AKHIR 2021 Indonesia mendapatkan kehormatan dengan memegang Presidensi G20, suatu kebanggaan bagi dalam memimpin Forum G-20. Forum G-20 merupakan forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU), yang merepresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% produk domestik bruto (PDB) dunia.
Indonesia juga menggagas pembentukan Digital Economy Working Group (DEWG) yang merupakan peningkatan dari Digital Economy Task Force (DETF) yang dibentuk pada 2017. Peningkatan DETF menjadi DEWG ini memberikan manfaat kepada para negara anggota G-20 untuk berkomitmen dan membahas topik-topik yang berkaitan dengan ekonomi digital secara intensif, guna mencapai tujuan yang jelas.
Isu-isu yang akan dibahas oleh DEWG selama masa presidensi Indonesia yaitu connectivity and post-covid recovery, digital literacy and digital talent, dan cross-border data flow/data free flow with trust. Isu terkait dengan konektivitas dan pemulihan pascapandemi covid-19 menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Hal itu karena pandemi telah membuat sebagian besar kegiatan ekonomi beralih ke digital. Ketika mal, restoran, toko-toko fisik produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tutup, proses jual beli beralih menjadi jual beli secara daring.
Disrupsi di bidang ekonomi ini selain membawa keuntungan juga menjadi suatu ancaman. Bagi para pengusaha yang sudah cukup mapan dengan produk-produknya dan memiliki konsumen setia, kini biaya yang harus dikeluarkan untuk mendistribusikan produk ke konsumen menjadi lebih sedikit. Cukup dengan menawarkan produknya di marketplace, konsumen sudah bisa membeli. Hal tersebut bisa dilihat pada semakin banyaknya official store (toko resmi) dari berbagai merek yang menjual secara langsung produknya di marketplace.
Lemah Daya Saing
Namun, hal lain juga terjadi, di dalam dunia internet, tidak ada batasan wilayah. Konsumen bisa membeli produk dari mana pun, tidak harus yang berasal dari Indonesia. Ini masih ditambah dengan banyaknya pedagang di Indonesia yang menjual produk-produk impor yang harganya jauh lebih murah dibandingkan produk lokal. Dari sisi konsumen, apalagi di tengah ekonomi yang semakin sulit pada masa pandemi, membeli barang yang harganya lebih murah menjadi pilihan mereka.
Situasi ini menyulitkan para pelaku UMKM. Mereka berusaha menjual produknya secara daring, tapi kalah bersaing harga dengan produk impor. Sementara itu penjualan secara luring di toko fisik juga sulit mendapatkan pembeli karena melemahnya industri pariwisata. Padahal sebagian besar UMKM bergerak di bidang kerajinan, fesyen, dan kuliner yang biasanya diminati para wisatawan.
Lemahnya daya saing produk dalam negeri disebabkan Indonesia masih belum mampu memproduksi produk-produk berteknologi tinggi. Padahal permintaan terhadap alat-alat telekomunikasi sangat besar di tengah ketatnya pembatasan mobilitas di berbagai negara. Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna telepon pintar yang sangat besar. Kita juga banyak menggunakan komputer, laptop, dan alat-alat telekomunikasi lainnya yang sebagian besar komponennya impor. Ada memang produk telepon pintar dan komputer rakitan dalam negeri namun komponen-komponen penting seperti prosesor, chipset, dan lain-lain masih diperoleh melalui impor.
Inilah yang menjadi tantangan bagi pemerintah untuk mampu meningkatkan kemampuan produksi produk berteknologi tinggi. Pembangunan fasilitas produksi ini membutuhkan investasi dan riset yang harus didorong pemerintah. Penggabungan seluruh periset dari berbagai kementerian/lembaga ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Indonesia di dalam membuat produk berteknologi tinggi.
Melihat perkembangan dunia yang terus beralih ke digital, perlu bagi Indonesia untuk turut serta menjadi produsen dalam perdagangan dunia. Jangan sampai DEWG yang digagas Indonesia malah membuat kita hanya sebagai negara konsumen di tengah perdagangan bebas antarnegara. Pemerintah perlu untuk mendorong UMKM yang menciptakan produk-produk teknologi, agar UMKM tidak hanya identik dengan produk-produk kerajinan, fesyen dan kuliner saja.
Peserta Bimbingan Teknik Penulisan Siaran Pers Ditjen IKP Kominfo / Media network – Media Indonesia