Sampai saat ini beras masih menjadi bahan pangan pokok bagi masyarakat sehingga keberadaannya selalu dibutuhkan. Adanya permintaan berkelanjutan terhadap komoditi satu ini memunculkan peluang usaha menjanjikan, khususnya bagi produsen dan distributor beras. Salah satu pengusaha yang cukup lama “bermain” di bidang pengolahan gabah menjadi beras atau penggilingan padi (Rice Miling Unit) adalah I Made Rai Winartha. Selama 30 tahun ia konsisten menjual beras asli Bali berkualitas dengan jaminan bersih dan tanpa bahan kimiawi berbahaya.
I Made Rai Winartha mengawali kariernya sejak tahun 90an dengan membantu usaha ayahnya yang bergerak di bidang serupa. Kala itu bertugas memasarkan beras hasil penggilingan ke pelosok daerah yang ada di Bali. Permintaan terhadap beras produksi lokal di masa itu masih sangat tinggi lantaran gempuran produk dari luar Bali belum semasif sekarang. Sehingga berapa pun jumlah yang diproduksi, stok beras lokal selalu habis diborong masyarakat.
“Saya memasok beras tidak hanya di seputaran wilayah Badung saja, bahkan sering melakukan pengiriman ke Singaraja. Di sanalah saya menemukan jodoh saya,” kenang suami dari (nama istri) tersebut.
Suatu ketika ayah Rai Winartha memutuskan untuk membeli sebidang lahan yang berlokasi di Jalan Raya Abianbase, Mengwi. Lahan itu kemudian dikelola oleh Rai Winartha dengan membangun sebuah pabrik penggilingan beras. Sejak itu Rai Winartha tidak hanya bertugas memasarkan saja, melainkan juga mencari gabah ke petani dan bertanggung jawab terhadap proses produksi.
“Harus gesit terjun ke lapangan langsung dalam mencari gabah setiap hari. Jika tidak cekatan bisa-bisa tidak kebagian stok dari petani,” ungkap Rai Winartha.
Pria asli Mengwi ini mengatakan mendapatkan gabah padi dari berbagai lahan pertanian di Bali. Jenis atau varietas yang dibeli adalah yang menghasilkan nasi yang pulen dan memenuhi standar regulasi pangan. Setelah membeli gabah dari petani, proses selanjutnya adalah pengeringan gabah. Rai Winartha menuturkan, sampai saat ini pihaknya masih menggunakan cara pengolahan tradisional. Misalnya saja dalam tahapan pengeringan gabah dilakukan manual dan memanfaatkan sinar matahari.
Setelah itu dilakukan proses penggilingan gabah untuk memisahkan butiran beras dengan kulitnya. Rai Winartha mengakui pihaknya tidak melakukan proses “pemolesan” yang bertujuan membuat tampilan beras lebih cantik. Lantaran proses tersebut melibatkan penggunaan bahan kimiawi yang bila dikonsumsi jangka panjang dikhawatirkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Ia berkomitmen menjual beras Bali asli yang bersih dan tanpa campuran bahan kimia berbahaya.
Beras yang telah selesai diproses selanjutnya dimasukkan ke dalam kemasan yang higienis dan steril. Lebih lanjut ia mengatakan, dirinya menyediakan beberapa pilihan beras berdasarkan berat. Tersedia ukuran terkecil yaitu 5 kg dan yang terberat adalah 25 kg. Di bawah bendera UD. Barito, ia menyuplai permintaan beras ke berbagai usaha ritel dan grosir.
Namun semenjak kehadiran beras produksi luar Bali di pasaran, Rai merasakan adanya penurunan terhadap minat beras lokal. Penyebabnya, beras yang didatangkan dari luar Bali cenderung lebih murah. Menyadari kondisi tersebut, Rai Winartha tetap optimis menghadapi persaingan pasar. Ia melakukan strategi pemasaran yang lebih inovatif, yaitu dengan menyasar langsung para pengguna atau konsumen akhir. Lewat langkah tersebut ia memperpendek rantai pasok barang sehingga para konsumen dapat menikmati produknya dengan harga lebih terjangkau.
Kini setelah 30 tahun berkarya sebagai seorang pengusaha, Rai Winartha terus mencoba menggali potensi lainnya yang sekiranya mampu ia garap. Salah satunya dengan mengembangkan usaha pakan ternak, seperti dedak. Ternyata respons dari para peminatnya cukup besar, meski dalam situasi pandemi seperti sekarang. Ia mengatakan bahwa permintaan pakan lebih banyak datang dari para peternak babi sebab hewan tersebut masih sangat dibutuhkan untuk keperluan upacara maupun konsumsi masyarakat Pulau Dewata. Selain itu, sejak awal tahun 2020 UD. Barito juga menyediakan material bangunan, seperti batako, pasir dan batu.
Rai Winartha berharap ke depannya usaha UD. Barito dapat lebih berkembang dan terus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebuah usaha yang maju tentunya akan berpotensi menyerap lebih banyak lapangan pekerjaan. Sehingga sebagai pengusaha lokal Rai Winartha dapat berkontribusi memutar roda ekonomi daerah. Hal ini tentunya memerlukan dukungan dari semua pihak, salah satunya dari para pengampu kebijakan melalui pembuatan regulasi yang dapat melindungi komoditi pangan lokal di Bali.