Namun demikian, berbicara Pilkada di Bali menurutnya memang sejak dua periode kepemimpinan di Bali memang sudah menunjukkan trend penurunan tingkat partisipasi masyarakat, khususnya di Denpasar
“Lima tahun lalu, kalau tidak salah tidak sampai lima puluh persen tingkat partisipasi masyarakat ke TPS, karena banyak yang pulang kampung. Tapi saya tidak tahu apakah karena ada faktor lain waktu itu atau memang karena faktor masyarakat metropolis seperti itu,” katanya
Namun demikian, untuk di daerah-daerah di luar Denpasar, Subanda optimis tingkat partisipasi masyarakat masih cukup tinggi. “Kalau saya optimis khususnya di daerah di luar metropolitan itu angkanya diatas 60 persen tingkat partisipasinya,” ucap Subanda
Terkait adanya tokoh-tokoh partai dan calon yang mengatakan optimis partisipasi masyarakat sampai 90 persen dan bisa menang 80 persen, menurut Subanda, itu terlalu halu alias kejauhan.
“Melihat calon dan situasi seperti sekarang, itu kejauhan, itu pikir saya,” kata Subanda
Soal money politik, menurut Subanda, dalam Pilkada Serentak kali ini justru paling minim peredaran uang untuk money politik. Ini disebabkan karena para pelaku pariwisata di Bali kebanyakan tidak memiliki duit untuk mendukung para calon-calon di Pilkada
“Karena uang begitu begitu (money politik) kan datangnya dari pengusaha yang punya kepentingan, misalnya pengusaha pariwisata. Kalau calonnya kan tidak punya duit sekarang, jadi menurut saya peredaran uang sekarang sangat sedikit untuk itu,” beber Subanda (red)
sumber:jegbali