Berawal dari kegagalan di masa lalu, Nyoman Tiya Martini merasa jengah dan berusaha bangkit. Tak mau berlarut dalam kekecewaan karena tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai harapan, ia memutuskan beralih ke dunia kewirausahaan. Siapa sangka dari usaha trial and eror menciptakan produk dupa untuk mengisi waktu luangnya, ternyata menjadi jalan pembuka menuju pintu kesuksesan sebagai pengusaha dupa dengan jaringan reseller seluruh Bali.
Usai menamatkan gelar Sarjana dan Magister Jurusan Matematika, Nyoman Tiya mencoba melamar kerja ke berbagai tempat. Nyatanya tak kunjung mendapat pekerjaan seperti yang diinginkan. Dari sana ia memutuskan untuk memberanikan diri terjun sebagai entrepreneur. Sebelumnya ia melakukan riset sederhana mengenai peluang apa yang sekiranya layak untuk dijajal ke depannya.
Ternyata dari hasil pengamatannya, ia menemukan bahwa dupa merupakan salah satu produk yang permintaannya tak ada matinya. Mengingat upacara dan ritual lainnya di Bali adalah kegiatan rutin dalam keseharian masyarakat Hindu dan dupa merupakan sarana wajib dalam kegiatan persembahyangan. Di sisi lain, dupa merupakan produk yang memiliki daya simpan cukup lama sehingga tidak perlu khawatir bila pemasaran tidak lancar.
Langkah pertama yang dilakukan perempuan lulusan Universitas Pendidikan Ganesha di Singaraja ini adalah belajar memproduksi dupa. Beruntung sumber informasi tersebar secara cuma-cuma di internet, membuatnya mudah mengakses tata cara pembuatan dupa. Setelah beberapa kali mengalami uji coba diselingi dengan beberapa kegagalan, Nyoman Tiya akhirnya menemukan formula dupa sesuai yang ia harapkan. Dirinya memproduksi dupa yang tak sekedar bisa dibakar untuk persembahyangan namun mengeluarkan aroma harum menenangkan. Aroma inilah memiliki manfaat terapi relaksasi sehingga pada saat melakukan kegiatan sembahyang, si pengguna dapat merasa lebih khusyuk dan nyaman.
Pertama kali memasarkan produk dupanya yang diberi label “Dupa Ajeg Bali”, ia menjual dalam kemasan kecil sembari melihat minat pasar. Ternyata peminatnya cukup banyak, membuat Nyoman Tiya berani meningkatkan produksi Dupa Ajeg Bali. Ia pun menawarkan produknya dalam beberapa pilihan variasi ukuran, mengikuti permintaan pasar. Di daerah Buleleng misalnya, produknya yang laris dominan berukuran kecil. Sementara di wilayah Bali Selatan justru dupa berukuran panjang yang paling laku.
Seiring dengan bertambahnya permintaan dupa, Nyoman Tiya memberanikan diri mencari modal untuk membesarkan skala produksi melalui pinjaman di perbankan. Dari semula hanya memiliki satu mesin produksi, kini enam mesin terus beroperasi di workshopnya yang berlokasi di Sukasada, Buleleng. Dibantu oleh sang suami bernama Made Indra, Nyoman Tiya terus memperluas jangkauan pasar. Banyak orang yang tertarik menjajal peluang usaha tersebut dengan bergabung sebagai reseller Dupa Ajeg Bali. Lantaran permintaan terus meningkat di masa pandemi ini, Nyoman Tiya mengaku sering kewalahan dalam menyediakan stok produk.
Salah satu nilai keunggulan dari Dupa Ajeg Bali yang membuat para konsumennya ogah beralih adalah pemanfaatan bahan baku alami yang didapat di seputaran Bali. Hal ini membuat dupa hasil produksi bersifat natural dan tidak merusak kesehatan. Selain itu usaha Dupa Ajeg Bali ini mendukung keberlanjutan lingkungan hidup, hal ini diimplementasikan oleh Nyoman Tiya lewat upayanya dalam meminimalisir limbah sisa produksi. Ia berharap bisnis yang dijalankan ini tidak hanya memberi dampak positif terhadap geliat ekonomi masyarakat melainkan ikut menjaga lingkungan agar tetap lestari.