I Gusti Gede Ngurah Siwa Gentha, SE
Bendesa Adat Kota Tabanan
Sikap seorang pemimpin dalam suatu wilayah memiliki peran vital dan sangat menentukan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakatnya. Apalagi khususnya wilayah di Bali yang terdiri dari komunitas adat, diharapkan para pemimpin adat mampu bersinergi dengan pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan. Demikian pula sikap sebagai pemimpin Desa Adat Kota Tabanan, I Gusti Gede Ngurah Siwa Gentha, SE yang harus menerapkan prinsip kehati-hatian saat menjalankan kebijakan dalam memimpin masyarakat dengan kultur heterogen.
Kehadiran desa adat di Bali sebagai suatu wadah komunitas masyarakat, menjalankan peran pelestarian tradisi dan budaya di Bali. Namun tidak hanya itu, desa adat juga menjadi wadah penggerak ekonomi masyarakat. Terbukti dengan eksisnya lembaga keuangan yang dimotori oleh desa adat. Di bidang sosial, peran desa adat yaitu membentuk ikatan solidaritas antar masyarakat melalui kebijakan awig-awig atau perarem yang didapat melalui hasil musyawarah dan mufakat.
Demikian penting peran desa adat dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya di Bali, temtunya diperlukan figur kepemimpinan yang tidak hanya cakap namun juga memahami karakteristik desa yang dipimpin. Sebab dalam praktik di lapangan, kebijakan suatu desa adat dengan desa lainnya berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi wilayah atau dikenal dengan sebutan Desa Kala Patra.
Tantangan memimpin suatu wilayah dengan karakteristik yang unik juga dihadapi oleh I Gusti Gede Ngurah Siwa Gentha, SE selaku Bendesa Adat Kota Tabanan. Pria yang berasal dari Banjar Jambe Belodan, Desa Dauh Peken, Tabanan ini mengaku bahwa wilayah yang ada di bawah kepemimpinannya memiliki karakteristik masyarakat yang majemuk. Hal ini merupakan suatu konsekuensi logis dari keberadaan suatu desa adat yang eksis di wilayah perkotaan.
“Masyarakat kami terdiri dari berbagai macam kultur. Baik warga lokal yang telah menetap secara turun temurun maupun pendatang dari luar daerah Tabanan maupun Bali, hidup berdampingan di wilayah Desa Adat Tabanan. Tantangan yang harus dihadapi adalah bagaimana menjalankan strategi kepemimpinan agar masyarakat tetap solid meskipun terdiri dari beragam pola pikir,” ujar Gusti Siwa Gentha.
Menurutnya, hingga saat ini situasi kehidupan sosial bermasyarakat di Kota Tabanan terbilang senantiasa kondusif. Meski terkadang ada gesekan-gesekan kecil yang terjadi namun dengan sigap dapat diredakan. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan perangkat desa adat yang mana di dalamnya terdapat pula sistem keamanan terpadu ala Bali bernama Pecalang.
Selain itu untuk menyikapi tantangan kehidupan di antara masyarakat yang majemuk, Gusti Siwa Gentha mengatakan bahwa di wilayah Tabanan terdapat suatu kelompok gabungan dari beberapa komunitas keagamaan di Bali. Melalui Grup bernama Bhineka Tunggal Ika, alur komunikasi antar masyarakat dapat mengalir dengan lancar. Setiap kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di wilayah Bendesa Adat Tabanan dapat dikoordinasikan melalui grup tersebut dan dapat diketahui oleh Bendesa Adat.
Kebijakan di Masa Pandemi
Gusti Siwa Gentha memaparkan bahwa wilayah Desa Adat Kota Tabanan terdiri dari tiga desa dinas yang membawahi 24 banjar adat dan 4800 kepala keluarga. Dengan kuantitas masyarakat sebesar itu, tentunya treatment kebijakan yang diambil tidak bisa disamakan dengan desa-desa adat lainnya. Salah satunya yang terjadi pada saat penanganan dan pencegahan pandemi Covid-19 tahun 2020. Salah satu tugas pemimpin desa adat yaitu menjadi perpanjangan tangan penyaluran dana bantuan dari pemerintah ke masyarakat.
“Tantangan yang kami hadapi selaku pemimpin adalah bagaimana mengelola dana yang terbilang terbatas agar dapat tersalurkan ke masyarakat secara tepat sasaran. Maka diperlukan sinergi antar masyarakat untuk bahu membahu menggalakkan bantuan untuk sesama, sementara bantuan dari pemerintah difokuskan kepada golongan yang benar-benar membutuhkan,” ujar pria yang pernah duduk di Bapilu DPC Partai PDI-Perjuangan Kabupaten Tabanan ini.
Selain soal pengelolaan dana bantuan selama pandemi Covid-19, pihaknya juga melaksanakan kebijakan yang diamanatkan oleh pemerintah dan Majelis Desa Adat Bali mengenai tindakan pencegahan dan penanganan penyakit di masyarakat tingkat bawah. Beberapa kebijakan yang dilakukan adalah sosialisasi pemakaian masker di masyarakat serta pembatasan kegiatan untuk mengurangi risiko penularan.
“Sampai saat ini kami mampu menekan angka penularan lewat transmisi lokal, meskipun dapat dikatakan Kota Tabanan merupakan wilayah dengan tingkat mobilitas masyarakat yang tinggi,” papar Gusti Siwa Gentha.
Multi Peran
Sepak terjang Gusti Siwa Gentha dalam hal pengabdian di masyarakat tidak dapat disanksikan lagi. Pria kelahiran tahun 1968 ini terhitung telah aktif menjalankan swadharma kepemimpinan di adat selama 25 tahun lamanya. Keputusannya untuk berfokus pada pengabdian masyarakat cukup banyak terpengaruh oleh didikan Sang Ayah yang merupakan pejuang pendidikan sejak masa Kolonialisme di Indonesia. Ayahnya juga terkenal aktif baik di bidang politik maupun kemasyarakatan.
Memiliki ayah seorang pendidik membuat Gusti Siwa Gentha bertumbuh menjadi pribadi yang kompetitif dalam belajar. Terbukti saat masa sekolah ia selalu menempati posisi juara satu atau dua di kelas. Namun bukan hanya kepintaran akademis yang mampu membuatnya maju dan berkembang menjadi figur yang sukses. Pria lulusan Sarjana Ekonomi ini juga memiliki kecakapan dalam bidang kepemimpinan sejak dini.
Terbukti pada tahun 1998 ia dipercaya duduk di kepengurusan PT. Gadarata selaku komisaris. Perusahaan ini dibentuk dari dan oleh masyarakat Tabanan yang menjalankan usaha di bidang keagenan Gas Elpiji. Ia menjadi salah satu pengurus dengan usia termuda pada masa itu. Setelah itu di tahun 2005, Gusti Siwa Gentha mendapat amanat kepercayaan selaku Direktur perusahaan menggantikan Sang Paman.
Karir usaha lainnya yang dilakoni Gusti Siwa Gentha adalah mengembangkan usaha Salon Tata Rias di rumahnya di Jalan Merpati, Dajan Peken Tabanan. Ia mempercayakan pengelolaan operasional usaha kepada Sang Istri yakni I Gusti Ayu Kade Juni Arisandi bersama kedua putrinya I Gusti Ayu Agung Dinda Dana Swari dan I Gusti Ayu Agung Riana Andina Putri. Lewat kemampuan sang istri dalam seni memulas komestik pada wajah dan juga menata rambut, usaha itu dapat terus berkembang meskipun baru di tahap home industry.
Dalam menjalankan berbagai peran, baik sebagai pemimpin di perusahaan, di desa adat, maupun kepala keluarga, Siwa Gentha berusaha menjalankan manajemen waktu agar semua kegiatan dapat berjalan beriringan. Memang diakuinya saat ini menjalankan peran kepemimpinan menjadi sebuah prioritas karena berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas. Sehingga visi misi ke depannya lebih banyak berhubungan dengan tugas-tugas sebagai bendesa adat. Salah satunya adalah mengaktifkan kegiatan Yowana Desa Adat untuk mengarahkan para pemuda di desa agar melaksanakan kegiatan-kegiatan positif. Serta menghindarkan para generasi penerus desa dari kegiatan yang bersifat destruktif.