mensosialisasikan merk produk yang tidak memiliki ijin edar. Selama ini dirinya cukup kesulitan mengakses informasi terkait hal tersebut. Harapannya dengan kemajuan teknologi komunikasi yang ada saat ini agar ada sebuah bank data yang bisa diakses siapa pun terkait produk peternakan maupun pertanian yang memiliki ijin edar atau tidak sehingga ia bisa menghindari penjualan produk tak berizin.