Selama 2,5 tahun pandemi COVID-19, industri pariwisata mengalami dampak yang signifikan. Pelajaran berharga dapat dipetik dari situasi ini, termasuk untuk I Made Agus Kertiana, pemilik “BMW Rafting”. Setelah pertengahan awal 2022, Agus Kertiana berhasil membuka kembali usahanya. Namun, ia menyadari bahwa minat wisatawan telah berubah, dengan wisatawan lebih tertarik mengunjungi Nusa Penida daripada melakukan olahraga rafting seperti sebelum pandemi. Dalam menghadapi perubahan ini, Agus Kertiana mengambil langkah-langkah untuk menarik minat wisatawan kembali. Salah satu strategi yang diadopsinya adalah melalui promosi melalui media sosial dan melakukan kolaborasi dengan agen pariwisata, masyarakat lokal dan pentingnya dukungan pemerintah.
Agus Kertiana memiliki pengalaman selama 10 tahun sebagai pemandu wisata di “Bali International Rafting” sebelum akhirnya pindah ke Dewata Rafting, di mana ia mencapai posisi sebagai Head Guide. Selama bertahun-tahun bekerja di industri ini, ia semakin merasa dorongan kuat untuk memiliki usaha rafting sendiri. Kemudian, dalam perjalanannya, Sucita bertemu dengan seorang agen yang mengatur kunjungan wisatawan Arab. Dukungan dari agen ini mendorongnya untuk memulai usaha rafting sendiri. Keahliannya dalam memandu dan pengalamannya yang luas membuatnya mendapatkan tempat istimewa di hati para wisatawan Arab yang tertarik dengan olahraga rafting ini.
Olahraga rafting, termasuk BMW Rafting, sebelum pandemi, sangat didominasi oleh wisatawan asal Saudi Arabia disusul Cina, Australia dan Eropa. Namun, kualitas wisatawan dan persaingan harga di sekitar BMW Rafting telah berdampak pada kunjungan olahraga ini. Banyaknya operator rafting lain yang memberikan diskon harga menyebabkan penurunan kualitas wisatawan yang mencari harga rendah. Meskipun BMW Rafting menawarkan harga yang lebih tinggi, tetapi tetap menjaga kualitas yang baik. Sebelumnya, telah ada kesepakatan harga antara para pebisnis yang terlibat dalam Asosiasi Telaga Waja, yang dimediasi oleh pemerintah. Namun, beberapa pihak mengabaikan kesepakatan tersebut dengan alasan kekhawatiran tidak mendapatkan tamu. Hal ini disayangkan, mengingat ada biaya tambahan yang diperlukan, seperti pemeliharaan peralatan rafting dan kesejahteraan karyawan. Meskipun demikian, BMW Rafting tetap berkomitmen untuk menjaga kualitas layanan mereka dan memberikan pengalaman rafting yang aman dan menyenangkan bagi wisatawan. Mereka mengakui bahwa penting untuk mempertahankan harga yang sesuai dengan kualitas yang mereka tawarkan, dan berharap bahwa keberadaan Asosiasi Telaga Waja dapat mempromosikan kerjasama yang lebih baik antara operator rafting untuk menjaga keberlanjutan industri dan kualitas layanan.
Mendirikan bisnis di kota kelahirannya, suatu hal yang membanggakan bagi Agus Kertiana. Karena Karangasem adalah kota yang ideal untuk bisnis pariwisata, yang menawarkan panorama alam yang memukau dan lengkap. Kabupaten ini dikelilingi oleh keindahan gunung, sungai, pantai, serta berbagai pura sakral termasuk yang terbesar di wilayah tersebut. Potensinya untuk menjadi pusat kegiatan wisata sangat tinggi, sehingga tidak perlu lagi pergi ke daerah lain di Bali. Meskipun pemerintah masih dalam proses pengembangan tersebut, ia menganggap promosi menjadi langkah strategis yang perlu dilakukan di pusat pelayanan informasi bagi para wisatawan. Melibatkan para investor sebagai pihak ketiga juga dianggap penting untuk mendukung pengembangan pariwisata di Karangasem. Ditambahkan lagi oleh Agus Kertiana, dalam hal infrastruktur, Karangasem sudah memiliki fasilitas yang baik dan hanya perlu dipertahankan. Begitu juga dengan keasrian alam menjadi daya tarik yang dijual oleh para pelaku bisnis pariwisata di Karangasem. Upaya menjaga kelestarian alam menjadi hal yang penting agar wisatawan dapat menikmati keindahan alam secara berkelanjutan.
Dengan potensi panorama alam yang menakjubkan, dukungan pemerintah, promosi yang efektif, dan perhatian terhadap kelestarian alam, Karangasem memiliki peluang besar untuk menjadi destinasi wisata yang berkembang dan menjadi pusat wisata yang komprehensif di Bali.
Faktor mengembangkan keramahtamahan, terutama dalam bisnis pariwisata, perlu dilakukan pelatihan manajemen dan penyegaran secara berkala. Pelatihan ini dapat meliputi peningkatan keterampilan komunikasi, pelayanan pelanggan, budaya lokal, dan kesadaran akan pentingnya keramahan dan keramahan budaya Bali. Selain itu, penting untuk membangun kesadaran akan pentingnya sikap ramah dan keramahan dalam komunitas lokal. Ini dapat dilakukan melalui kampanye edukasi dan kolaborasi dengan lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, dan tokoh-tokoh lokal. Masyarakat dapat diajak untuk terlibat dalam homestay atau pengalaman wisata yang melibatkan interaksi langsung antara wisatawan dan masyarakat setempat. Ini akan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berbagi pengetahuan, keahlian, dan budaya mereka, sambil menciptakan pengalaman yang unik dan autentik bagi wisatawan. Seluruh upaya ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang ramah dan menyambut bagi wisatawan, sehingga menciptakan pengalaman yang positif dan meningkatkan reputasi Karangasem sebagai tujuan pariwisata yang menonjol di Bali.
Dengan memperkuat sinergi antara masyarakat lokal, pebisnis pariwisata, dan pemerintah, serta berkomitmen pada pariwisata berkelanjutan, Karangasem dapat terus berkembang sebagai daerah destinasi wisata yang menarik. Memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat, sambil menjaga keaslian budaya dan lingkungan alam Bali yang memukau. Kesadaran tentang potensi wisata dan dukungan yang saling berkelanjutan ini adalah langkah positif dalam pengembangan pariwisata Karangasem khususnya dan Bali tentunya.
“Mari kita terus memperkuat sinergi, membangun kolaborasi yang erat antara masyarakat, pebisnis pariwisata, dan pemerintah, serta menjaga komitmen pada pariwisata berkelanjutan secara keseluruhan. Bersama-sama, kita menciptakan masa depan yang cerah dan berkelanjutan bagi pariwisata di Karangasem dan Bali”.