Gianyar – Salah satu pemandangan rutin setiap akhir pekan di depan Pura Hyang Sangkur, Pantai Lembeng, Desa Adat Ketewel, Gianyar, adalah warga melakukan terapi pasir pantai. Warga sekitar kerap duduk meluruskan kaki dan menimbunnya dengan pasir pantai. Ternyata, menurut warga setempat, itu adalah terapi tradisional untuk penderita penyakit tertentu.
“Ini terapi tradisional untuk orang-orang yang menderita penyakit tertentu, contohnya saya,” sebut Wayan Warna, warga Ketewel saat ditemui di depan Pura Hyang Sangkur, Minggu (29/5/2022).
Ia mengaku sudah menderita diabetes selama lima tahun, dan kerap merasa tidak enak pada kedua kakinya saat berjalan, sehingga sebulan belakangan ini melakukan terapi pasir pantai. Wayan menambahkan, warga setempat meyakini bahwa kaki yang dikubur dengan pasir pantai yang hangat dapat menjadi terapi yang meredakan penyakit di tubuh mereka.
“Saya sudah satu bulan menjalani ini (terapi pasir pantai, red). Rasanya (kaki) jadi agak ringan,” sambungnya.
Sebelumnya, ia merasa ada keanehan dengan kedua kakinya saat berjalan, yang diistilahkannya dengan ‘terasa gelisah’. “Lalu setelah rajin tutupi kaki dengan pasir begini, saya merasa agak mendingan,” imbuhnya.
Sementara itu, warga lainnya bernama Ketut Sumiran, yang duduk berselonjor tak jauh dari tempat Wayan juga menyatakan hal serupa. “Kalau saya asam urat sehingga kaki ini sering terasa nyeri. Kemudian saya rajin begini (terapi pasir pantai, red) selama lebih kurang dua bulan ini cukup banyak meringankan rasa nyeri,” ucapnya.
Meski melakukan terapi pasir, mereka menyatakan tetap rutin konsumsi obat dokter. Hanya saja, mereka percaya bahwa melakukan terapi pasir pantai dapat mengurangi efek-efek lain dari penyakit yang mereka derita. “Contohnya saya, nyeri di kaki. Sudah minum obat tapi masih suka datang rasa nyeri itu. Jadi saya jalani saja baik itu minum obat maupun terapi pasir pantai,” kata Ketut Sumiran.
Menurutnya, menimbun kaki dengan pasir ini tak harus di depan Pura Hyang Sangkur saja, tetapi bisa dilakukan di pasir pantai manapun yang terus menerus kena sinar matahari. Asalkan ada tempat nyaman untuk duduk. “Ini ada tembok yang melindungi saya dari terik matahari saat duduk. Tapi kaki tetap berselonjor di bawah pasir panas,” imbuh Wayan Warna. (*)
Source: detik