Permasalahan menjadi jauh lebih kompleks jika dibandingkan dengan krisis-krisis yang lainnya karena di waktu yang sama harus juga diperhatikan agar aktivitas tersebut tidak menimbulkan gelombang pandemi baru.Indonesia masih tertatih-tatih untuk memulai aktivitas kembali. Meskipun aktivitas produksi mulai dapat dijalankan, kapasitas terpakai masih jauh dari normal. Ini terlihat dari purchasing manager index yang, meskipun membaik, masih fl uktuatif dan terkadang berada di bawah 50. Konsumsi listrik dari sektor listrik juga turun hingga hampir 8% selama tahun ini.
Kondisi produksi ini tentunya tidak terlepas dari masih lemahnya permintaan. Pembatasan aktivitas ekonomi berimbas pada turunnya daya beli yang tentu saja mengurangi pemintaan. Indeks kepercayaan konsumen yang dikumpulkan Bank Indonesia masih berada di level 60 jika dibandingkan dengan kondisi normal yang mencapai 113 pada Desember tahun lalu.Lebih parahnya lagi, golongan masyarakat menengah atas cenderung masih menunda pengeluarannya. Survei BI yang sama juga menunjukkan golongan dengan penghasilan Rp5 juta ke atas cenderung untuk meningkatkan bagian dari penghasilan mereka untuk ditabung. Ini juga terlihat dari kenaikan dana pihak ketiga di perbankan, yang terus mengalami kenaikan hingga double-digit selama pandemi ini.
Selain turunnya daya beli, masyarakat cenderung masih membatasi kegiatan mereka karena wabah ini belum berakhir, bahkan cenderung memburuk. Ini menyebabkan masyarakat yang masih mempunyai daya beli menjadi e n g g a n mengeluarkan pendapatan mereka karena khawatir akan adanya pembatasan kembali ataupun untuk berjaga-jaga jika situasi makin memburuk, terutama kelompok menengah atas. Padahal dari data Susenas BPS, terlihat bahwa 10% kelompok dengan penghasilan tertinggi menyumbang 48% dari total pengeluaran di Indonesia.Alternatif kebijakan pembatasanTerus meningkatnya penyebaran covid-19, setelah ekonomi mulai dilonggarkan, menimbulkan pertanyaan apakah memang aktivitas ekonomi perlu dihentikan lagi agar dapat mengurangi penyebaran wabah. Bank Pembangunan Asia dalam publikasinya, Asian Development Outlook 2020 Update, menjabarkan berbagai alternatif tindakan pencegahan yang cenderung bersifat spektrum.Ada banyak tindakan pencegahan yang dapat diambil tanpa harus membawa kerugian yang besar seperti penghentian ekonomi.