Siapa yang tidak kenal dengan nama restoran Bebek Bengil? Brand dari restoran ini telah dikenal luas, tidak hanya di daerah asalnya di Ubud melainkan juga hingga ke kancah nasional.
Terbukti dengan keberhasilan Bebek Bengil menembus pasar di Jakarta, bahkan semua cabangnya berlokasi kawasan premium di ibukota. Ternyata di balik kesuksesan restoran Bebek Bengil, ada sosok perempuan asli Bali yang mendirikan serta mengembangkan tempat makan tersebut hingga seperti sekarang. Ialah Anak Agung Raka Sueni, enterpreneur perempuan yang konsisten terhadap apa yang ia mulai.
Wisatawan yang berplesiran ke Ubud, belum merasakan kepuasan apabila belum mencicipi kuliner khas Bali yang terbuat dari daging bebek. Mereka yang ingin menikmati segala macam olahan bebek, pastilah langsung tertuju pada satu nama yaitu Bebek Bengil. Tidak hanya wisatawan domestik, wisatawan mancanegara pun berbondong-bondong menyinggahi tempat makan tersebut. Lantas, apakah keistimewaan menu makanan yang tersaji di Bebek Bengil hingga menarik antusiasme para pelancong yang datang ke Bali?
Maklum saja, dari segi sepak terjang pengalaman, Bebek Bengil merupakan pelopor keberadaan restoran yang menyajikan menu andalan bebek. Melalui pengalaman lebih dari 30 tahun, Bebek Bengil tetap konsisten dengan kualitas dan cita rasa makanannya. Menurut pendiri sekaligus pemilik Bebek Bengil, Anak Agung Raka Sueni, kualitas menu makanan bergantung pada kualitas bahan baku masakan. Karena itu ia sangat teliti dalam memilih bahan baku, terutama bahan daging bebek yang didatangkan dari daerah Jawa.
“Kami memiliki standarisasi bahan baku tersendiri. Mulai dari jenis dan bobot dari bebeknya, itu kami seleksi dengan sangat teliti. Kalau ada yang tidak sesuai dengan standar kami, maka kami akan kembalikan pada supplier dan mencari kualitas lebih baik lagi,” ujar Sueni.
Tidak hanya soal daging, bahan berupa bumbu masakan pun tidak bisa sembarang digunakan. Harus yang fresh dan dijaga kebersihannya. Begitu juga pada saat pengolahannya, bahan-bahan yang ada dimasak sesuai standar yang telah ditetapkan oleh sang pemilik. Melalui standarisasi mutu bahan masakan dan tata cara pengolahan, usaha ini dapat dikembangkan di tempat lain namun cita rasanya tetap sama dengan yang ada di pusat.
Selain di Ubud, Bebek Bengil tersedia di tiga tempat lainnya di Bali. Seperti di Nusa Dua, Jimbaran, dan Garuda Wisnu Kencana (GWK). Sementara di luar Bali, Sueni berekspansi hanya di Jakarta dan Tangerang saja. Meski begitu, cabangnya di ibukota cukup banyak dan bahkan berlokasi di kawasan terkemuka. Total empat outlet telah dibuka di Jakarta antara lain Kawasan Menteng, Epicentrum Walk, Gandaria City Mall, dan Maxx Box Lipo – Karawaci. Sedangkan di Tangerang restorannya berlokasi di The Breeze.
Insiprasi Nama
Begitu fenomenalnya nama Bebek Bengil hingga menjadi sebuah brand yang tidak asing di masyarakat. Ternyata nama tersebut muncul begitu saja di benak Sueni tatkala melihat gerombolan bebek basah kuyup dan kotor. Kala itu di tahun 1990-an ia tengah menyinggahi restoran yang akan menjadi cikal bakal Bebek Bengil. Restoran itu belum memiliki nama namun secara fisik restoran itu sudah siap beroperasi.
Gerombolan bebek dari sawah di sebelah restoran itu datang dengan kondisi kotor dan basah kuyup. Maka terlintas nama Bebek Bengil yang artinya bebek yang basah dan kotor. Setelah restaurannya rampung, selanjutnya Raka Sueni memikirkan ide untuk menu masakan yang akan menjadi menu andalan pada restaurannya. Tercetuslah ide untuk membuat masakan dengan bahan baku bebek.
Pada waktu itu, belum ada restauran yang menyediakan bebek sebagai menu masakan. Bebek dikenal memiliki aroma daging yang sedikit amis lebih sering dijadikan sebagai sarana upacara oleh orang Bali. Namun di tangan Raka Sueni, bebek tidak hanya menjadi sarana persembahyangan semata melainkan menjadi sebuah sajian masakan dengan cita rasa yang khas.
Beragam menu ditawarkan di restauran yang berpusat di Jalan Hanoman, Padang Tegal, Ubud ini yang tentunya memiliki cita rasa rempah-rempah yang kuat. Salah satunya menu Bebek Bengil ‘The Original Crispy Duck’ yang merupakan sajian berupa daging bebek yang garing dan gurih. Selain membuat racikan seperti Bebek garing, Raka Sueni juga menawarkan olahan bebek lainnya seperti bebek tutu, bebek sambal hijau, nasi goreng bebek, sup bebek. Tidak hanya menu berbahan dasar bebek, ada juga menu olahan dari daging ayam yang begitu nikmat ditemani nasi kuning khas Bali. Tak ketinggalan ia menyuguhkan masakan khas Eropa lainnya untuk menambah variasi menu di restauran tersebut.
Kesuksesan yang megikuti perjalanan Sueni melalui Bebek Bengil-nya, ternyata menginspirasi banyak pengusaha lain untuk menduplikasi konsep usahanya itu. Namun Sueni mengaku tidak terlalu mempersoalkan banyaknya kompetitor yang kian hari banyak bermunculan. Baginya yang terpenting adalah fokus menjalankan usaha yang ada dan selalu konsisten mempertahankan kualitas produk.
Selain restoran Bebek Bengil, Sueni juga mengembangkan bisnis lainnya seperti Agung Raka Resort & Villas, Agung Raka Fine Art & Gallery, dan Bebek Bengil Football Academy. Sueni mengaku dalam hal mengelola usaha, kini ia telah dibantu oleh anak tercinta yang bernama Anak Agung Gede Adi Suputra. Tentunya kombinasi antara pengalaman dari generasi senior dan ide-ide segar dari generasi selanjutnya dapat mewujudkan kesinambungan bisnis di tengah era kemajuan informasi seperti sekarang. Terbukti dengan adanya strategi pemasaran lewat media digital yang membuat nama Bebek Bengil semakin dikenal luas masyarakat.