Usaha peternakan ayam petelur (layer) di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng memiliki prospek menggiurkan. Hal ini dirasakan oleh I Kadek Marsidi, peternak muda yang merintis usaha di Singaraja sejak 16 tahun silam. Memulai usaha dari peternak rakyat hingga kini berhasil mengembangkan ke skala perusahaan dengan mengibarkan bendera PT. Putra Marathon.
Kadek Marsidi yang kini berusia 36 tahun merupakan peternak generasi kedua. Sang ayah terlebih dahulu terjun ke bisnis peternakan ayam dan kini ia melanjutkan eksistensi usaha milik keluarga. Selain mengelola peternakan yang sudah ada, Kadek Marsidi juga mengembangkan usaha yang ia rintis secara mandiri. Hingga saat ini peternakannya memproduksi telur dari ribuan ekor ayam. Selain memproduksi sendiri sumber makanan berprotein hewani untuk masyarakat tersebut, Kadek Marsidi juga kerap menyerap hasil produksi dari pabrik plasma lainnya.
“Kami bekerja sama dengan pabrik plasma, baik yang ada di wilayah Buleleng maupun di kabupaten lain seperti di Bangli, Gianyar, maupun Karangasem. Kami dukung dari segi pakan. Di saat peternak plasma sulit menjual dengan harga bagus, kami siap membeli hasil produksi mereka,” ujarnya.
Lanjut Kadek Marsidi, Bisnis ternak ayam petelur sebenarnya bisa memberikan keuntungan yang menggiurkan, mengingat telur adalah salah satu komoditas bahan pokok yang selalu dibutuhkan masyarakat setiap hari. Hampir seluruh rumah tangga ataupun tempat usaha makanan menggunakan telur yang merupakan sumber protein hewani yang murah meriah. Khususnya di wilayah Bali Utara, tepatnya di Kota Singaraja. Permintaan telur terbilang stabil, bahkan di masa pandemi seperti sekarang ini.
“Di bisnis peternakan ayam terbagi menjadi dua jenis, yaitu ternak ayam petelur dan ternak ayam pedaging. Kedua jenis usaha ini memiliki peluang, tantangan dan risiko yang berbeda. Bagi saya sendiri yang telah berkecimpung di usaha ini sejak kecil, peternakan ayam petelur peluangnya lebih menjanjikan. Apalagi di Kota Singaraja ini permintaan telur terus stabil bahkan sering untuk memenuhi permintaan kami harus mencari telur produksi peternak di kabupaten lain,” ungkap Kadek Marsidi.
Strategi Usaha
Ya, Kadek Marsidi memang sudah terbiasa dengan segala rutinitas beternak ayam sejak masih kanak-kanak. Ayahnya pertama kali memulai usaha, tepatnya di tahun 1982 dengan modal awal 50 ekor ayam. Bersama kakak perempuannya, Kadek Marsidi ikut membantu usaha ayah di sela-sela kesibukannya sebagai siswa. Lambat laun, muncul hasrat dalam dirinya untuk mengikuti jejak langkah Sang Ayah. Dalam benak Kadek Marsidi saat masih sekolah, tidak ada cita-cita yang lebih tepat baginya selain menjadi seorang pengusaha peternakan.
Tekadnya semakin tajam untuk serius menekuni bidang peternakan ketika Kadek Marsidi telah berhasil menamatkan bangku SMA. Ia memutuskan mengambil alih pengelolaan usaha keluarga yang berlokasi di Kintamani, Kabupaten Bangli. Setelah dua tahun berselang, Kadek Marsidi merintis sebuah peternakan lainnya di Singaraja dengan permodalan sendiri. Hingga di tahun 2010 pembangunan pabrik telurnya sudah rampung dan ia pun resmi mengoperasikan peternakan miliknya di Bali Utara itu.
Adanya anggapan bahwa membuka usaha peternakan di daerah bersuhu tinggi seperti di Singaraja yang merupakan wilayah pesisir, tidak menyurutkan langkah Kadek Marsidi. Ia meyakini bahwa usaha peternakan bisa dioperasikan di mana saja, asalkan si peternak memiliki wawasan tentang pola manajemen kandang yang baik. Peternakan ayam di daerah bercuaca panas dapat disiasati, misalnya dengan sistem kandang close house. Kadek Marsidi sendiri menggunakan strategi yang berbeda selain sistem kandang dengan teknologi close house, yaitu dengan membuat kandang model panggung.
“Jenis kandang berbentuk panggung sangat cocok diaplikasikan pada lingkungan bercuaca panas. Tentunya metode ini tidak bisa diterapkan di daerah lainnya seperti peternakan di daerah Kintamani,” terangnya.
Melebarkan Sayap Usaha
Dalam dua tahun sejak pertama kali menjajal pasar Singaraja, Kadek Marsidi berhasil meningkatkan pertumbuhan usaha peternakan layer miliknya. Tidak hanya memproduksi serta memasarkan telur, Kadek Marsidi juga menyediakan pakan sendiri hingga mampu menyuplai peternak lainnya. Usaha pakan ternak yang menyasar segmentasi peternak ayam petelur ini sama cemerlangnya dengan bisnis penjualan telur. Belakangan, Kadek Marsidi juga memperluas target marketnya dengan menjual pakan babi.
“Di masa pandemi ini, permintaan pakan babi justru meningkat seiring banyaknya orang yang melirik usaha ternak hewan tersebut,” imbuhnya.
Lewat ketekunan dan komitmen menggarap usaha di bidang peternakan, Kadek Marsidi lalu berhasil melahirkan usaha lainnya di luar bidang yang selama ini ia tekuni. Ia melirik peluang usaha ekspedisi yang merupakan lini bisnis yang tidak terlalu terdampak di masa pandemi ini. Alasannya memilih membangun usaha di bidang transportasi ini awalnya untuk mendukung operasional usaha peternakannya.
Bermula dari kendala soal biaya angkutan yang cukup tinggi saat mendistribusikan pakan dari pabrik di Jawa menuju Bali, Kadek Marsidi memutar otak agar dapat menekan ongkos kirim barang. Kemudian diputuskan untuk menyewakan jasa transportasi bagi perusahaan atau perseorang yang ingin mengirim barang dari Bali ke Jawa. Setelah armada yang diberangkatkan menyelesaikan tugas pengantaran, barulah digunakan untuk mengantar pakan ternak ke Bali.
Strategi ini ternyata cukup efektif dalam upaya menekan biaya transportasi. Bahkan Kadek Marsidi dapat meraih keuntungan dari strategi usaha tersebut. Oleh karena itu, usaha ekspedisi kemudian menjadi peluang yang tengah ia garap secara serius saat ini. Tentunya hal itu dilakukan tanpa meninggalkan usaha peternakan yang telah menjadi core bisnisnya sampai kapan pun. Bagi Kadek Marsidi usaha ternak ayam yang dirintis pertama kali oleh ayah tercinta telah menjadi bagian penting dalam kehidupannya sehingga saat kondisi apa pun akan terus dijaga eksistensinya.