Karang hias hasil budidaya merupakan salah satu dari kekayaan hasil laut Indonesia yang ternyata diminati di berbagai penjuru dunia. Sempat menjadi komoditas ekspor yang melejit lalu mengalami pasang surut karena dianggap sebagai aktivitas merusak kelestarian alam. Kini sektor usaha ekspor koral hias hasil budidaya kembali bergeliat karena sudah ada teknologi restorasi dan transplantasi terumbu karang. Siapa sangka sosok di balik teknologi budidaya koarang hias yang telah ikut serta berkontribusi terhadap eksistensi ekosistem bahari Indonesia berasal dari Bali. Dialah Ir. I Nengah Manu Mudita, MM, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Bali.
Ir. I Nengah Manu Mudita, MM, yang telah lama berkecimpung di industri karang hias budidiaya dan ikan hias mencari solusi untuk jangka panjang. Hingga ditemukan ide untuk mengembangkan koral hias dengan sistem budidaya (transplantasi). Ia pun menggandeng tenaga SDM yang dilatih secara khusus untuk membantu membudidayakan koral sesuai standar. Hingga berhasil menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang berhasil mengekspor hasil budidaya ke luar negeri.
Tekonologi yang terbilang baru tersebut menarik perhatian stakeholder di negara-negara Uni Eropa dan bahkan pihak sana mengirim perwakilannya ke Bali untuk melakukan studi banding tentang karang hias hasil budidaya. Setelah diakui, barulah sejak saat tersebut pasar Uni Eropa perdagangan karang hias hasil budidaya mulai meningkat. Selain itu teknologi yang diterapkan di CV Bali Aquarium milik Nengah Manu Mudita sudah banyak yang mengikuti dan berinovasi.
Hak Cipta Penangkaran Karang Laut tersebut diraihnya pada tahun 2005 setelah melalui perjuangan dan jalan yang panjang. Dirinya tak pernah mempermasalahkan jika teknik transplantasi di adopsi oleh pihak lain sepanjang untuk tujuan inovasi dan kebaikan konservasi karang laut. Hal ini dilakukan atas dasar keterpanggilan untuk mengambil langkah konkret agar terumbu karang di perairan Bali bisa lestari. Serta agar keragaman hayati tetap terjaga dengan baik.
Selain ke Eropa, koral hias hasil budidaya yang dibudidayakan oleh CV Bali Aquarium juga diminati pasar Amerika dan Asia. Selain itu negara-negara tetangga juga memburu koleksi koral hias yang dikembangkan di perairan Bali tersebut. Selain menguntungkan secara ekonomi dan membuka lapangan kerja untuk masyarakat dan Nelayan, bisnis tersebut juga bersifat berkelanjutan karena minim merusak lingkungan.
Kini Nengah Manu Mudita dibantu oleh sang putra, I Nyoman Sepadyana Putra yang mantap melanjutkan perjuangan sebagai nahkoda perusahaan. Tantangan yang dihadapi sebagai generasi pembaharu tentunya berbeda dengan yang dihadapi para perintis usaha sebab mempertahankan akan jauh lebih berat dari memulai. Berbagai langkah strategi pun diterapkan oleh Nyoman Sepadyana yang sejak dulu sudah diarahkan meneruskan jejak orangtua sebagai entrepreneur. Salah satunya dengan meningkatkan skill dari para SDM yang dimiliki serta membenahi sistem tata kelola usaha.
Pihaknya juga mengembangkan pemasaran melalui online karena menyadari peluang pasar di luar sana masih sangat luas. Memanfaatkan tekologi informasi terkini, Nyoman Sepadyana dapat memperkenalkan CV Bali Aquarium ke seluruh dunia dan menjangkau pasar yang belum pernah digarap sebelumnya.