CV FENNY BERSAMA UD. FENNY
Bagi masyarakat di Denpasar yang menekuni usaha penjualan kue maupun sekedar hobi membuat kudapan, pastinya tidak asing dengan nama CV. Fenny. Pusat penjualan aneka bahan masakan, cake and pastry, bahan minuman, hingga peralatan baking ini selalu dipadati pembeli khususnya jelang hari raya. Siapa sangka dulunya usaha ini bermula dari sebuah toko berukuran kecil yang dijaga oleh satu orang. Kini CV. Fenny telah menjelma menjadi tiga unit ruko dan menyerap puluhan tenaga kerja.
Tampak antrean mengular di depan pintu masuk toko yang beralamat di Jalan Kartini, Kelurahan Wangaya, Denpasar itu. Para calon pembeli menunggu dengan sabar untuk bisa masuk sembari menggenggam nomor antrean yang telah diberikan petugas. Begitu pelanggan dari dalam toko keluar satu per satu, giliran yang mengantre selanjutnya masuk ke dalam. Demikian pemandangan yang terjadi di Toko Fenny pada saat awal masa pandemi menerjang Bali. Ketika usaha lain kian meredup, bisnis penjualan bahan kue justru melambung.
Betapa menjanjikan peluang usaha penjualan kue, terbukti di tengah kondisi ekonomi kian surut industri pangan masih tetap eksis. Pendiri CV. Fenny, Ong Soek Pen mengatakan bahwa adanya tren peningkatan pembeli di tokonya pada awal pandemi atau periode Maret-April 2020 lalu bertepatan dengan momen jelang hari raya. Selain itu mulai bermunculan para pemain baru di industri makanan karena banyak yang beralih dari sektor pariwisata. Ditambah adanya tren memasak di rumah bagi masyarakat yang bekerja atau sekolah dari rumah.
Untungnya Ong Soek Pen atau akrab disapa Fenny tersebut dapat segera merespons kebutuhan pasar pada saat itu dengan baik. Selain menerapkan sistem antrean, ia juga berupaya memberlakukan protokol kesehatan agar para pembeli dapat merasa aman dan nyaman berbelanja di masa pandemi. Selain itu ia sebelumnya telah melakukan perluasan toko, dari hanya menempati satu unit kini menjadi tiga unit ruko dalam satu kawasan.
Secara garis besar toko ini dibedakan menjadi dua kategori. Pertama khusus penjualan bahan pangan seperti aneka bahan kue, bumbu masakan, bahan minuman, sampai ke frozen food. Sedangkan tempat kedua dikhususkan sebagai tempat menjajakan peralatan baking maupun dapur pada umumnya mulai dari oven, loyang, cetakan, kuas baking, hingga kemasan produk makanan. Selain lengkap, toko ini juga diserbu lantaran berani menawarkan harga produk bersaing, sehingga banyak pengusaha kuliner yang membeli bahan produksi di tempat ini.
“Belakangan banyak anak muda yang membeli bahan pangan di toko kami untuk mengaplikasikan resep yang mereka pelajari dari sumber internet,” ungkap Fenny.
Perempuan kelahiran Bali tersebut mengisahkan bahwa perjalanan usahanya hingga seperti sekarang tidak dilalui dengan mulus begitu saja. Ia mengakui tanpa adanya kesabaran dan keuletan berusaha di masa lalu, mustahil ia mampu menorehkan kesuksesan seperti sekarang. Maklum saja pada saat ia baru merintis usaha, sudah ada banyak kompetitor yang bertebaran di Kota Denpasar. Namun berkat intuisi yang kuat dalam melirik suatu peluang, ia berhasil merangsek maju dalam persaingan dan saat ini bisa dikatakan salah satu supplier bahan kue paling dikenal di Denpasar.
Cerita perjuangan Fenny dalam berwirausaha dimulai saat ia memutuskan untuk resign dari pekerjaannya di Surabaya sementara Sang suami bekerja di Jakarta. Saat itu ia sudah menikah dan memiliki dua orang putri. Demi mengisi waktu luang sembari menambah pundi-pundi rezeki, Fenny memanfaatkan keahlian memasaknya dengan berbisnis catering. Ternyata cukup banyak peminatnya, hanya saja pada saat usahanya mulai berkembang ia diajak Sang Kakak untuk pulang ke Bali.
Sekembalinya ke Bali ia sempat tinggal di rumah kakaknya. Fenny sebetulnya ingin kembali melanjutkan bisnis cateringnya namun apa daya ia kesulitan mencari tenaga untuk membantunya. Pada saat itu, sang adik yang ikut tinggal bersamanya tengah merintis usaha penjualan telur. Terkadang ada beberapa telur yang pecah tapi masih sangat layak dikonsumsi, telur seperti itu dikreasikan Fenny menjadi berbagai jenis kue. Hasil kreativitasnya itu dijajakan ke beberapa tempat dan ternyata mendapat respon yang baik.
Kian lama usaha penjualan kuenya makin maju namun kendala selanjutnya adalah sering kesulitan mencari bahan atau peralatan membuat kue tertentu.
Pada waktu itu banyak toko bahan kue di pasar namun tidak menjajakan produk secara lengkap sehingga Fenny harus membeli apa yang ia butuhkan dari Surabaya. Dari sanalah muncul ide untuk menjual bahan dan peralatan membuat kue sembari tetap menjual panganan yang sudah jadi.
Fenny membuka toko pertamanya di Jalan Nakula Nomor 11, Denpasar. Namun pada masa awal usaha belum banyak yang mengetahui keberadaan usahanya. Saat itu dukungan keluarga menjadi kekuatan penyangga semangatnya. Banyak saudaranya yang kerap berbelanja ke toko, agar Fenny tetap semangat berbisnis. Di samping itu Fenny juga selalu menjaga komunikasi yang baik dengan pelanggan. Ia sering memberi tips membuat kue kepada para pembelinya sehingga mereka merasa senang dan kembali datang berbelanja ke tokonya.
Semakin lama toko yang bernama UD. Fenny itu kian dikenal masyarakat membuat Fenny sendiri berani memperbesar skala usahanya. Sempat pindah ke toko yang lebih besar di Jalan Nakula, namun ternyata sering ada keluhan mengenai ketersediaan tempat parkir. Akhirnya ia pun memutuskan untuk pindah ke lokasi yang lebih strategis yaitu di Jalan Kartini. Pertumbuhan usaha yang semakin meningkat juga membuatnya mengubah legalitas usaha dari Usaha Dagang (UD) menjadi badan usaha berbentuk CV. Fenny berharap ke depannya usaha yang ia rintis dengan tetesan keringat dan air mata dapat terus berlanjut hingga ke generasi selanjutnya. Ia pun sudah mempersiapkan regenerasi untuk melanjutkan kepemimpinan usaha agar CV. Fenny dapat terus melayani masyarakat. Saat ini CV. Fenny telah menggandeng mitra usaha di berbagai kabupaten di Bali. Fenny mengatakan ia ingin membantu masyarakat di luar kota agar dapat mengakses produk-produk yang mereka butuhkan dari CV. Fenny dengan harga yang murah tanpa perlu harus datang ke Denpasar.
Perempuan lulusan ASMI Denpasar ini mengatakan untuk dapat meraih sukses dalam persaingan usaha harus jeli menangkap tren yang ada di masyarakat. Kuncinya ada pada apa yang dibutuhkan konsumen, bukan apa yang ditawarkan oleh kompetitor. Dengan selalu siap merespons kebutuhan pasar, maka usahanya akan terus dilirik masyarakat.