Buleleng – Bali memiliki aneka pilihan kuliner tradisional, termasuk di antaranya jajanan manis bernama dodol. Dodol khas Bali memiliki perpaduan rasa manis dan legit dengan aroma yang wangi. Jaen! Dodol khas Bali biasanya berbungkus kulit jagung kering, seperti yang dibuat perajin dodol di Desa Penglatan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.
Dodol yang dibungkus menggunakan kulit jagung kering itu ternyata dapat membuat dodol lebih awet. Terlebih lagi, proses pembuatan dodol yang dilakukan warga Penglatan masih dengan cara tradisional dan tanpa menggunakan pengawet apapun.
“Lebih awet kalau pakai kulit jagung. Kalau pakai plastik awet cuma tidak lama, paling lama dua minggu. Kalau pakai kulit jagung bisa sampai sebulanan, karena kan kita tidak pakai pengawet apapun,” kata salah salah satu penjual dodol di Desa Penglatan, Nyoman Adi Asmara, Minggu (12/6/2022).
Pemilik Toko Dodol Bu Mawar itu menceritakan, pengolahan dodol di Desa Penglatan memang masih sangat sederhana. Ia menggunakan kayu bakar untuk mematangkan adonan dodol, sekaligus untuk menjaga kualitas dodol yang diproduksi.
Adapun bahan baku yang digunakan dalam pembuatan dodol antara lain ketan hitam, santan, gula pasir, dan gula merah. Proses pembuatannya bisa memakan waktu sekitar 3 jam karena pembuatannya menggunakan metode tradisional. Durasi tersebut sekaligus untuk memastikan tingkat kematangan yang sempurna.
“Kalau cara pengolahannya itu ketannya direndam dulu, dikeringkan baru diselip (dihaluskan). Setelah itu, baru diolah dengan tambahan gula dan gula merah, itu diaduk di atas kuali sampai matang kurang lebih 3 jam. Kemudian setelah dibungkus harus dijemur dulu biar awet dodolnya,” jelasnya.
Dodol Bali buatan warga Desa Penglatan memiliki beragam varian rasa, seperti dodol injin (original), dodol merah, dodol pandan, dodol nangka, dan dodol kacang. Seikat dodol berisi 30 butir dijual dengan harga Rp 30 ribu. Jajanan ini juga kerap dijadikan sebagai oleh-oleh bagi para pelancong yang datang ke Buleleng.
Menurut Asmara, masyarakat di Desa Penglatan memang sejak dulu bisa membuat jajanan dodol ini. Bahkan, sebagian besar warganya mempunyai keahlian untuk membuat dodol. Terlebih lagi, dodol juga kerap dijadikan sebagai pelengkap dalam sesajen upacara keagamaan, terutama pada saat Hari Raya Galungan.
“Dulu hampir semua bikin dodol menjelang Galungan. Waktu saya kecil kan gitu, ibu saya, bibi saya, gantian mereka pakai penggorengan untuk buat dodol,” imbuhnya.
SC: detik