Dibalik ‘keistimewaan’ seseorang, sejatinya ada kelebihan yang perlu terungkap. I Ketut Gede Yudantara pun percaya akan hal tersebut, karena ia pribadi telah mengalaminya sendiri. Pengalaman semasa kecil, yang mengalami keterlambatan untuk berjalan, tak serta merta menjadi sebuah hambatan yang bersifat fatal bagi perjalanan hidupnya. Justru ia telah menerima pelajaran, bahwa setiap orang tercipta di dunia, disertai dengan kelebihan dan kekurangan yang mana berhak mendapat kesempatan untuk bicara dan didengar. Inilah salah satu kunci kesuksesannya, menjadi pengusaha perkebunan teh yang open minded, inklusif dan profesional di “Brew Me”.
Asli Desa Lebih Gianyar, yang lahir pada 30 September 1955, I Ketut Gede Yudantara memainkan perannya sebagai anak pedagang yang memiliki mental juang dalam mengenyam pendidikan. Lulus dari pendidikan SD hingga SMA di Gianyar, ia tak pernah absen dari memperoleh juara kelas maupun juara umum. Yudantara remaja, kemudian melanjutkan kuliah di Yogyakarya pada tahun 1977 hingga tamat 1982 dari Agronomi di Sekolah Tinggi Pertanian (STIPER) yang kini bernama INSTIPER (Institut Pertanian).
Dari Yogya, Yudantara hijrah ke Riau bekerja di ranah yang sesuai dengan latar belakangnya, di bidang perkebunan sejak 1983-1986. Di perkebunan tersebut, ia menanam kelapa sawit di Riau Sumatera, hingga ia semakin diberdayakan untuk membuka lahan yang dinvestasikan di Jakarta. Dari perkebunan kelapa sawit yang paling pesat mengalami pertumbuhan, hingga ia dipercaya menempati beberapa transisi jabatan, dimulai Technical Advisor, Direktur Area dan Presiden Direktur, yang merupakan cikal bakal Astra Agroniaga.
Tahun 1999, Yudantara memutuskan mundur dari perusahaan yang telah memberikannya sarat akan pengalaman. Ia bersama rekan-rekan sejiwa, mendirikan pabrik minyak kelapa sawit di Jakarta. Setahun selanjutnya, ia mendirikan perusahaan di Singapura untuk import kelapa sawit dari Indonesia. Jenuh bolak-balik ke luar negeri, meski provitnya menggiurkan, Yudantara memilih kembali ke Jakarta, untuk kembali berkebun yakni berkebun karet dan kelapa sawit dengan luas lahan hampir 20.000 ha. Independensinya dalam berwirausaha semakin menggelora, dengan menjual hasil panennya untuk ekspansi ke bisnis okupansi “The Garcia Ubud” dan satunya lagi, tak bisa jauh-jauh dari berkebun, dengan membuka lahan untuk kebun teh di lembah Angseri dan Mayungan, Desa Baturiti, Tabanan.
Tahun 2015, bisa jadi salah satu tahun terbaik bagi Yudantara yang sukses mendirikan “Brew Me” di bawah badan hukun “PT. Bali Cahaya Amerta”. Dilengkapi dengan pabrik kecil, tiga tahun setelahnya, semakin menambah poin, bahwa ia tak sekedar dalam merintis produk teh begitu saja, banyak sekali ia pikirkan dalam konsep, pangsa pasar dan kualitas yang tak hanya diakui lokal, tapi melibatkan international.
Yudantara menyatakan, “Brew Me” bukan teh sembarang teh, terlebih sudah go internasional, ia mantap memproduksi teh lokal dengan harga yang mentereng dibandingkan teh komersil lainnya, dan sudah dipastikan kualitas dan manfaat yang terkandung didalamnya sesuai dengan orisinal tanaman teh itu sendiri.
Transfer Ilmu Perkebunan dan Teknologi dengan Otoriatif
Dalam memenangkan kompetisi sebagai teh lokal terbaik dan mendunia, Yudantara pantang menerapkan sistem otoriter dalam perusahaannya, apalagi berurusan dengan generasi muda yang semakin cenderung memperlihatkan jiwa kebebasan mereka. Sebagai pimpinan, ia mentransfer pengetahuan dan teknologi dengan cara ‘otoriatif’, yakni lebih banyak berdiskusi dari manajemen senior, manajer menengah dan karyawan garis depan, yang paling strategis menemukan tantangan maupun kendala yang sesuai konteks dan real-time, merefleksikan keinginan customer. Sehingga tercipta kontribusi dan inovasi untuk pengembangan baik branding dan market bisnis ini selanjutnya. Prosedur masukan yang bersifat bawah ke atas (bottom-up) dan kerap mengadakan evaluasi, juga patut dicontoh dari perusahaan yang berlokasi di Jalan By Pass Ngurah Rai No.482, Sanur ini.
“Brew Me” telah merilis produk-produk terlarisnya, diantaranya Morning Shine, White Peony, Jasmine Green, Cold Relief, English Breakfast dan Cranberry Sunrise dengan kemasan tins, bags pot dan bag box. Diceritakan oleh pengusaha yang sekaligus penulis buku ini, banyak yang tak menyangka “Brew Me” akan bertumbuh pesat, dari awalnya hanya menyentuh industri horeka (hotel, restoran dan kafe) dengan data terupdatenya pada November 2022 sudah dipasarkan 48% restoran, hotel bintang empat 42%, hotel bintang lima 35%. Ia pun sukses menggelar pameran di luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, Hongkong hingga Eropa.
Kabar teranyar Yudantara dan perusahaannya saat ini tengah membangun kantor di Yogyakarta, Surabaya, menyusul kota Bandung yang rencananya akan dijadwalkan 2023. Dengan treatment-treatment perusahaan yang mendukung value jangka panjang, sudah saatnya sebagai ‘petinggi-petinggi’ perusahaan membuka hati untuk menerima saran dari karyawan garis depan sebagai tim multi-fungsi terhadap sistem dan strategi inovasi yang mereka kinerjakan sehari-hari. Terlebih hal-hal yang bersifat urgensi seperti pandemi, yang berdampak pada operasional, menjadi hal krusial untuk difleksibelkan dari tim manajemen senior kepada para juniornya.