Hampir setiap minggu, Agus Joko Supriyatno disibukkan dengan rutinitas yang sama yaitu menyiapkan koral hias hasil budidaya petani lokal untuk dikirim ke konsumen. Tak tanggung-tanggung, jaringan pemasaran dari pemilik CV Bali Samudra Anugerah sudah merambah ke pasar ekspor. Ia melayani penjualan koral hias dari berbagai negara sejak tahun 2000 Namun di masa pandemi usahanya kian melejit lantaran permintaan produk ini terus mengalami peningkatan.
Ternyata tak hanya indah dipandang, koral hias juga menarik digeluti sebagai usaha yang menguntungkan. Prospek cerah di bisnis ini menarik perhatian pengusaha Agus Joko Supriyatno untuk serius menggarap usaha ini. Ia mengatakan peminat koral hias banyak datang dari luar negeri. Sekitar 80 persen suplai karang hias dunia berasal dari Indonesia. Selain itu koral asal Indonesia memiliki variasi yang unik, jarang ditemukan atau bahkan tak sedikit hanya ada di laut Indonesia. Jadi meskipun negara lain ada pula yang mengekspor koral, namun belum mampu menyaingi Indonesia dari segi kuantitas maupun kualitas. Agus Joko Supriyatno mengatakan pihaknya berhasil menggaet konsumen dari luar negeri bukan melalui promosi yang sistematik. Justru pembeli yang datang alias jemput bola. Dirinya menuturkan, mengirim koral hias secara perdana ke Jerman. Kini ia mampu memenuhi permintaan dari berbagai negara, khususnya di Benua Amerika.
Meskipun koral merupakan floral yang berkembang di perairan laut namun koral hias yang diperdagangkan bukanlah hasil sembarang tangkapan. Agus Joko Sipriyatno menegaskan pihaknya hanya menjual koral hasil budidaya. Dalam memenuhi permintaan pasar, ia bekerja sama dengan petani di beberapa daerah di Indonesia, termasuk yang ada di Bali. Hal ini menjadikan bisnis koral hias berdampak pada peningkatan ekonomi petani atau nelayan di pesisir sekaligus juga sustainable atau berkelanjutan karena ramah lingkungan.
“Potensi usaha koral hias sangat besar. Negara lain tidak punya, sekarang bagaimana caranya mengelola agar potensi ini bisa berlanjutan. Jika dikelola secara serius dapat menjadi industri yang menyerap banyak tenaga kerja,” ungkap pengusaha yang tinggal di Desa Les, Kec Tejakula, Buleleng ini.
Selaku pengusaha, Agus Joko ikut berperan dalam menjaga keberlangsungan lingkungan dengan mengikuti regulasi yaitu mengembalikan koral sekitar 10% dari total keseluruhan hasil budidaya ke habitat aslinya. Dengan demikian jumlah koral di alam bahari Indonesia akan terus terjaga. Dari sisi sosial dan ekonomi, ia juga berhasil membuka lapangan kerja. Seperti yang ia lakukan pada masa pandemi ini yakni memperkerjakan masyarakat yang kehilangan pekerjaan di sektor pariwisata.
Terlepas dari prospeknya yang cemerlang, bisnis penjualan koral hias ini bukan tanpa kendala. Tantangan yang dirasakan Agus sebagai pemain di bisnis ini adalah kesulitan dari segi pengiriman. Sejak pandemi berlangsung, pengiriman cargo ke luar negeri dibatasi sehingga hal ini cukup berpengaruh pada keberlangsungan usahanya. Agus pun berharap agar para pembuat regulasi dapat membenahi masalah yang ada di lapangan sehingga bisnis koral hias ini tak lagi berkendala. Ada pun jika keran ekspor dibuka tanpa halangan pastinya ini akan berpengaruh positif pada geliat usaha milik pengusaha lokal.