Selain merupakan wilayah pertanian padi yang subur, ternyata Kabupaten Tabanan juga menyimpan potensi tanaman hortikultura berupa manggis. Salah satunya yang dikembangkan di wilayah Pupuan, Tabanan. Sosok putra daerah bernama I Wayan Artika mencoba menggarap potensi tersebut dengan menjadikan manggis sebagai komoditi ekspor yang menjanjikan. Pengusaha satu ini memiliki prinsip menjalankan suatu bisnis tak selalu menyoal profit, sebisa mungkin melalui usahanya dapat memunculkan dampak positif di bidang ekonomi dan sosial bagi para petani.
Melalui bendera PT. Bagus Segar Utama, I Wayan Artika mencatatkan diri sebagai pengusaha eksportir buah manggis dengan jaringan pemasaran ke beberapa negara. Salah satu negara tujuan ekspor produk manggis oleh perusahaannya adalah Tiongkok. Pria asal Desa Mundeh Kangin, Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan ini mengatakan pasar ekspor di Negeri Tirai Bambu ini masih sangat luas. Berapa pun kuantiti produk buah berkulit hitam yang dikirim selalu dapat terserap oleh konsumen di Tiongkok.
Wayan Artika menjelaskan bahwa prospek ekspor manggis ke Tiongkok menjanjikan lantaran masyarakat di negara tersebut gemar mengonsumsi buah ini. Selain itu, pesaing ketat negara eksportir manggis saat ini hanya Thailand sebab pohon manggis merupakan tanaman tropis sehingga tidak banyak negara yang dapat membudidayakannya. Jumlah pasokan manggis yang dikirimkan para eksportir kadang masih belum dapat memenuhi kuota permintaan pasar.
Tentunya di balik usaha yang menguntungkan ada pula rintangan yang mesti dihadapi seorang pengusaha. Sebagai pengusaha eksportir manggis, tantangan yang dihadapi Wayan Artika adalah menghadirkan produk yang dapat memenuhi ekspektasi pembeli dengan menawarkan harga yang bersaing. Menurutnya, sejauh ini untuk urusan kualitas, hasil pertanian manggis di Bali dapat diterima di pasar internasional.
Namun mengenai harga memang masih kalah bersaing dengan Thailand. Negara berjuluk Negeri Gajah Putih tersebut mampu menawarkan harga yang lebih murah untuk nilai komoditas ekspor ke Tiongkok karena jarak tempuh pengiriman yang lebih dekat. Sedangkan para eksportir di Indonesia, termasuk Artika, menghadapi dilematika. Antara menggunakan jalur laut yang membutuhkan waktu lama namun ongkos pengiriman lebih murah atau pengiriman via udara yang cepat namun biaya kirim yang cukup tinggi.
Tantangan yang dihadapi selama menekuni bidang usaha ini tak menyurutkan langkah Wayan Artika. Berkat kegigihannya ia mampu menjadikan PT. Bagus Segar Utama sebagai perusahaan pengekspor manggis yang cukup dipercaya rekanan distributor di Tiongkok. Strategi yang dilakukan untuk menjaga loyalitas para konsumen yaitu dengan selalu mengontrol kualitas manggis mulai dari pasca panen, pengemasan, hingga saat pengiriman. Maklum saja, buah dengan julukan “Queen of Fruit” ini sangat mudah rusak sehingga perlu hati-hati dalam penanganannya.
Menjadi Petani
Wayan Artika mengawali terjun ke pertanian pada tahun 2010. Pria yang sempat berkuliah di Fakultas Pertanian, Universitas Udayana ini memutuskan untuk mengikuti jejak orang tuanya yang menjadikan pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Saat itu ia baru mengetahui banyak kendala yang dihadapi petani di lapangan, membuat harga hasil pertanian kerap anjlok saat musim panen tiba.
Setelah menyadari potensi pasar ekspor yang masih terbuka lebar, Wayan Artika bersama para investor lainnya mendirikan PT. Bagus Segar Utama sebagai perusahaan legal yang akan menyerap hasil panen langsung dari para petani. Hasil panen dibeli dari para petani dengan harga yang telah disepakati.
Selanjutnya, PT. Bagus Segar Utama yang telah memiliki rumah kemas beregistrasi juga mengirimkan barang ekspor langsung ke pelabuhan atau bandara. Melali rantai pasok yang pendek ini diharapkan dapat memberikan harga yang sepadan atas hasil kerja keras petani. Selain itu petani juga terhindar dari ketidakpastian saat musim panen karena telah memiliki kontrak kerja sama dengan perusahaan terkait.
Tidak hanya menggarap potensi pasar internasional, Wayan Artika juga memenuhi permintaan manggis di pasar lokal. Berbeda dengan spesifikasi buah yang diekspor, manggis yang kerap didistribusikan di pasar lokal merupakan sisa penyortiran. Karakteristik permintaan di pasar lokal yaitu buah manggis tidak harus dari grade terbaik, karena itu harga yang dipatok jauh lebih murah dari manggis kualitas ekspor.
Ada pun manggis yang tidak lolos proses kontrol kualitas, maka akan diolah menjadi produk turunan sehingga memiliki nilai tambah. Program ini diprakarsai Wayan Artika bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa dan terus berlanjut hingga saat ini. Pria kelahiran 1974 ini memiliki visi ke depan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, khususnya para petani, melalui industri pangan dan pertanian. Sebab industri ini terbukti masih dapat eksis di masa krisis, contohnya di masa pandemi 2020 hingga 2021.