Mengawali karir sebagai nelayan tangkap, Agus Sulaimi kini lebih dikenal sebagai pengusaha sukses di usaha keramba jaring apung. Dirinya tercatat pula sebagai pelopor nelayan keramba untuk jenis ikan Kerapu dan lobster di Jembrana. Hasil budidaya perikanan miliknya tak hanya diminati pasar lokal melainkan juga diburu peminatnya dari luar negeri. Simak lika-liku perjuangannya memajukan sektor perikanan di daerah dengan menggarap peluang dari hulu ke hilir.
Jauh sebelum ia menggeluti usaha keramba jaring apung, Agus Sulaimi mengisi keseharian dengan rutinitas ke laut sebagai nelayan tangkap. Hasil tangkapan yang cenderung tidak pasti membuat penghasilan yang didapat juga tidak menentu. Hal itu mendorong pria yang berdomisili di Desa Candikusuma, Kecamatan Melayani, Kabupaten Jembrana ini mencari peluang lain. Juga sekiranya masih linier dengan sektor perikanan. Hingga suatu ketika ia melihat prospek cerah dari bisnis keramba yang ada di Situbondo.
Lantaran tidak ada modal, Agus Sulaimi sempat ragu untuk banting setir jadi pengusaha. Bak gayung bersambut, pada tahun 2016 ia mendapat tawaran bantuan keramba dari pemerintah daerah setempat. Namun urusan benih, dirinya dan penerima bantuan lain mesti memutar otak masing-masing. Agus Sulaimi sebagai sosok yang visioner tidak mau berdiam diri. Ia mencoba membudidayakan ikan kerapu dan menjadi orang pertama yang melakukan hal tersebut di Jembrana. Soal benih dan pakan, ia menggunakan sistem bayar belakangan sehingga nyaris tanpa modal.
Ternyata eksperimennya berhasil dalam membudidayakan ikan kerapu. Bahkan di masa panen perdana ia dikunjungi oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Jembrana guna menyaksikan sendiri kesuksesan pria berusia 41 tahun ini.
Setelah berhasil melakukan panen dan penjualan pertama kali, Agus Sulaimi mengajukan proposal bantuan ke Kementerian Perikanan dan Kelautan. Dari sana ia mendapat dukungan berupa benih. Pasca kesuksesan itu ia diminta oleh dinas terkait di daerahnya untuk membantu dalam mengakses fasilitas bantuan di kementerian. Berkat jiwa leadership yang dimiliki, Agus Sulaimi juga dipercaya untuk memimpin kelompok Manik Segara yang menaungi pengusaha Keramba Jaring Apung di Jembrana.
Dalam setahun, Agus Sulaimi dapat melakukan panen sampai dua kali. Ada dua kategori produk yaitu panen hidup dan panen mati. Ikan yang masih hidup sudah bisa dipanen pada saat berat mencapai 500 gram. Biasanya hasil panen kategori ini akan dikirim ke Singaraja untuk selanjutnya diangkut kapal ekspor. Negara tujuan adalah ke Hongkong. Ada pun panen mati akan didistribusikan ke jaringan pemasaran yang ada di sejumlah kota, salah satunya di Denpasar tepatnya di Benoa. Juga salah satu daerah dengan konsumen terbesar yaitu di Surabaya.
Agus Sulaimi tidak berhenti pada upaya budidaya ikan kerapu. Pihaknya mulai mengembangkan budidaya komoditas perikanan lainnya, salah satunya lobster. Jenis hewan laut ini sejak lama dikenal memiliki daya jual tinggi dan selalu diminati di pasaran.
Selain bergerak selaku pembudidaya dan pemasar, Agus Sulaimi juga menyerap sendiri hasil panennya untuk diolah menjadi produk kuliner bernilai ekonomi. Ia membuka sebuah warung makan bernama Lesehan Ikan Bakar Padasuka. Lokasi warung ini di pinggir pantai Candikusuma, sehingga kerap dikunjungi para wisatawan yang tengah berekreasi di daerah tersebut. Hidangan yang lezat dan suasana yang nyaman menjadi nilai jual warung makan seafood ini.
Agus Sulaimi merupakan contoh nyata dari individu yang sukses mengawinkan kerja keras dengan kecermatan menangkap suatu peluang. Berkat keberanian menggarap peluang usaha yang belum ia kuasai sebelumnya, kini ia sukses memajukan taraf ekonomi, bukan saja untuk pribadi juga untuk masyarakat di sekitarnya. Terbukti dari usahanya itu ia mampu membuka lapangan kerja serta menginspirasi para nelayan lainnya di Jembrana.