BEBERAPA waktu lalu, Presiden Jokowi menargetkan pada 2024 setidaknya ada 30 juta UMKM yang go digital. Untuk mewujudkan itu, para pelaku usaha kecil, mikro, dan menengah juga harus belajar dan melakukan peningkatan kemampuan mereka untuk memasarkan produknya di pasar yang kini serba disokong platform digital.
Ketua Dekranasda DKI Jakarta Fery Farhati mengatakan para perajin binaan Pemprov pun cukup terdampak selama pandemi kemarin. Secara general, Fery menyebut banyak pelaku UMKM yang tergabung di Dekranasda mengalami penurunan omzet. “Memang sebagian besar perajin di Dekranasda itu sudah terbiasa dengan aktivitas luring. Mulai dari pameran, bazar. Itu yang diandalkan.
Ketika pandemi, ada tantangan dengan keterbatasan untuk mengakses platform digital. Mereka belum terbiasa. Di situ, kami ambil peran dengan melakukan pelatihan-pelatihan, agar mereka bisa belajar,” kata Fery dalam kesempatan virtual media briefing Tokopedia: Jakarta Hajatan ke-495, Nyok Kite Dukung Karya UMKM Lokal, Selasa, (21/6).
Untuk itu, Dekranasda pun menggandeng berbagai pihak termasuk lokapasar digital untuk memberikan pelatihan ke para pelaku UMKM dalam upaya cakap digital. Selain itu, Dekranasda pun juga turut beradaptasi dengan membuka toko digital yang menampung produk-produk UMKM yang telah dikurasi di JakArtisan di lokapasar digital Tokopedia. Saat ini, ada sekitar tujuh pelaku UMKM yang aktif di toko tersebut.
Sementara itu, Direktur Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Tokopedia Astri Wahyuni mengungkapkan pada periode kuartal II 2022, produk-produk UMKM Jakarta yang paling laris adalah produk fesyen. Di antaranya adalah celana pangsi, blangkon Betawi, dan sabuk adat Betawi.
“Tren belanja di Jakarta pada kuartal II 2022 ini produk fesyen khas Betawi seperti baju pangsi, blangkon Betawi, dan sabuk adat Betawi menjadi item yang paling dicari. Dengan Jakarta Timur sebagai lokasi peningkatan jumlah pembeli dan transaksi paling tinggi selama kuartal II 2022,” kata Astri dalam kesempatan sama dengan Fery.
Astri juga menambahkan, ada tiga tantangan paling umum ditemui saat para pelaku UMKM berhadapan dengan ekosistem digital.
“Berdasarkan pengalaman kami di lapangan, ada tiga tantangan. Pertama adalah literasi digital. Teman-teman UMKM belum sepenuhnya memahami apa yang harus dilakukan sebelum masuk ke ekosistem digital.
Kedua, adalah kapabilitas digital. Setelah jualan online, juga harus fasih. Harus belajar fitur-fitur, cara optimalisasi kampanye, iklan, dan mempelajari risiko bertransaksi di platform online, supaya tetap aman. Ketiga, literasi finansial. Banyak UMKM yang perlu perhatian lebih pada hal ini,” jelas Astri.
Fery pun menambahkan, Dekranasda DKI Jakarta yang kini memiliki sekitar 400-an anggota di antaranya mereka juga sudah mulai mengikuti berbagai program pelatihan untuk bisa cakap di dunia digital secara mandiri. Ia juga mengatakan perlunya anak-anak muda bisa membantu para pelaku UMKM dengan latar belakang usia yang sudah lebih senior untuk bisa diajari tentang cara-cara berbisnis secara daring. (M-4)
Sumber : media network/Media Indonesia