I MADE SUDIKSA | FOUNDER PT. BINA SARANA CIPTA
Perkembangan pariwisata di Bali yang luar biasa pesat lantas menumbuhkan beragam peluang usaha dengan prospek menjanjikan. Salah satunya penjualan cinderamata dan produk seni yang diminati oleh pasar luar negeri. Para wisatawan yang awalnya datang berplesiran ke Bali kemudian tertarik membawa pulang barang-barang seni buatan seniman lokal Bali. Sehingga muncul kebutuhan pengemasan barang sekaligus jasa pengiriman dari Bali ke daerah asal para turis. Celah peluang inilah yang dimanfaatkan oleh pengusaha jasa pengemasan barang I Made Sudiksa dengan mengibarkan bendera PT. Bina Sarana Cipta.
Kegiatan pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya sudah menjadi bagian dari peradaban manusia sejak dahulu kala. Dalam perkembangannya, kegiatan ini menjadi sebuah peluang usaha yang semakin dibutuhkan sejalan dengan kemajuan teknologi transportasi dan informasi. Bahkan jasa pengiriman barang di masa kini sudah tidak dibatasi batas wilayah dan waktu. Siapa saja, kapan saja, dan di mana saja dapat melakukan pengiriman lewat jasa ekspedisi terpercaya.
Berbicara mengenai perkembangan jasa ekspedisi sekaligus pengemasan barang untuk pengiriman, tidak lengkap apabila belum menyinggung kisah perjuangan salah satu putra daerah Bali dalam menapaki karir usaha di bidang ini. Sosok pengusaha bernama I Made Sudiksa ini merupakan perintis salah satu perusahaan ekspedisi untuk kalangan ekspoter dan impoter yang sudah lama eksis di Bali. Perjalanan usaha yang dibangun dari nol ini terhitung telah menginjak usia 20 tahun.
Tentunya dengan usia usaha yang sudah lama itu, perusahaan yang bernama PT. Bina Sarana Cipta tersebut telah memiliki jam terbang tinggi dalam bidang jasa pengemasan. Made Sudiksa menjelaskan kegiatan usahanya itu mengunggulkan layanan pengemasan wooden packing atau kemasan kayu. Pengemasan barang menggunakan kayu masih menjadi favorit di industri pengiriman barang lantaran memiliki berbagai macam keunggulan. Selain kemampuannya mengangkut barang berat, packing kayu juga mampu melindungi dan meminimalisir kerusakan produk akibat proses pengiriman.
“Pengemasan barang menggunakan bahan kayu tidak dapat dilakukan sembarangan. Terdapat standar internasional yang harus diikuti agar kemasan yang digunakan tidak membawa sumber penyakit,” ujar Made Sudiksa
Salah satu aturan yang tercantum pada standar packing kayu adalah material yang digunakan harus melalui perlakuan panas terlebih dahulu. Sudiksa memaparkan selain perlakuan panas ada pula perlakukan kimia namun pihaknya tidak menggunakan unsur kimiawi agar sesuai dengan standar organisasi kesehatan dunia.
Penggunaan material pengemasan yang berkualitas serta telah berpengalaman mengepak berbagai jenis dan ukuran barang, PT. Bina Sarana Cipta kerap dipercaya oleh perusahaan swasta, instansi pemerintah, maupun kalangan individu. Sudiksa menambahkan pihaknya tidak hanya memproduksi kemasan kayu dan menawarkan jasa pengemasan, melainkan juga menjual produk packing kayu untuk kalangan umum.
Buah dari Perjuangan
Mengembangkan dan mempertahankan usaha dalam kurun waktu puluhan tahun tentunya bukan perkara mudah. Demikian pula yang dialami Made Sudiksa yang telah memulai usaha jasa pengemasan barang pada tahun 1998. Pria yang pernah bekerja sebagai karyawan swasta itu tertarik menekuni usaha tersebut karena melihat pertumbuhan bisnis pengiriman semakin melambung. Sedangkan para pelaku usaha ekspedisi membutuhkan kemasan untuk mengemas barang yang akan mereka kirim.
“Awalnya saya memantau kondisi pasar. Sebagai pemain baru di industri ini serta memiliki modal yang sangat minim, pastinya akan kalah jika langsung bersaing dengan para pemain lama. Jadi yang saya lakukan adalah bekerjasama dengan pesaing dengan mengambil sebagain kecil dari pesanan yang mereka terima sambil melakukan pemasaran perusahaan secara terus menerus,” ungkap Made Sudiksa
Saat itu ia mengetahui bahwa dalam bisnis jasa ekspedisi juga terlibat kegiatan pengemasan. Pada proses inilah biasanya jasa pengiriman mengalami kewalahan. Bak gayung bersambut, kondisi tersebut segera dimanfaatkan Sudiksa untuk menawarkan jasanya kepada perusahaan jasa ekpedisi. Meskipun jumlah pesanan yang ia terima tidak terlalu banyak namun sudah cukup baginya untuk mendapat keuntungan. Lambat laun usahanya yang dibantu istri tercinta kian dikenal dan mulai mendapat pesanan langsung dari customer.
Tentunya dalam setiap usaha ada rintangan-rintangan yang datang baik kecil maupun besar. Begitu pula pada usaha yang dikelola Sudiksa. Ketika orderan semakin membludak, ia semakin kewalahan menanganinya. Timbul permasalahan seperti bahan baku pesanan yang terbatas hingga keterlamabatan waktu menyelesaikan pesanan. Akhirnya pada tahun 2000, Sudiksa harus menghadapi keadaan di mana usahanya mengalami kebangkrutan.
Pria asal Singaraja tersebut kemudian memasrahkan kelanjutan skenario hidupnya kepada Yang Maha Kuasa. Sembari masih terus berusaha mencari peluang yang bisa dikerjakan dengan modal yang sangat minim. Memang benar Tuhan akan mendengarkan doa umat-Nya yang tidak gampang berputus asa. Sudiksa kemudian dipertemukan dengan pengsuaha ekpedisi asal Jakarta yang menawarinya untuk mengelola perusahaan di Bali.
Kepercayaan yang sudah diberikan kepadanya tidaklah disia-siakan. Ia kembali bangkit dengan semangat dan kerja keras untuk memajukan usaha berbekal pengalaman di masa lalu. Apa yang baik dari strategi usaha sebelumnya dilakoni kembali sedangkan langkah yang merugikan berusaha dihindari. Ternyata pengusaha yang mempercayakan usahanya pada Sudiksa mengalami kebangkrutan dan Sudiksa diperbolehkan mengambil alih kepemilikan usaha itu sepenuhnya asal mampu mengembalikan modal yang telah diberikan.
Singkat cerita dalam waktu satu tahun Sudiksa telah berhasil mengembalikan seluruh modal usaha. Perkembangan usaha yang semakin baik mendorongnya untuk meresmikan usaha agar berbadan hukum. Tak lama kemudian peristiwa Bom Bali I mengguncang Pulau Dewata. Berkat anugrah Tuhan, di saat usaha lainnya mengalami kelesuan, ia justru memanen keuntungan lantaran banyak ekspatriat di Bali yang mengirim barang-barang mereka ke daerah asal dan meninggakan Bali.
Kesuksesan seorang Made Sudiksa menggapai impian merupakan buah dari kerja keras serta komitmen menghadirkan layanan jasa dan produk berkualitas. Selain itu ia dibantu oleh tim yang terdiri individu berintregritas tinggi dalam memberika layanan terbaik kepada konsumen sehingga membuat usahanya maju seperti sekarang. Sedangkan karakter ulet dan mandiri itu adalah hasil penempaan sejak kecil di mana ia terbiasa hidup sederhana sebagai anak petani. Juga didukung oleh pengalaman mengikuti kegiatan Pramuka sampai masa kuliah dan menumbuhkan karakter adaptif terhadap dinamika yang terjadi di sekitarnya.
Made Sudiksa berpesan kepada kalangan muda yang saat ini tengah berusaha menggapai impian masing-masing yaitu agar menghargai setiap proses perjuangan usaha. Menurutnya tidak ada kesuksesan yang bisa diraih secara instan, begitu juga proses menjadi pengusaha mapan diperlukan waktu yang tidak sebentar. Ia menyarankan sebelum totalitas menjadi pengusaha sebaiknya terlebih dahulu mencari pengalaman bekerja di perusahaan orang lain. Nantinya pengalaman itu dapat diaplikasikan pada bidang usaha yang ingin ditekuni.