Selain dikenal dengan budaya dan nilai historisnya yang kental, Kabupaten Buleleng ternyata memiliki potensi sumber daya laut yang besar. Membentang di sepanjang pesisir paling utara Pulau Dewata, terdapat hatchery atau unit pembenihan. Baik usaha skala rumah tangga maupun industri. Di antara beragam jenis spesies laut yang dikembangkan, kerapu menjadi primadona. Salah seorang pelaku usaha hatchery kerapu adalah Suko Ismi. Ia menceritakan lika-liku pengalamannya bergelut di pembenihan kerapu, usaha yang mampu mengubah nasib keluarganya.
Suko Ismi mulai menekuni usaha pembibitan kerapu sejak tahun 2000. Sebelum itu ia sempat berkarir di Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan di Gondol, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. Selama bekerja sebagai peneliti Litbang, ia ikut menjadi bagian tim pengembangan teknologi pembenihan ikan jenis bandeng. Kemudian dilanjutkan dengan pengembangan benih kerapu. Dari sana ia melihat potensi usaha hatchery sangat menjanjikan, di mana waktu itu belum banyak petani yang mengembangkan budidaya benih ikan-ikan tersebut.
“Saya mengajak suami saya untuk mengembangkan usaha pembibitan kerapu, suami saya memang memiliki basic sebagai wirausahawan. Dari situ saya mengajarkan tentang tata cara pembenihan hingga proses panen,” ungkap Suko Ismi.
Pada saat awal membuka unit pembenihan, Suko Ismi dan sang suami mengembangkan tiga jenis bibit ikan kerapu yaitu Macan, Bebek dan Hybrid. Sejalan dengan dinamika pasar, ia kini berfokus pada pembenihan kerapu hybrid, yakni spesies ikan baru hasil persilangan dua jenis kerapu. Ia mengatakan spesies yang paling diminati di pasaran saat ini yaitu Kerapu Hybrid Cantang. Namun jika ada permintaan dari jenis kerapu lainnya, ia mengaku siap menyediakan. Lanjut Suko Ismi mengatakan, benih ikan kerapu yang dikembangkan Suko Ismi di bawah bendera usaha CV Jaya Utama Abadi diserap oleh para pembeli untuk dibiakkan di kolam pembesaran. Para pelanggannya didominasi oleh pasar luar Bali.
Ia menjelaskan bahwa kegiatan budidaya pembesaran larva atau benih ikan banyak tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera. Sementara di Bali sendiri lebih sedikit jumlahnya karena berbagai faktor penyebab. Dalam mendistribusikan bibit kerapu, Suko Ismi mengandalkan kapal ikan yang khusus mengangkut hasil tangkapan atau budidaya kelautan.
Tak hanya berhasil mengembangkan hatchery kerapu di Bali Utara, Suko Ismi melebarkan sayap ke Situbondo, Jawa Timur. Kini ia dibantu putra dan putrinya dalam mengelola usaha. Terlebih para buah hatinya tersebut memilih serius menekuni bidang perikanan dengan menempuh pendidikan di jurusan Teknik Perikanan dan Kelautan. Salah satu hasil inovasi dari putrinya, dapat membantu meminimalisir pengeluaran biaya operasional. Sedangkan campur tangan sang putra di bidang teknologi pemeliharaan dapat meningkatkan hasil panen dan menurunkan jumlah benih ikan yang tidak lolos standar yang telah ditetapkan.
Demi memastikan tingkat kegagalan panen seminimal mungkin, Suko Ismi mengandalkan metode inovatif berupa pemberian pakan alami yang telah ditambahkan nutrisi pada larva yang berusia 1-2 hari. Teknologi yang dikembangkan Suko Ismi dan putranya lainnya adalah penambahan sinar UV serta filterisasi air kolam secara berkala. Terbukti dari cara-cara tersebut tingkat kesuksesan panen benih mencapai 90%, jauh lebih memuaskan dibanding menggunakan cara tradisional. Suko Ismi menambahkan, pihaknya akan terus berinovasi agar dapat meningkatkan usahanya. Mengingat peluang di industri perikanan khususnya jenis ikan kerapu masih terbuka lebar.