Usaha di bidang peternakan ternyata kian menarik perhatian kaum muda, khususnya generasi milenial atau masyarakat kelahiran 1980-1995. Sebagai generasi yang melek teknologi, milenial pun akhirnya berhasil menggarap peluang usaha peternakan dengan sistem yang lebih modern. Salah satunya peternak milenial di Jembrana bernama Ida Bagus Gede Dharma Saputra. Meski baru menjejakkan langkah di dunia usaha sejak awal pandemi lalu namun ia berhasil mendulang keuntungan dengan mengibarkan bendera usaha Prabhu Jalu Live Stock and Poultry.
Tidak ada kata terlambat untuk memulai perjalanan menuju kesuksesan bahkan di masa-masa sulit sekalipun. Di saat banyak pelaku usaha yang merasakan dampak akibat pandemi di awal tahun 2020 lalu, Ida Bagus Gede Dharma Saputra justru mengambil langkah berani untuk memulai usaha. Tak tanggung-tanggung, ia mencoba menggarap peluang bisnis di bidang peternakan dengan modal yang terbilang cukup besar.
Keberaniannya dalam merintis usaha di tengah krisis berdasar pada analisis usaha yang cermat. Pria kelahiran Tabanan, 28 Desember 1989 ini melihat lesunya kondisi perekonomian selama pandemi covid-19 tidak terlalu berdampak kepada peternak unggas. Meskipun memang ada penurunan konsumsi daging maupun telur ayam, namun tidak signifikan. Ida Bagus Gede Dharma Saputra menilai hal ini disebabkan daging maupun telur ayam merupakan sumber protein hewani yang terjangkau bagi masyarakat berbagai kalangan.
Sejatinya Gus De Dharma Saputra tak memiliki latar belakang pendidikan di bidang peternakan maupun berasal dari lingkungan keluarga pengusaha ternak. Ia baru mengenal peluang usaha peternakan ayam, khususnya ayam broiler ini dari ayah mertuanya. Suami dari Ni Putu Nita Wijayanti ini memiliki niatan yang tinggi untuk mempelajari bidang di luar keahliannya baik itu soal teknik pemeliharaan ayam maupun manajemen usaha.
“Saya mengawali usaha ini dari membantu ayah mertua menjalankan usaha di bidang peternakan ayam. Semua jenis pekerjaan di bidang ini saya lakoni termasuk kegiatan di kandang,” ungkap Gus De yang memulai dari nol tersebut.
Setelah beberapa bulan ikut terjun langsung mengoperasikan usaha sang mertua, barulah Gus De memutuskan untuk berdikari. Pria lulusan Teknik Material dan Metalurgi, Institut Teknik Sepuluh November di Surabaya ini menyusun skema pembiayaan yang ia tawarkan kepada teman-teman
kuliahnya. Akhirnya ada satu orang temannya bernama Adam Alifianto yang tertarik untuk ikut bergabung dan berinvestasi dalam usahanya tersebut.
Selanjutnya dalam menjalankan usaha, Gus De Dharma Saputra memilih menggunakan sistem kemitraan. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar harga panen sudah ditentukan. Perusahaan yang menggandeng adalah PT. Ciomas Adi Satwa, memberikan DOC atau bibit anakan ayam, pakan hingga vitamin. Sedangkan Gus De sebagai peternak plasma seperti menyediakan kandang permanen, tenaga kerja dan pemeliharaan hingga panen. Ada pun peternak plasma juga mendapat jaminan pemasaran dengan harga kontrak sesuai perjanjian tertulis. Terbukti di masa pandemi, stabilitas omset dari hasil penjualan dirasakan Gus De ketika harga ayam sedang turun atau harga pakan sedang naik.
“Tugas kami adalah memastikan ayam ayam kami sehat dan dapat dipanen sesuai target,” ungkap Gus De.
Meski adanya jaminan dari perusahaan kemitraan, namun usaha yang ia jalankan bukan berarti tanpa tantangan. Dalam usaha peternakan ayam broiler salah satu tantangan adalah menjaga kondisi kandang untuk menunjang kenyamanan ternak di dalamnya. Stabilitas suhu di dalam harus terjaga agar tidak terlalu tinggi atau rendah. Tantangan itu kemudian diatasi dengan menerapkan sistem kandang closed house. Kandang ini adalah jenis tertutup yang menjamin keamanan secara biologi atau kontak dengan organisme lain. Serta terdapat pengaturan ventilasi yang baik bertujuan untuk menyediakan iklim kondusif bagi ternak. Sehingga meminimalisasi tingkat stres.
Lebih lanjut Gus De memaparkan, penerapan teknologi pada kegiatan usaha peternakan ayam broiler di masa kini turut serta menjamin kesehatan produk panen nantinya. Ia berharap masyarakat semakin teredukasi dengan mengetahui tata cara pemeliharaan ternak di masa kini sehingga menurunkan tingkat kekhawatiran untuk membeli produk unggas bebas dari penyakit. Selain itu dari sisi pengusaha seperti Gus De, pemanfaatan teknologi di bidang peternakan juga turut memberikan keuntungan dari segi efisiensi modal dan efektivitas pemeliharaan.
Ke depannya ia berharap agar usaha peternakan ini dapat terus berkembang. Dengan keberadaan peternakan ini ia sudah mampu menyerap lima orang tenaga kerja dari masyarakat sekitar. Melihat kontribusi peternak lokal dalam membuka lapangan kerja ini, sudah semestinya pemerintah selaku pembuat regulasi lebih serius menyokong geliat peternak. Sehingga nantinya akan muncul Gus De Gus De lainnya yang menggerakkan ekonomi daerah lewat inovasi dan kreativitas mereka masing-masing.