Jakarta | Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Bob Saril memberi solusi mengatasi polemik naiknya tagihan listrik pelanggan. Caranya dengan mencocokkan catatan meter listrik pemakaian antara pelanggan dan PLN.
“Bagaimana hitung, paling tepat adalah lihat meternya. Pokoknya kita datang ke meternya kalau punya dispute. Ibu punya data, kami punya data, yuk kita lihat meternya, itu yang valid,” ujar Bob dalam konferensi video, Kamis, 11 Juni 2020.
Dia mengatakan angka dalam meteran transaksi tersebut lah yang menjadi acuan untuk melihat volume pemakaian dan menghitung tagihan pelanggan. “Tidak ada lainnya, kecuali kami tidak bisa mencatat kemarin,” katanya.
Bob mengakui sepanjang April dan Mei lalu ada potensi rumah kosong tetap mendapat tagihan. Misalnya rumah tersebut pada Desember hingga Februari terisi, namun Maret kosong, pelanggan tetap akan ditagih dengan tarif rata-rata selama tiga bulan sebelumnya.
“Itu pun tidak hilang. Misalnya kalau rumah kosong, kalau ada lebih hitung bisa ditagih langsung dikembalikan dalam bentuk reimburse atau dicicil untuk bulan berikutnya. tidak akan hilang, meternya ada,” ujar Bob.
Bob pun mengatakan lonjakan tagihan listrik hingga 300 persen dari biasanya sangat bisa terjadi pada beberapa bulan terakhir ini. Sebab, ia meyakini adanya kenaikan konsumsi listrik oleh pelanggan selama masa pandemi Corona, khususnya dengan adanya kebijakan bekerja dan belajar dari rumah. “Misalnya penggunaan AC itu dulu empat jam tapi sekarang menjadi sepuluh jam, berarti naik 2,5 kalinya,” ujar dia.
Dia lantas menganalogikan konsumsi listrik seperti memakan kue. Ia mengatakan bisa saja pada kondisi sebelum Covid-19 pelanggan memakan kue sebanyak lima buah. Namun, ketika pandemi melanda dan bekerja di rumah, konsumsi kue tersebut naik menjadi tujuh buah.
Namun, pada masa wabah pula, PLN tidak melakukan pengukuran langsung ke lapangan. Sehingga, tagihan menggunakan rata-rata tiga bulan konsumsi pelanggan sebelumnya. Artinya, ketika konsumsi naik menjadi tujuh kue, pelanggan tetap hanya dihitung lima pada Bulan April. Demikian juga pada bulan Mei.
Pada bulan Juni, PLN telah melakukan pengukuran kembali di masing-masing rumah atau kantor pelanggan. Artinya besaran tujuh kue yang ada pada bulan Juni akan ditambahkan dengan empat kue yang pada bulan sebelumnya tidak dihitung. Sehingga pada Juni, pelanggan bisa ditagih sebesar 11 kue.
“Artinya naiknya bisa 250 persen, bisa juga 300 persen tergantung pemakaiannya,” ujar Bob. Ia pun mengatakan para pelanggan bisa mencatat sendiri pemakaiannya. Sebab, semua angka meter pun berada di rumah. “Kalau meternya di kantor PLN mungkin bapak ibu curiga.”
CAESAR AKBAR