Bantuan dari Polri
Polri turut mengerahkan kapal hingga drone bawah laut untuk mempercepat proses evakuasi. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, pada kesempatan yang sama, menjelaskan Polri telah mengerahkan empat unit kapal, 4 unit drone bawah air dan 4 unit alat sonar 2D yang berfungsi untuk mencitrakan situasi di bawah air.
“Saat ini kami menurunkan 4 unit kapal, Kapal Bharata, Gelatik, Enggang dan Balam yang tentunya kami turunkan untuk membantu, men-support pencarian, kegiatan rescue,” papar Sigit.
Dia kemudian menjelaskan drone bawah air milik Polri mampu menyelam hingga kedalaman 300 meter. Sementara alat sonar mampu menggambarkan citra bawah laut 1 kilometer.
“Dan juga ada 4 unit drone ROV robotic operator vehicle tipe SRV-08m yang memiliki kemampuan untuk masuk dan melakukan pencarian sampai dengan kondisi 300 meter di bawah permukaan,” jelas Sigit.
“Dan juga 4 unit ala sonar 2D untuk pencitraan di bawah laut,” imbuh dia.
Armada AL Negara Asing Berjibaku Membantu
Pesawat P-8 Poseidon milik Amerika Serikat (AS) akan segera diterjunkan untuk membantu proses evakuasiABK KRI Nanggala-402.
Dikutip dari laman resmi Boeing, P-8 merupakan pesawat patroli maritim multimisi, unggul dalam peperangan anti-kapal selam; perang anti-permukaan; intelijen, pengawasan dan pengintaian serta pencarian dan penyelamatan.
P-8 bisa terbang lebih tinggi (hingga 41 ribu kaki) dan melaju lebih cepat (490 knot). Waktu transit yang lebih singkat mengurangi ukuran area kemungkinan saat mencari kapal selam, kapal permukaan, atau penyintas pencarian dan penyelamatan.
P-8 juga dirancang untuk misi ketinggian rendah dan telah membuktikan kemampuannya dalam mendukung misi kemanusiaan serta pencarian dan penyelamatan. Sistem yang terbukti dengan lebih dari 100 pesawat dalam pelayanan dan lebih dari 300 ribu jam terbang.
P-8 memiliki dua varian: P-8I, yang diterbangkan oleh Angkatan Laut India; dan P-8A Poseidon, yang diterbangkan oleh Angkatan Laut AS, Angkatan Udara Australia, dan Angkatan Udara Kerajaan Inggris.
P-8 direkayasa selama 25 tahun atau 25 ribu jam dalam uji coba penerbangan maritim paling keras, termasuk operasi yang diperpanjang di lingkungan lapisan es.
Sumber : media network/detikcom