I MADE DWI INDRAWAN | PT TAMAN LOKA
Ada beragam pilihan jenis investasi yang diminati masyarakat di masa kini. Mulai dari investasi logam mulia, pasar modal, hingga di bidang properti. Sampai saat ini properti menjadi instrumen investasi yang konstan diminati sehingga peluang di bisnis properti akan tetap menjanjikan. Optimisme untuk terus bergeliat di industri properti juga ditunjukkan oleh pengusaha developer bernama I Made Dwi Indrawan. Melalui prinsip “memulai pekerjaan dengan niat yang baik” ia mampu terus berkarya mempersembahkan hunian impian masyarakat Bali meski di tengah situasi pandemi saat ini.
Selama 12 tahun berkecimpung di bisnis properti, khususnya sebagai seorang pengembang perumahan, Dwi Indrawan telah melalui dinamika pasar properti yang naik turun. Mulai dari tahun 2009 saat industri properti di Bali tengah menanjak, kemudian pada tahun 2014 di mana mulai terasa penurunan transaksi jual beli properti. Lalu mulai adanya secercah harapan di tahun 2017 hingga di tahun 2020 pandemi melanda yang berimbas pada sektor ekonomi sehingga kembali adanya penurunan di bidang properti.
Selaku pengusaha yang terjun langsung melihat kondisi di lapangan, Dwi Indrawan mengakui memang badai pandemi berdampak pada pergerakan di industri properti. Dalam hal ini, lebih banyak penawaran dibandingkan permintaan di pasar properti. Hal ini membuat harga properti menjadi terkoreksi. Menurut Direktur perusahaan Developer PT. Taman Loka ini, sejatinya momentum tersebut sangat baik bagi mereka yang ingin mengalihkan investasi dari sektor perbankan ke properti. Di saat nantinya ekonomi mulai pulih, diharapkan harga properti semakin melambung dan tentunya akan menguntungkan bagi mereka yang memulai investasi properti di masa kini.
Dwi pun tidak segan membagikan tips soal berinvestasi properti agar menguntungkan. Ia menjelaskan bahwa adanya perbedaan perilaku investor properti satu dekade lalu dengan saat ini. Jika di tahun 2009-2011 masyarakat asal membeli lahan yang murah lalu menunggu sampai harganya melambung. Namun tidak pada saat ini di mana Dwi menyarankan agar lebih cermat mempertimbangkan untuk membeli suatu properti. Bukan sekedar melihat harganya yang di bawah pasaran, melainkan perlu juga dilihat aspek lingkungan dan sosial di sekitar lahan tersebut.
“Suatu lahan yang dinilai memiliki berbagai keunggulan atau biasa disebut strategis akan terus dilirik, meskipun nantinya harganya terkoreksi akibat dampak kelesuan di sektor ekonomi namun tidak akan turun drastis,” ujar Dwi berbagi informasi seputar properti yang ia pahami.
Hadirkan Hunian yang Ideal
Hanya saja bagi pelaku usaha properti, problematika dalam mencari lahan yang strategis untuk dibangun sebuah lingkungan perumahan akan terus ada. Seperti pengalaman Dwi Indrawan yang beberapa kali pula mendapat tantangan memasarkan sebuah lahan yang sebelumnya kurang memiliki daya jual. Namun Dwi selalu berprinsip bahwa di saat ia melakukan segala sesuatunya dengan niat yang baik maka hasil yang didapat pun akan baik. Apa yang dilakukan Dwi Indrawan selanjutnya adalah menentukan target market agar sesuai dengan kondisi lahan yang ingin ia bangun.
“Pada pengalaman saya dipercaya untuk membangun di suatu lahan yang berlokasi di Nusa Dua, saat itu saya pertimbangan target konsumen yang berpotensi akan membeli lahan di sana. Karena kawasan tersebut merupakan salah satu tujuan wisata di Bali, maka kami memutuskan menargetkan kalangan pekerja pariwisata. Ternyata dalam waktu kurang dari satu tahun saja, properti yang saya pasarkan tersebut laku terjual,” ungkapnya.
Dwi mengatakan kunci kesuksesan sebagai pengusaha properti adalah kejelian dalam menangkap tren kebutuhan pasar. Menurutnya, preferensi soal hunian yang ideal bagi setiap individu tentunya berbeda-beda. Sehingga dalam aktivitas pengembangan perumahan ia selalu melihat karakteristik target konsumennya agar dapat mempersembahkan rumah yang diidam-idamkan calon pembeli. Pola pikir itulah yang membuat berbagai proyek perumahan yang ia tangani kerap berhasil dan sukses di pasaran.
Passion Berbisnis
Cermat menangkap peluang usaha merupakan karakter yang telah ada dalam diri Dwi Indrawan sejak kanak-kanak. Namun karena perilaku out of the box yang ia tunjukkan kurang lumrah dilakukan anak seusianya, maka label “anak nakal” sempat disematkan pada dirinya. Sebut saja pengalaman sewaktu duduk di bangku sekolah dasar ia kerap memetik jambu milik pamannya dan malah menjual hasil “panennya” tersebut di kantin sekolah. Hasil penjualan jambu itu tidak hanya ia nikmati sendiri melainkan ia gunakan untuk mentraktir teman-temannya.
Passion dalam hal berbisnis itu terus bergelora seiring dengan bertambah usia. Saat SMP dan SMA ia berjualan pakaian kemudian ketika melanjutkan kuliah aktivitas itu dilanjutkan dengan berjualan handycraft yang merupakan usaha milik orang tuanya. Beruntung Dwi dipertemukan dengan sosok perempuan yang memiliki visi yang sama dengannya. Setelah resmi mempersunting putri seorang pengusaha, kehidupan Dwi berlanjut dengan memilih karier sebagai pengusaha supplier barang kebutuhan hotel.
Hanya saja usaha yang ia bangun tersebut tidak mampu terus berjaya. Setelah peristiwa Bom Bali II usahanya kian terpuruk membuat Dwi harus memutar otak dalam mencari sumber kehidupan yang lain. Pada tahun 2009 ia dan sahabatnya bekerja sama mendirikan PT. Taman Loka di mana Dwi Indrawan bertindak selaku direktur. Mereka mengembangkan proyek perumahan di Denpasar yang menjadi proyek perdana dan berhasil terjual. Namun dalam perjalanan usaha, Dwi mengembalikan modal milik rekan usahanya sehingga menjadikan ia sebagai satu-satunya pemilik dari perusahaan tersebut.
Selanjutnya Dwi mengembangkan lagi perumahan di beberapa lokasi di Bali. Salah satu ciri khas dari properti persembahan PT. Taman Loka yaitu setiap nama kluster diberi awalan kata Taman. Bisa dikatakan proyek perumahan yang teranyar paling menantang karena adanya pandemi covid-19. Namun sekali lagi Dwi Indrawan membuktikan kekuatan konsep pikiran “bekerja dengan ketulusan dan niat baik”. Ia pun menerapkan protokol kesehatan dalam pelaksanaan teknis di lapangan di saat perusahaan lain belum ada yang menerapkan hal tersebut.
Selain di Bali, Dwi Indrawan juga beberapa kali dipercaya menangani pembangunan perumahan di luar daerah. Sejak tahun 2014, Dwi Indrawan beserta tim membangun banyak unit rumah dari Kota Atambua, Kupang, sampai di daerah Lombok. Namun setelah gempa bumi mengguncang Lombok di tahun 2018, Dwi kembali merajut karier di tanah kelahiran.
Dwi berpesan kepada para generasi selanjutnya yang akan menerima tongkat estafet di industri properti untuk tetap menjaga Bali dengan bertindak tidak semata berorientasi pada profit. Ia berharap generasi muda nantinya dapat membangun kawasan yang dapat mendongkrak pertumbuhan di segala lini kehidupan, baik dari sisi lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya.