IDA BAGUS MANGKU ADI SUPARTHA, S.SOS | TAMAN PRAKERTI BHUANA
Dinamika yang terjadi di tengah badai pandemi Covid-19 tak menyurutkan bakti umat Hindu Bali kepada Sang Pencipta. Kegiatan upacara yadnya masih diupayakan untuk dilaksanakan di pelosok Bali, baik itu yadnya yang ditujukan untuk para dewa, manusia atau pun leluhur. Demi tetap bisa membantu umat Hindu melaksanakan upacara, pihak pengelola Taman Prakerti Bhuana membuat sejumlah strategi. Mulai dari penerapan protokol kesehatan hingga koordinasi dengan pemangku kebijakan.
Pemilik Taman Prakerti Bhuana, Ida Bagus Mangku Adi Supartha, S.Sos, mengatakan pihaknya terus berusaha membuka pelayanan kepada umat yang ingin melaksanakan yadnya di tengah pandemi covid-19. Meski sempat tutup pada pertengahan tahun 2020, akhirnya di Bulan Juli mulai beroperasi kembali. Tentunya sejumlah langkah dilakukan agar pelaksanaan upacara berlangsung khidmat namun keselamatan dan kesehatan para peserta tetap terjaga. Langkah yang dilakukan mulai dari pembatasan jumlah peserta yang hadir, yaitu hanya 20 orang sudah termasuk pendeta dan para staf Taman Prakerti Bhuana yang membantu proses upacara.
Langkah lainnya adalah menyiapkan sarana cuci tangan di beberapa titik. Upaya selanjutnya yaitu proses disinfeksi secara rutin di area Taman Prakerti Bhuana. Pada pelaksanaannya Gus Mangku Adi berkoordinasi dengan pihak Bendesa Adat Desa Beng selaku pimpinan adat di wilayah setempat. Ia mengakui bahwa dukungan dari prajuru adat Desa Beng sangat membantu kegiatan di Taman Prakerti Bhuana agar mengikuti kaidah protokol kesehatan secara ketat.
Sementara dari segi legalitas, Gus Mangku Adi telah mengantongi sertifikat AMAN Gianyar yaitu menyatakan bahwa Taman Prakerti Bhuana telah memenuhi syarat sebagai venue sekaligus penyelenggara event di era new normal ini. Sertifikat ini dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar setelah proses verifikasi dengan pengecekan situasi langsung di lapangan. Diharapkan dengan memenuhi unsur legalitas tersebut, masyarakat dapat melangsungkan upacara di Taman Prakerti Bhuana merasa aman dan nyaman.
Salah satu lompatan yang berhasil dilaksanakan pihak Taman Prakerti Bhuana dalam membantu umat di masa pandemi adalah pelaksanaan upacara pawiwahan virtual. Upacara pernikahan dilangsungkan di Bali namun pasangan pengantin tengah tinggal di Jepang sehingga memanfaatkan media komunikasi untuk membantu penyelenggaraan acara. Hal ini dilakukan karena umat tersebut tidak memungkinkan pulang ke Indonesia di tengah situasi pandemi covid-19. Gus Mangku Adi telah berkoordinasi dengan Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) dan juga memastikan bahwa upacara telah dilakukan sesuai dengan yang tertuang dalam sastra.
Misi Membantu Umat
Taman Prakerti Bhuana yang berlokasi di Kelurahan Beng, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar selama ini lebih populer sebagai tempat pelaksanaan upacara pernikahan bagi umat Hindu. Namun Gus Mangku Adi mengatakan bahwa pasraman ini sebelumnya telah membuka layanan penyediaan berbagai macam upakara dan kebutuhan upacara lainnya. Misi utama kegiatan usaha ini adalah membantu umat Hindu yang ingin melaksanakan upacara yadnya dengan menyediakan banten upakara dengan harga terjangkau. Untuk itu Gus Mangku Adi dibantu para Serati Banten yang ahli dalam membuat upakara sesuai dresta.
“Taman Prakerti Bhuana sudah membuka pelayanan untuk umat dalam hal pembuatan banten upakara sejak tahun 2011. Setelah beberapa tahun berjalan mulai ada permintaan dari umat agar kami menyediakan paket komplit, dari upakara sampai prosesi ritual,” ujarnya.
Sejak tahun 2014, pasraman ini kemudian melayani segala jenis ritual, mulai dari metatah, menek kelih, mebayuhsapuh leger, pawiwahan dan mewinten. Pawiwahan atau pernikahan menjadi salah satu jenis upacara yang kerap dilangsungkan di Taman Prakerti Bhuana. Adanya paket komplit pernikahan senilai Rp 15 juta menjadi daya tarik bagi krama Bali lantaran nilai tersebut dianggap sangat terjangkau bagi masyarakat.
I Made Mahayastra, SST.Par., M.A.P.
“Umumnya pernikahan di Bali memang menghabiskan anggaran yang tak sedikit, terutama dalam hal pembuatan bebantenan atau upakaranya. Namun kami berusaha menghapuskan stigma tersebut dan meyakinkan umat bahwa upacara yadnya di Bali sebenarnya bisa dilaksanakan sesuai kemampuan masing-masing tanpa harus membebani dari segi ekonomi,” kata pria yang juga seorang pemangku tersebut.
Lanjutnya menambahkan, Paket Silver dengan nominal Rp 15 juta yang diperuntukkan kepada masyarakat kalangan ekonomi menengah ke bawah, sudah lengkap mulai dari natab gede, dekorasi, hingga hidangan resepsi. Meskipun Paket Pernikahan Silver dari Taman Prakerti Bhuana sangat ekonomis namun tetap disusun agar nyaman dan berkelas. Gus Mangku Adi menambahkan, untuk menikmati harga ekonomis paket silver, umat perlu menyertakan surat keterangan tidak mampu. Sedangkan bagi tidak memiliki surat tersebut maka dikenakan harga normal sebesar Rp. 20 juta.
Kendati menyediakan paket pernikahan ekonomis, namun banyak kalangan yang akhirnya melirik tempat tersebut sebagai venue acara. Taman Prakerti Bhuana kian populer di masyarakat apalagi tidak sedikit warga Negara asing yang menikah sesuai ajaran Hindu juga melangsungkan ritual di Taman Prakerti Bhuana, seperti dari Belanda, India, Pakistan dan sebagainya. Gus Mangku Adi menyambut antusiasme tersebut, tidak hanya membantu pelaksanaan upacara pernikahan juga membuka kesempatan bagi mereka yang baru belajar Agama Hindu untuk lebih mendalami ajaran Dharma itu.
Kehadiran Taman Prakerti Bhuana ternyata memunculkan multiefek tidak hanya sisi spiritual, sosial, juga dari segi ekonomi. Dampak positif dari eksistensi Taman Prakerti Bhuana pun telah diakui oleh Bendesa adat Desa Pekraman Beng, Ida Bagus Putu Bawa. Tempat yang dikelola oleh Gus Mangku dan Sang Istri, Desak Hartini, SE. tersebut telah memunculkan kesempatan kerja bagi masyarakat, baik yang bekerja langsung di area pasraman maupun para pembuat banten yang bekerja di rumah masing-masing. Bahkan manfaat ekonomi itu semakin meluas tidak hanya dirasakan masyarakat di Kelurahan Beng melainkan ke seluruh pelosok Bali. Masyarakat dari berbagai daerah berperan dalam menyuplai bahan upacara sesuai dengan potensi yang ada di wilayah masing-masing.
Gus Mangku Adi merupakan keturunan dari wangsa Brahmana yang sejak kecilnya sudah sering terlibat dalam kegiatan pelayanan terhadap umat. Sejak kelas 5 SD ia sudah sering ikut menemani Sang Kakek yang merupakan Ida Pedanda yang dihormati umat, untuk ngayah di masyarakat. Semangat untuk berkontribusi membantu umat dalam melaksanakan kegiatan upacara semakin bergelora tatkala ia bertumbuh dewasa. Bahkan jika harus memilih antara melaksanakan ngayah atau mengikuti jadwal perkuliahan, ia pun mantap memilih absen di kampusnya. Namun ia tetap bertanggung jawab menyelesaikan pendidikan sehingga pada tahun 1994 ia berhasil menyandang gelar sarjana sosial dan politik.
Setelah terjun ke dunia karier sebagai PNS dan berumah tangga, tetap tidak menyurutkan Gus Mangku Adi untuk menjalankan pilihan hidup sebagai pemuka agama. Pada suatu titik, ia bertekad untuk melayani krama secara totalitas yang diikuti oleh keputusan untuk pensiun dini sebagai abdi negara. Keinginannya saat ini adalah agar dapat menebarkan manfaat seluas-luasnya. Tidak hanya untuk umat Hindu saja tapi semua golongan yang ada di Pulau Dewata.
Salah satu perjuangannya yaitu menjamin kesejahteraan para sulinggih dan pemangku di Bali berhasil menemui titik terang. Ia selama ini berperan dalam kegiatan sosial keagamaan yang diharapkan membantu para pemuka agama Hindu di Bali. Salah satunya yaitu Taman Prakerti Budaya siap menjamin keselamatan kerja para Sulinggih dan Pemangku melalui program BPJS Ketenagakerjaan untuk Ratu Peranda atau Sulinggih, para Pemangku, hingga para Serati Banten. Sehingga mereka dapat menjalankan profesi ini dengan rasa aman dan nyaman.