BERULANG kali Ki Hadjar Dewantara selalu mengingatkan akan pentingnya kemandirian dalam belajar. Jadikanlah setiap tempat yang kita singgahi sebagai sekolah dan setiap orang yang kita temui sebagai guru. Ketergantungan pada pendidikan di sekolah ternyata telah menyebabkan kemampuan kompetensi belajar siswa di era pandemi covid-19 menurun pesat sebagai imbasnya.
Saya teringat ketika selesai mengambil seluruh mata kuliah pada program sarjana dan mulai menyusun proposal, langsung saja kami dan kawan-kawan mandek. Kami bingung, bagaimana menulis proposal apalagi skripsinya. Berhari-hari kami kosong dengan kegiatan apa pun, hanya bingung dengan bagaimana meningkatkan kualitas kemampuan menulis dalam waktu dekat.
Beruntung, kami memperoleh informasi tentang kursus yang diselenggarakan Pak The Liang Gie. Dari beliaulah kami mempelajari tool-knowledge tentang bagaimana menulis dan bagaimana menerjemahkan literatur dalam bahasa Inggris. Tool-knowledge di sini dimaksudkan pengetahuan keterampilan yang diperlukan untuk mendukung kualitas akademis kita, seperti teknik menulis, menerjemahkan literatur, membaca kilat, menyusun bahan presentasi, serta melakukan presentasi.
Pengetahuan keterampilan ini penting, dalam kaitannya untuk memperoleh berbagai pengetahuan substansi lainnya (substance-knowledge). Namun, pengetahuan keterampilan ini kurang memperoleh perhatian dalam pengajaran. Tidak mengherankan bila banyak siswa mengalami hambatan dan stagnan dalam studinya. Pandemi dan learning lost Akibat dari pandemi covid-19, pendidikan serentak secara nasional dilakukan dengan cara daring dan dihindari pola pendidikan tatap muka (luring). Materi pelajaran disampaikan melalui bantuan internet. Murid dan guru tidak perlu ke sekolah.Pola pendidikan daring diduga menyebabkan penyerapan pengetahuan oleh siswa menurun. Selain jam belajar yang umumnya berkurang, penyampaian materi yang tidak leluasa, kesulitan untuk bertanya ataupun konsultasi dengan guru, serta gangguan kelancaran internet telah berdampak pada menurunnya kompetensi belajar siswa.
Tambahan pula tumpuan sistem pendidikan beralih ke rumah, dengan orangtua yang mengawasi berlangsungnya pendidikan siswa. Pada tingkat pendidikan yang lebih rendah, seperti PAUD, TK, dan SD, praktis orangtua berperan pula sebagai guru yang mengajarkan materi-materi kurikulum maupun mengawasi penyelesaian tugas-tugas sekolah.Tidak mengherankan bila banyak orangtua mengeluh karena mengalami kesulitan berperan sebagai guru di rumah. Pihak sekolah juga merasakan berbagai kesulitan dan keterbatasan dalam mengalirkan materi-materi pengajaran kepada siswa. Jam belajar berkurang, materi pelajaran yang berkurang, dan sulitnya untuk melaksanakan materi pelajaran yang bersifat praktikum, telah menciptakan rasa waswas di kalangan pelaku pendidikan, pengamat pendidikan, maupun masyarakat luas.
Kompetensi belajar siswa dianggap menurun dan dikhawatirkan siswa akan mengalami kesulitan mengikuti pelajaran sesuai kurikulum setelah pandemi covid-19 usai. Singkatnya, kualitas siswa menurun, yang kelak akan berimbas pada dunia kerja maupun pembangunan secara keseluruhan. Tidak mengherankan bila muncul gagasan untuk memperpanjang lama tahun studi. Ada yang mengusulkan diperpanjang 6 bulan, ada juga yang menyarankan diperpanjang masa studi selama setahun.
Perlunya tool-knowledge
Ki Hadjar Dewantara berkali-kali menegaskan bahwa sistem pendidikan di sekolah hanyalah sebagian dari pendidikan yang dibutuhkan siswa. Sistem pendidikan lain yang lebih penting, akan diperoleh siswa di masyarakat dan yang paling utama akan diperoleh justru pendidikan di dalam rumah tangga. Apa pasal? Sebagian besar waktu dan aktivitas siswa justru berada di tengah-tengah masyarakat maupun di dalam rumah tangga.
Berbagai suku bangsa di Indonesia sangat menekankan pentingnya kemandirian dalam belajar. Sebagai contoh pada masyarakat Minangkabau ada pepatah: ‘alam terkembang menjadi guru’. Seseorang seyogianya menjadikan masyarakat dan alam di sekitarnya sebagai tempat belajar.
Dia terbiasa bergaul dengan masyarakat, memahami adat dan perikehidupan masyarakat, tahu apa yang dibutuhkan masyarakat, mengetahui kondisi alam di sekitarnya, potensi apa yang ada di alam tempat ia tinggal. Selain itu, juga mengasah keterampilan ataupun pengetahuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang harus terbiasa belajar sendiri untuk memperoleh pengetahuan ataupun keterampilan.
Untuk seorang siswa, diperlukan pengetahuan ketrampilan (tool- knowledge) agar bisa secara mandiri, mencari, dan memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru. Guru lebih berperan sebagai pemantik, dan motivator bagi siswa, untuk meningkatkan kualitas pembentukan dirinya. Beberapa pengetahuan keterampilan, yang seyogianya diasah di masa pandemi ini, ialah penguasaan bahasa Inggris, kemampuan menulis, membaca kilat, penguasaan komputer dan teknologi informasi.
Penguasaan tool-knowledge akan mempermudah siswa untuk memperoleh berbagai pengetahuan baru yang menjadi minat siswa. Banyaknya waktu kosong semasa pandemi seyogianya diisi dengan berburu ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. Menurunnya kompetensi belajar (learning lost) siswa tidak akan terjadi, andaikata siswa dibekali dengan tool-knowledge yang mendukung kemampuan belajar mandiri.