Ekonomi Bali pada triwulan I/2022 tercatat tumbuh terkontraksi hingga -4,27 persen dibandingkan triwulan IV/2021 (q-to-q), tetapi jika dilihat berdasarkan triwulan I/2021 dengan triwulan I/2022 (yoy) pertumbuhan ekonomi perlahan meningkat.
Pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan I/2022 meningkat 1,46 persen dibandingkan triwulan I/2021. Badan pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat pertumbuhan total perekonomi Bali pada triwulan I/2022 yang diukur berdasarkan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas dasar harga konstan (ADHK) meningkat 1,46 persen (yoy), dari Rp34,83 triliun menjadi Rp35,33 triliun. Pertumbuhan masih tergolong rendah. Meskipun begitu, pertumbuhan ekonomi saat ini diharapkan dapat menjadi tombak awal untuk membangkitkan kembali perekonomian Bali.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Hanif Yahya menyampaikan meskipun ekonomi Bali pada triwulan I/2022 tercatat tumbuh terkontraksi hingga -4,27 persen dibandingkan triwulan IV/2021 (q-to-q), tetapi jika dilihat berdasarkan triwulan I/2021 dengan triwulan I/2022 (y-on-y) pertumbuhan ekonomi perlahan meningkat.
“Pertumbuhan ekonomi Bali dari 2017 hingga 2022, pada triwulan I secara q to q di setiap tahunnya memang selalu mengalami pertumbuhan negatif, tetapi jika dilihat pada triwulan I/2021 dengan triwulan I/2022 (yoy) mengalami peningkatan,” ungkapnya Selasa (10/5/2022). Kondisi ini didorong oleh adanya pertumbuhan beberapa lapangan usaha. Pertumbuhan tertinggi tercatat pada lapangan usaha kelas C (industri pengolahan) sebesar 16,21 persen, diikuti lapangan usaha pengadaan listrik dan gas sebesar 7,66 persen, lapangan usaha jasa lainnya sebesar 6,23 persen, dan perdagangan besar dan eceran sebesar 5,96 persen.
Sementara berdasarkan struktur PDRB pada triwulan I/2022 masih didominasi oleh Kategori I (penyediaan akomodasi dan makan minum) yang tercatat berkontribusi sebesar 17,18 persen. Peningkatan yang terjadi pada sektor industri pengolahan meningkat drastis dari -2,50 menjadi 16,21 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Hal ini didorong oleh indeks produksi IBS (industri besar sedang) meningkat mencapai lebih dari 10 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Sementara pada skala IMK (industri mikro dan kecil), indeks produksi di Bali pada triwulan I/2022 juga mengalami peningkatan sekitar 5 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Demikian juga indikator ekspor luar negeri juga menunjukkan peningkatan hampir 20 persen dibandingkan triwulan I/2021. Hanif menyampaikan bahwa kondisi saat ini sudah cukup baik dan perekonomian harus terus tumbuh. “Ini menjadi indikator yang baik, semoga pada triwulan selanjutnya dapat tumbuh lebih baik lagi,” jelasnya.
Bali Perlu Diversifikasi Ekonomi Direktur Riset Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Berly Martawardaya, menjelaskan lembatnya pemulihan ekonomi atau recovery Bali disebabkan karena ketergantungan Bali pada sektor pariwisata, dan tidak melakukan diversifikasi ekonomi sejak dulu. “Bali membutuhkan diversifikasi ekonomi agar tidak tergantung pada satu sektor, saat ini Bali paling lama recovery dibanding daerah lain,” jelas Berly melalui zoom, Rabu (20/4/2022).
Pemulihan ekonomi paling cepat terjadi di wilayah Papua dan Maluku, yang pertumbuhan ekonominya mencapai 10,09 persen, kemudian Sulawesi 5,67 persen, Jawa 3,66 persen, Sumatra dan Kalimantan tumbuh masing-masing 3,18 persen. “Sedangkan Bali dan Nusa Tenggara ini baru tumbuh 0,07 persen,” ungkap Berly. Sementara itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mencatat pertumbuhan ekonomi Bali pada kuartal IV/2021 sejumlah 0,51 persen atau masih di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Sepanjang 2021 hanya kuartal II/2021 ekonomi Bali tumbuh positif 2,8 persen.