Tidak hanya dihadapkan dengan produksi nira yang menurun, menurutnya, arak produknya juga dihadapkan dengan penjualan yang menurun.
Selain karena dampak wabah virus corona, menurutnya, penurunan penjualannya juga karena adanya wacana pengenakan sanksi pidana terhadap konsumen minuman beralkohol.
Meski baru rencana, menurutnya kabar itu berhasil membuat para peminum khawatir. “Pengepul arak saya yang cerita kalau konsumen ketakutan.
Termasuk pengepulnya juga takut untuk memasarkan. Biasanya setiap tiga hari sekali cari arak 15 botol. Sekarang empat hari bahkan lebih baru cari arak ke sini,” ungkapnya.
Ia berharap ada solusi terbaik yang bisa diberikan pemerintah. Sebab dari memproduksi araklah warga Desa Besan yang tinggal di dataran tinggi bisa bertahan hidup dan menyekolahkan anak-anaknya.
“Kalau buat arak, saya bisa mengurus rumah dan keluarga tetapi tetap bisa berpenghasilan,” tandasnya.
(rb/ayu/mus/JPR)