Setelah 10 tahun menekuni industri perikanan, khususnya di bidang pembudidaya (hatchery) nener bandeng dan berbagai jenis ikan lainnya. Kini David Sutowo, salah satu pegiat usaha perikanan di Bali Utara melirik peluang di budidaya lobster. Selain karena produk perikanan satu ini memiliki pasar yang sangat luas, terutama di luar negeri. Dirinya menilai bahwa dalam beberapa tahun ke depan, lobter sangat potensial dikembangkan sebagai sumber protein yang merakyat. Lambat laun produksi budidaya para pembudidaya lokal pun dapat terserap di dalam negeri secara maksimal.
Gemar makan lobster, sebuah gerakan non terorganisir yang belakangan ini mulai terasa riak-riaknya. Di beberapa kota yang ada di Indonesia, mulai muncul panganan inovatif yang dipadukan dengan bahan baku lobster. Tentunya agar semakin menarik masyarakat, makanan mengandung lobster tersebut dibanderol dengan harga yang ramah dengan kantong rakyat. Dengan demikian, lobster kian terasa akrab bagi masyarakat walau sebelumnya dianggap sebagai makanan kelas premium.
Sebagai pengusaha yang bergerak di bidang budidaya lobster, David Sutowo menanggapi fenomena menu tak biasa berbahan lobster hanya sebuah permulaan dari pergeseran pola konsumsi masyarakat. Bahkan sebetulnya menjadi hal yang wajar manakala lobster dapat dijadikan menu makanan merakyat. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan status negara ini sebagai negara nomor satu penghasil benih lobster (benur) jenis Panulirus homarus. Lebih dikenal dengan nama Lobster Pasir, jenis ini yang umum dicari para pemasok lobster dari seluruh dunia.
Meski demikian, kenyataan di lapangan berkata lain. Saat ini Vietnam masih memegang predikat sebagai negara pengekspor lobster di dunia. Ironinya negara tersebut justru mendapatkan benih lobster dari Indonesia alias mengimpor. David Sutowo menjadi segelintir pengusaha perikanan yang mulai merambah budidaya lobster beberapa tahun belakangan. Alasannya sangat sederhana, karena ia tak perlu susah payah mencari pasar melainkan konsumen yang jemput bola mencarinya. Selain itu budidaya yang ia kembangkan di perairan Sumbawa juga mendapat dukungan dari dinas terkait.
Sebelumnya David mengembangkan usaha budidaya nener bandeng di Desa Penyabangan dan Desa Gerokgak, Kabupaten Buleleng.
Selain mengembangkan hatchery benih bandeng yang dipasarkan ke Filipina, ia juga memproduksi benih kerapu yang banyak terserap di Vietnam. Pengalaman dalam menjalankan bisnis hatchery tersebut menjadi bekal bagi David untuk melebarkan sayap usahanya ke Sumbawa. Tahun 2020 ia mulai mengembangkan budidaya lobster dan memiliki jaringan pemasaran ke beberapa negara.
David berharap dalam beberapa tahun ke depan, hasil budidayanya akan lebih banyak diserap di pasar dalam negeri. Hal terebut akan mewujud nyata apabila diikuti oleh peran berbagai pihak, termasuk para pembuat regulasi. Sedangkan dirinya dari sisi produsen berusaha menyediakan produk perikanan laut berkualitas. Bukan sesuatu yang mustahil jika nantinya lobster akan terhidang sebagai menu yang lumrah disantap sehari-hari bagi keluarga Indonesia.