Efek stres bagi otak sangat berbahaya karena bisa mengubah strukturnya. Bukan hanya itu, dampak negatif dari stres bagi otak dapat membunuh sel-sel di dalamnya.
Bagaikan makanan sehari-hari, rasanya mustahil seseorang bisa menjalani hari tanpa stres. Saat pekerjaan menumpuk hingga di tengah berlibur pun, tamu tak diundang ini bisa hadir. Jika tidak terkendali, tentu tidak baik. Sebab, efek stres bagi otak bisa mengubah strukturnya.
Bukan hanya itu, dampak negatif dari stres bagi otak dapat membunuh sel-sel di dalamnya. Tentu ketimbang mengalami hal ini, jauh lebih penting mengulik bagaimana cara paling efektif mengelola stres agar tetap terkendali.
Efek stres bagi otak
Bukan hal baru jika efek stres terhadap tubuh bisa tampak dari luar. Bahkan, rupanya stres bisa menjadi penyebab kebutaan dalam fenomena conversion disorder.Tak hanya itu, ada yang tak kalah mengkhawatirkan. Efek stres bagi otak juga tak bisa diremehkan, di antaranya:
1. Risiko alami gangguan mental
Sebuah studi pada tahun 2014 lalu menemukan bahwa stres turut berperan dalam terbentuknya gangguan mental seperti depresi dan gangguan emosi lainnya. Alasannya karena stres kronis menyebabkan perubahan jangka panjang di otak sehingga lebih rentan mengalami gangguan psikologis.
Dalam eksperimen itu, terlihat bahwa stres kronis membuat sel-sel produsen myelin di otak semakin banyak. Di saat bersamaan, neuron jadi lebih sedikit. Akibatnya, terjadi kelebihan myelin yang membuat komunikasi tidak seimbang. Ini juga akan berdampak buruk pada bagian hippocampus otak.
2. Mengubah struktur otak
Dalam jangka panjang, stres juga dapat mengubah struktur dan fungsi otak. Lagi-lagi kaitannya adalah karena produksi myelin berlebih.Ketika hal ini terjadi, maka neuron yang bertugas untuk mengambil keputusan atau higher-order thinking menjadi terganggu. Terjadi ketidakseimbangan antara neuron yang disebut gray matter ini dengan myelin atau white matter.
Namun, tidak semua stres bisa menyebabkan struktur otak terganggu. Jenis stres yang baik seperti ketika tertantang justru berdampak positif bagi otak dan mengasah ketangguhan. Di sisi lain, stres kronis akan membuat otak lebih rentan terkena masalah mental.
3. Membunuh sel-sel otak
Sayangnya, stres juga dapat membunuh neuron di bagian hippocampus otak. Ini adalah bagian yang sangat berkaitan dengan daya ingat, emosi, dan kemampuan belajar. Selain itu, hippocampus juga merupakan tempat terjadinya pembentukan sel-sel otak baru.Lebih jauh lagi, meski belum jelas betul apakah stres berpengaruh terhadap terbentuknya neuron baru, jelas kondisi ini berperan terhadap ketahanan sel-sel di otak.
4. Volume otak menyusut
Jangan remehkan stres kronis karena bisa menyebabkan menyusutnya volume otak di area yang berkaitan dengan pengendalian emosi, metabolisme, dan daya ingat.Menariknya lagi, bukan kejadian traumatis yang memicu hal ini. Efek stres bagi otak juga bisa terjadi dari hal-hal yang dihadapi sehari-hari. Jenis stres kronis ini membuat volume otak seseorang lebih rentan menyusut ketika berhadapan dengan pemicu stres traumatis seperti kecelakaan, bencana alam, atau kematian orang terdekat.
Akumulasi kejadian stres sehari-hari juga akan membuat seseorang lebih sulit menghadapi stres di kemudian hari. Terlebih, apabila kejadian pemicu stres berikutnya perlu kendali emosi luar biasa.
5. Mengganggu daya ingat
Jika sering merasa pelupa padahal belum tua, mungkin salah satu pemicunya adalah stres. Bahkan kondisi stres sepele seperti berada di tengah kemacetan atau terlambat bangun bisa berdampak pada daya ingat seperti kesulitan mengingat di mana meletakkan HP atau kunci mobil.
Mendukung hal ini, ada sebuah studi dari Arizona State University yang menemukan hubungan antara stres kronis dengan memori spasial. Ini adalah kemampuan mengingat kembali informasi tentang lokasi sebuah benda.