Objek wisata Candidasa dan sekitarnya menjadi kawasan pariwisata berpengaruh di kota Karangasem. Tak hanya wisata budaya diantaranya ada “Desa Tenganan”, panorama pantai “Virgin Beach”, akomodasi penginapan pun turut meramaikan, salah satunya “Ashyana Candidasa”, I Wayan Kariasa sebagai direktur disebuah resort bintang tiga, sekaligus Ketua DPC Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Karangasem (2019-2023), yang telah hadapi dua tahun fase yang sangat sulit, baik spasial hingga global.
Dalam perjalanan yang ia uraikan sejak tahun 2017, pasca erupsi Gunung Agung mengalami peningkatan cukup bagus, meski dirata-ratakan okupansi hotel di Candidasa secara umum masih berkisar 50%-60% pertahun. Awal tahun 2019, perubahannya cukup positif, namun memasuk paruh ketiga 2019, kasus pandemi mulai muncul di Bali, beberapa akomodasi terpaksa tutup sementara, beberapa bulan selanjutnya.
Ditegaskan oleh Kariasa, kata ‘sementara’ itu memang benar kondisinya, karena rerata pengusaha di Karangasem, khususnya di Candidasa adalah orang pribumi atau orang lokal yang mengorbitkan sumber daya manusia yang ada disekitar Candidasa untuk bekerja. Mereka pun sudah memiliki properti rumah pribadi masing-masing, jadi bisa datang untuk melakukan maintenance hotel dengan sukarela. Di Ashyana Candidasa pun tidak pernah tutup, meski tak dipungkiri sempat tak ada pengunjung. Namun pintu hotel tetap terbuka lebar, menyambut tamu domestik maupun mancanegara. Kendati saat itu hanya fokus untuk menjaga kebersihan hotel, upaya itu ternyata cukup membuahkan hasil, dengan adanya tamu yang datang, yang menginap 2-3 malam. Sebuah pemasukan yang sangat berarti, di masa-masa krisis tersebut. Selain itu, tunjangan yang bersifat basic seperti BPJS Kesehatan yang masih tetap bisa dibayarkan, ada juga pembagian sembako untuk karyawan yang datang dari perusahaan travel agent, meski tak jangka panjang, menjadi sesuatu yang patut disyukuri.
Ashyana Candidasa pun mendapat mandat dari pemerintah pada Maret-April 2019, dalam penyediaan catering bagi para Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang melalui masa karantina selama 14 hari. Dana yang masuk, dialokasikan sebijak mungkin, khususnya untuk kebutuhan pokok para karyawan. Berlanjut adanya program “Work from Bali” dari pemerintah yang mengajak masyarakat untuk bekerja dari Bali, pun turut berkontribusi terhadap membangkitkan pariwisata Bali secara perlahan. Seiring kasus COVID-19 yang mulai terkendali, gerbang dan perjalanan pariwisata mulai dibuka, wisatawan mancanegara pun mulai mengisi kamar, seperti Eropa, Kanada dan Australia khususnya usia pensiun, meski tak ada harga yang sebaik, saat sebelum pandemi.
Pariwisata “Nyegara Gunung” itulah sebutan yang pas untuk Bali, yang tak terpisahkan dengan antar laut dan gunungnya, terlebih Karangasem. Hampir segala destinasi yang diinginkan wisatawan bisa ditemukan. Hanya saja untuk pertunjukkan seperti tari-tarian tradisional Karangasem masih jarang disuguhkan. Mungkin bila mendapat persetujuan pemerintah, dari pihak PHRI memiliki gagasan, di sebelah timur kolam Candidasa, ada tanah pemerintah yang belum prduktif, bisa dibangun menjadi fasilitas publik, yang harapannya masing-masing desa, bisa memperkenalkan tarian khas mereka di mata international.
Namun, terlepas apapun daya tarik yang dipersiapkan membangkitkan pariwisata Karangasem, ada fondasi yang membutuhkan ‘blueprint’ untuk dibenahi seperti recovery objek-objek wisata, infrastrukturnya seperti penerangan jalan, apalagi mengingat jalan-jalan banyak dilintasi truk-truk galian C yang membuat para wisatawan yang melintasinya menimbulkan was-was dan tingkatkan koneksi jaringan internet memasuki era yang semakin melek digitalisasi. Tak ketinggalan memperbarui kualitas sumber daya mausianya, dengan menambah fasilitas lembaga pendidikan pariwisata di Karangasem, menyediakan anggaran dalam memaksimalkan calon pengelola atau pengelola destinasi wisata. Upaya-upaya ini diharapkan, bisa menyadarkan masyarakat bahwa pentingnya menjadi raja di daerah sendiri, para generasi muda kita pun tak harus pergi ke Denpasar untuk bekerja atau merantau ke kapal pesiar. Dengan fasilitas, kualitas sdm, serta dukungan sumber daya alamnya, Karangasem tak akan kalah dengan daerah pariwisata lainnya di Pulau Dewata.