Memulai usaha sejak 17 tahun silam, I Putu Gede Kastara sukses mengangkat perekonomian melalui pemanfaatan potensi hasil pertanian lokal. Pria asal Jembrana ini jeli melihat celah peluang dari kebutuhan masyarakat terhadap kelapa sajen. Kemudian dengan gesit menggarap peluang tersebut bermodal tabungan hasil jerih payah beberapa tahun. Simak langkah perjuangan pemilik UD. Putra Guru ini dalam meniti usaha hingga berhasil memiliki jaringan pemasaran seluruh Bali.
Buah kelapa dikenal memiliki segudang manfaat, baik untuk dikonsumsi langsung maupun diolah kembali menjadi produk makanan atau kerajinan. Khususnya di Bali, buah kelapa lebih jauh dimanfaatkan sebagai sarana upacara keagamaan atau biasa disebut yadnya. Mengingat ritual upacara rutin diselenggarakan di Bali dan kehadiran kelapa tak pernah absen dalam setiap acara, maka permintaan kelapa dalam kuantitas besar terus ada.
Inilah peluang yang diambil oleh I Putu Gede Kastara sejak tahun 2003. Pria yang akrab disapa Guru Tude ini tak menyangka bahwa keputusan nekat yang diambil belasan tahun silam akan berbuah manis. Sebelum sukses menjadi juragan kelapa, ia sempat merantau ke Sulawesi untuk bekerja. Lewat hasil memeras keringat ia sisihkan sebagian untuk nantinya dipergunakan sebagai modal usaha jika pulang ke Bali.
Setelah kembali menetap di kampung halamannya di Negara, Jembrana, ia langsung melaksanakan niatannya yaitu merintis usaha di bidang pertanian. Sebelumnya ia sudah mengutarakan keinginan membuka usaha dengan seorang kawan yang berprofesi sebagai sopir angkutan barang antar provinsi. Kepada kawannya tersebut, Guru Tude menyerahkan kepercayaan untuk mengumpulkan buah kelapa berasal dari Lampung. Pada waktu itu memang kelapa dari luar daerah membanjiri Bali lantaran dari segi harga relatif murah.
“Setelah saya menyerahkan modal sebesar tujuh juta rupiah kepada teman, sejak itu pula saya kesulitan untuk tidur karena memikirkan seluruh uang tabungan hasil bekerja beberapa tahun dibawa oleh orang lain,” ungkap Guru Tude mengenang masa-masa merintis usaha.
Hari berganti hari dan tiba saat kelapa pesanannya datang dengan dibawa sebuah truk. Ternyata dari modal sebesar tujuh juta rupiah itu ia mendapat sekitar 12.000 butir kelapa. Penantian penuh kecemasan itu akhirnya terbayar saat kelapa yang diperuntukkan sebagai sajen itu laku di pasaran dan membuatnya mampu meraup keuntungan sekitar lima juta rupiah. Kemudian Guru Tude menggunakan keuntungan usaha untuk diputar kembali menjadi modal dan usahanya terus berlanjut hingga sekarang.
Diakui Guru Tude pada saat ia mengawali usaha belum banyak pemain di bisnis supplier kelapa dari Lampung. Sehingga bisnisnya dengan cepat melesat karena ceruk pasar yang begitu besar mampu ia kuasai. Bahkan untuk memenuhi pesanan ia harus menjajaki petani kelapa di berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari Gorontalo, Palu, NTT dan Jambi. Hanya saja setelah dibuat kebijakan untuk meningkatkan konsumsi kelapa lokal, Guru Tude mulai mengubah strategi dengan menjajaki para petani kelapa yang ada di Bali.
Dalam sebulan, Guru Tude mampu memenuhi permintaan paling banyak sampai 480ribu butir kelapa sajen per bulannya. Namun sejak pandemi melanda, memang dirasakan adanya penurunan jumlah pemintaan. Hal ini lantaran intensitas kegiatan upacara di Bali yang menurun drastis. Meski demikian Guru Tude tetap optimis bergerak di industri ini. Sebab menurutnya, kebutuhan kelapa sajen memang fluktuatif namun tidak akan pernah sampai nol. Selama masyarakat Bali masih memegang teguh tradisi dan budaya mereka maka selama itu pula ceruk pasar usaha supplier kelapa akan terus bergeliat.
Meski dalam kondisi apa pun, baik itu saat suka maupun duka, Guru Tude senantiasa mensyukuri segala anugerah yang dilimpahkan oleh Sang Empunya Kehidupan. Apalagi bisa dikatakan ia mendapat amanah dan kepercayaan untuk dititipkan rezeki lebih sehingga ia berusaha memperlakukan titipan tersebut dengan sebaik-baiknya. Salah satu langkah yang dilakukan melalui upaya berbagi kepada sesama yang membutuhkan.
Hingga saat ini Guru Tude masih rutin melakukan kegiatan bakti sosial yang ditujukan kepada yayasan yang mengayomi anak kurang mampu dan lansia. Total ia sudah menjadi perpanjangan rezeki dari Tuhan yang menyalurkan bantuan kepada 2000 anak yatim lewat kedua tangannya sendiri. Tentunya hal ini dapat menjadi sumber inspirasi bagai individu lainnya untuk memulai langkah berbagi ke sesama tanpa harus menunggu untuk merasa berlebih dahulu. Karena setiap detik waktu di dunia merupakan waktu yang tepat untuk berbuat baik.