Dalam menekuni profesi sebagai wirausaha, memang tidak terlalu diperlukan kualifikasi pendidikan tertentu. Agar dapat terjun ke dunia usaha, seseorang harus memiliki rasa optimisme dan keberanian untuk menghadapi risiko di depan nantinya. Tanpa itu semua, perjalanan usaha bisa jadi akan tersendat di tengah jalan lantaran rasa putus asa ketika menghadapi tantangan. Inilah yang dibuktikan oleh I Nengah Suyada. Pengusaha asal Pupuan Tabanan ini telah melewati berbagai rintangan dalam menjalankan usaha, namun sampai saat ini masih optimis berusaha mempertahankan eksistensi bisnisnya.
I Nengah Suyada bukanlah putra seorang pengusaha maupun lulusan dari sekolah bisnis. Jiwa wirausahawan bertumbuh secara alami dalam dirinya dan dipupuk dengan pengalaman. Melalui kemampuan membaca peluang, ia berhasil membangun beberapa lini usaha. Mulai dari bisnis di bidang hortikultura hingga merambah ke usaha penjualan material bangunan. Jaringan pemasarannya tidak hanya di sekitar wilayah Pupuan saja melainkan sudah meluas ke daerah-daerah lainnya sampai ke luar kabupaten seperti Jembrana, Denpasar, Gianyar dan Klungkung.
Terlahir di lingkungan keluarga petani, sejak kecil Nengah Suyada telah akrab dengan pertanian dan perkebunan. Masa kanak-kanaknya banyak dihabiskan dengan bermain dan bersosialisasi, sampai pernah mendapat stigma negatif oleh lingkungan sekitar. Siapa sangka dari kebiasaan bergaul dengan bermacam-macam kalangan itu, ia menjadi pribadi yang supel dalam pergaulan dan memiliki jaringan pertemanan yang luas.
Ketika sudah memasuki usia kerja, Nengah Suyada memiliki keinginan untuk meniti karier ke Denpasar. Namun tak seirama dengan keinginan orang tuanya yang tidak mau melepasnya untuk merantau. Sebagai anak berbakti dan senantiasa mengutamakan kebahagiaan orang tua, Nengah Suyada mengurungkan niatnya serta memilih menggarap peluang yang ada di desanya. Selain itu ia juga memutuskan berumah tangga dengan menyunting wanita pujaan hatinya kala itu.
Di saat istri tengah mengandung, Nengah Suyada sudah memulai usaha supplier kelapa dan janur. Ia melakukan semua proses usaha seorang diri mulai dari memanjat pohon untuk mendapatkan komoditi yang hendak dijual, hingga memasarkannya langsung ke para pengepul dengan mengendarai satu armada pemberian orang tua. Kemampuan mengemudi yang dimiliki pun didapat dari hasil belajar secara otodidak, dalam waktu singkat ia sudah menguasai cara mengemudikan kendaraan beroda empat seperti truk.
Kelahiran putri pertama menambah amunisi semangatnya dalam bekerja. Bahkan nama sang buah hati dijadikan sebagai branding usaha yaitu Gek Wulan. Pelan tapi pasti, Nengah Suyada mampu melambungkan usahanya hingga membeli satu buah armada dari hasil jerih payahnya. Hanya saja tak sampai beberapa bulan ia mengalami musibah di mana truk yang baru saja dibeli itu ludes terbakar. Setelah itu ada beberapa cobaan lainnya yang sempat dialami seperti kecelakaan ketika memanjat kelapa dan sekali lagi merelakan armada yang baru dibeli lantaran jatuh ke jurang.
Pada dasarnya Nengah Suyada merupakan sosok yang tangguh, dalam menghadapi cobaan ia selalu melihat dari kacamata berbeda yaitu masalah dijadikan suatu pembelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tanpa prinsip itu, bisa jadi ia tidak akan sampai di titik seperti sekarang ini. Bangkit dari kegagalan demi kegagalan, Nengah Suyada justru berani melangkah dengan melebarkan sayap usahanya ke bidang usaha material bangunan. Tepatnya di tahun 2010, ia merintis UD. Karya Abadi. Mengawali dari satu buah armada, Nengah Suyada menerima pesanan dan mengantarkan langsung bahan material ke para pembeli. Beberapa jenis bahan baku konstruksi yang dijual antara lain pasir, batu, batako, dan besi.
Sejak awal didirikan, UD. Karya Abadi yang lebih familiar dengan sebutan Gek Wulan Tabanan oleh para pelanggannya ini menyasar segmentasi kalangan instansi pemerintahan. Nengah Suyada lebih banyak menyuplai material untuk pengerjaan proyek-proyek di pemerintahan seperti proyek pembangunan infrastruktur. Usahanya mulai moncer di tahun 2015 kala ia mengaplikasikan teknologi mesin press untuk produksi batakonya sehingga membuat kapasitas produksi makin bertambah. Di tahun 2017 ia membeli armada lagi berupa Dump Truk yang dapat meningkatkan volume barang yang didistribusikan ke pelanggan.
Dari modal satu unit truk, kini Nengah Suyada sukses menambah jumlah armada pengangkutan hingga tujuh unit. Selain itu ia juga mampu menambah jumlah SDM yang ikut bekerja dengannya sehingga ia bisa dikatakan turut serta dalam membuka lapangan kerja di masyarakat. Ke depannya ayah dari dua orang putri ini ingin membuat gudang dan kantor untuk manajemen usahanya serta membangun toko bangunan yang lebih nyaman untuk dikunjungi pembeli. Nantinya UD. Karya Abadi diharapkan dapat menjangkau market-market lainnya yang sebelumnya belum digarap secara maksimal.