JEMBRANA.I Putu Karang Yasa, 55 tahun, Lingkungan Tinyeb, Kelurahan Banjar Tengah, Jembrana tekun menggeluti kerajinan dari bahan jenis bambu.
Awalnya ia membuat tusuk sate hingga kini sudah mampu membuat bokor bambu, lampu hias, bingkai foto, asbak, dan tempat hape.
Yasa memasarkan produknya hanya melalui teman ke teman yang justru menarik minat pengoleksi benda kreatif. Adapun harga jenis bokor ditawarkan mulai dari Rp250 ribu hingga mencapai Rp500 ribu untuk jenis sokasi.
“Dikerjakan dalam waktu 5 hari dan jenis tergantung tipe dan model. Jenis tusuk sate hanya dipasarkan ke warung dan terutama para penjual sate. Hitungan 1 kilo dihargai Rp22 ribu sedangkan untuk berat 500 gram dijual seharga Rp11 ribu,” ungkapnya.
Dalam sebulan untuk tusuk sate, ia bisa menghasilkan pendapatan Rp1,5 juta dan itu masih kotor. Untuk proses pengerjaan, selain mengunakan alat pisau, ia juga menggunakan mesin. J
“Jika kayunya bagus tentu juga perlu dioven dengan menggunakan limbah kayu sisa hasil erajinan yang dibuat,” ujarnya.
Karang menambahkan untuk pembeli tetap atau pelanggan saat ini justru mengalami kendala. Maka itu, ia berharap bantuan pemerintah atau para pengusaha untuk membantu para perajin bambu.
“Saat ini justru sangat berdampak Pandemi Covid-19 yang hanya bisa bertahan, tak bisa banyak laku. Untung sang istri berjualan nasi kuning di depan jalan menuju rumah. Dari sejak awal mesin produksi dari yang manual hingga mesin itu hasil pinjaman bank. Dan justru ini membangkitkan semangat untuk kerja dan terus kreatif mengolah kerajinan jenis bambu,” pungkasnya.
Penulis : Kontributor Jembrana
Source: Media Network/BeritaBali