I Gusti Gde Masputra – Putra Mas Group
Konsep ‘The New Normal’ akan diterapkan pada fase pemulihan sektor pariwisata Indonesia dengan memperketat protokol kesehatan. Para pengusaha pun kini mulai mempersiapkan diri menghadapi “Era Baru Pariwisata”
Indonesia kini tengah bersiap membuka pariwisata kembali pada Oktober mendatang kendati kasus virus Corona atau Covid 19 belum menurun di Tanah Air. Pulau Bali pun bakal menjadi role model penerapan protokol kesehatan.
Pelaku pariwisata sekaligus founder dari Putra Mas Group yang membawahi beberapa hotel dan restaurant di Bali, Ir. I Gusti Gde Mas Putra atau yang akrab disapa Gung Mas mengapresiasi langkah pemerintah tersebut namun dengan catatan agar di pulau Dewata dibangun ekosistem new normal yang terintegrasi untuk meminimalisir risiko wisatawan terdampak di tengah pandemi covid-19.
“Di Bali harus dibangun ekosistem new normal yang tidak bisa parsial dan kami mendorong untuk terwujudnya itu,” ungkap mantan petinggi Pertamina itu.
Lebih lanjut ia mengusulkan agar jangan sampai di hotel sudah dibangun standar yang bagus sesuai dengan protokol kesehatan covid-19, tetapi standar yang berbeda justru diberlakukan untuk sisi transportasi maupun penyediaan bahan makanan yang disuplai untuk hotel. Demikian juga ketika di satu hotel misalnya sudah menerapkan standar yang sangat bagus sehingga otomatis membutuhkan biaya yang tinggi dan harga kamar hotelnya juga menjadi lebih mahal.
“Namun, bagaimana pemerintah membangun sistem yang terintegrasi dengan industri dan masyarakat juga. Masyarakat itu patokannya desa adat. Desa adat pun punya aturan sendiri, misalnya ada desa yang melarang pengusahanya menerima tamu dari luar,” tambahnya
Sementara itu untuk hotel dan restaurant yang ia kelola managementnya sedang menyiapkan SOP new normal, contoh implementasinya ketika memasuki main entrance hotel akan dicek dengan thermo gun, cuci tangan dengan sabun, menggunakan hand sanitizer dan menggunakan masker ketika check in. Dalam area hotel dan restaurant samping memperhatikan kebersihan area publik seperti lift dan restoran, tentunya kamar akan dilakukan proses ozonisasi untuk menjaga higienitas dari tempat yang dijadikan tamu untuk menginap. Selain itu, pembayaran hotel pun kalau bisa dengan payment gateway untuk meminimalisasi kontak dengan petugas hotel.
PROFILE
Cerita Dibalik Putra Mas Group
Cerita di balik kesuksesan Gung Mas lewat berbagai lini usahanya yang menggurita, dimulai dari langkah membeli sebidang tanah berukuran 3300 meter persegi di kawasan Legian. Dengan pertimbangan visinya melihat perkembangan industri pariwisata dan lokasi yang masih bisa dikembangkan, ia pun membelinya meskipun tidak ada akses jalan yang dapat menghubungkan lahan tersebut dengan jalan utama Legian. Selain itu ia memiliki pandangan bahwa tempat itu kelak akan menjadi bagian penting dari perkembangan industri pariwisata di Bali.
Pada tahun 1986, Gung Mas kemudian mendirikan sebuah akomodasi penginapan berjumlah 14 kamar di atas lahan yang pernah dibelinya. Di masa yang sama ia masih bertugas di pertamina, sehingga pengelolaan hotel bernama Bali Niksoma lebih banyak dipercayakan kepada saudara-saudaranya. Nama hotel sendiri merupakan buah pikir dari Gung Mas yang terinspirasi dari bahasa Sansekerta. Mengambil kata Niksoma yang berarti Tabungan, diharapkan usaha tersebut dapat menjadi bekal tabungan bagi Gung Mas beserta keluarga.
Setelah purna tugas di tahun 2001, Gung Mas pun akhirnya mewujudkan rencananya untuk pindah ke Bali. Ia juga memutuskan untuk secara serius menekuni usaha di industri pariwisata. Salah satu langkah strategis yang dilakukannya adalah merenovasi Hotel Bali Niksoma. Hotel ini sebelumnya dirancang oleh arsitektur ternama di Bali yaitu Ida Bagus Tugur yang mengusung konsep arsitektural Bali yang kental. Kemudian banyak permintaan dari para tamu yang didominasi oleh wisatawan mancanegara, untuk memberikan sentuhan modern pada bangunan akomodasi. Hotel Bali Niksoma yang sudah berumur belasan tahun kemudian direnovasi dengan bantuan Arsitek Hadiprana untuk menjadi hotel berkelas tinggi dengan arsitektur Bali Modern. Hotel ini kemudian menjadi sebuah boutique beach resort, dirancang dari gagasan kolektif terinspirasi dari berbagai gambaran mengenai akomodasi ternama dunia yang pernah dikunjungi Gung Mas. Pernak pernik rancang bangunnya adalah detail yang artistik modern yang tidak kehilangan nafas Bali. Saat ini akomodasi tersebut telah berkembang dengan adanya perluasan lahan yang semula hanya 3300 meter persegi kini menjadi hotel dengan luas 10.000 meter persegi.
Bercermin pada kesuksesan Bali Niskoma Boutique Beach Resort yang telah menjadi akomodasi mewah dengan occupancy tinggi, Gung Mas pun mantap melanjutkan ekspansi usaha dengan mengembangkan beberapa hotel lainnya. Sebuah hotel berbintang yang diberi nama dari bahasa Sansekerta yaitu The Magani yang berarti Delightful Place atau tempat yang menyenangkan didirikan Gung Mas di tahun 2012. The Magani Hotel and Spa menempati rangking pertama sampai pertengahan tahun 2015 dari 44 hotel yang ada di Legian versi Trip Advisor. Bahkan mendapatkan award sebagai The Leading Indonesa Boutique hotel pada tahun 2013 dan 2014 dari ITTA (Indonesia Travel Tourism Award) Jakarta.
Dilanjutkan dengan pembangunan The Bandha Hotel & Suites yang merupakan rebranding dari hotel yang pernah dibeli Gung Mas pada tahun 2010. Seperti pada penamaan hotel sebelumnya, kali ini pun nama The Bandha dikutip dari bahasa Sansekerta yang berarti harta. Hotel yang berlokasi di Jalan Padma Utara, Legian, ini sangat diminati oleh tamu tamu baik domestik maupun mancanegara karena lokasinya yang tak jauh dari Pantai Legian.
Citra Pariwisata Bali
Keseluruhan brand hotel yang dirintis oleh Gung Mas tersebut kemudian bernaung pada satu induk perusahaan bernama Putra Mas Group. Seluruh akomodasi yang dikelola oleh perusahaan tersebut memiliki karakter sebuah akomodasi bergaya modern, mewah, dan fasilitas lengkap dengan harga yang cukup tinggi. Gung Mas mengungkapkan bahwa strategi usahanya memang berbeda dari pengusaha kebanyakan. Ia sangat menghindari kompetisi perang harga karena menurutnya hal itu dapat merusak citra pariwisata Bali.
“Sejak awal saya bertekad terjun di industri pariwisata dengan keinginan membangun citra positif pariwisata Bali, khususnya yang ada di Legian, Kuta, Seminyak, dan sekitarnya. Saya ingin membentuk citra pariwisata Bali sebagai destinasi wisata yang eksklusif, meskipun mahal namun sebanding dengan kualitas pelayanan yang ditawarkan,” tegas Gung Mas.
Tidak hanya menerapkan prinsip tersebut pada pengelolaan bisnis hotel, prinsip yang sama juga diimplementasikan pada bisnis kuliner yang didirikannya. Ekspansi ke usaha restoran dilakukannya bukanlah sebuah langkah yang serampangan. Sebelumnya Gung Mas telah melakukan serangkaian survei ke berbagai restoran ternama baik yang ada di Pulau Dewata maupun di Jakarta. Setelah menemukan standar kualitas yang diinginkan barulah ia mantap membuka usaha di luar bisnis akomodasi itu di Jalan Padma, Legian.
Tempat makan tersebut diberi nama Mozarella Restaurant & Bar menawarkan sajian masakan ala barat dan masakan khas nusantara. Setelah mendapat respons positif dari pasar yang didominasi oleh wisatawan mancanegara, barulah dikembangkan lagi beberapa cabang restoran ini. Antara lain Mozzarella by The Sea at The Bandha Hotel & Suites, Mozzarella at Petitenget, Mozzarella at The Magani, dan Mozzarella at Dhyanapura di Jl. Camplung Tanduk no 6 Seminyak.
Selain memperkenalkan brand Mozarella kepada para penikmat kuliner di Bali, Gung Mas yang kini telah dibantu putra-putranya mengelola usaha juga mengembangkan beberapa bisnis lain. Masih di bidang food and beverage yaitu Warung Modus yang berlokasi di jantung kota Denpasar, Jalan Merdeka Renon. Serta Restoran Tropikale yang berada di kawasan wisata berkembang yaitu daerah Canggu. Di luar bidang kuliner ada pula usaha yang dibangun yaitu sebuah ruko Graha Putra Mas Building dan usaha jasa layanan binatu BRITE Laundry and Dry Cleaning.
Gung Mas menunjukkan bahwa prinsip kehati-hatian sangat diperlukan dalam merintis sebuah usaha. Riset pasar wajib diperlukan seorang pengusaha agar bisa mendapatkan hasil yang diinginkan. Kemudian kiat lainnya yang harus dipenuhi agar berhasil membangun bisnis adalah selalu memperhatikan kenyamanan kerja para karyawan sebab mereka merupakan pilar suatu usaha. Loyalitas kerja dari para karyawan akan didapatkan jika terbangun suasana kerja yang positif. Serta rasa memiliki (sense of belonging) untuk mewujudkan rasa tanggung jawab pada perusahaan.
Di balik semua cerita kesuksesannya, motivasi Gung Mas dalam mengembangkan usaha-usahanya tidak lain merupakan dorongan untuk terus berkarya. Pada saat berkiprah di industri migas ia terus berupaya berkontribusi dalam pembangunan ekonomi negara. Kini masanya ia terjun ke industri pariwisata, ia pun masih tetap ingin memberikan manfaat lewat perannya membuka lapangan kerja seluas-luasnya sekaligus membangun citra positif pariwisata Bali. Selain itu ia tiada henti mengajak semeton Bali lainnya untuk mempertahankan eksistensi budaya Bali agar tidak tergusur oleh dinamika jaman.