Di tahun pertaman pandemi COVID-19, tepatnya bulan September 2020, Hosea Christopher dan istri, menghadapi kenyataan pahit ketika kehilangan pekerjaan di industri pariwisata yang bergantung pada wisatawan asing. Dalam upaya menjaga stabilitas keuangan, mereka berani mengambil langkah besar dengan mendirikan coffee shop, bisnis yang tengah populer di tengah pandemi. Nilai plusnya, mereka memang merupakan penikmat kopi setiap harinya, jadi memahami dengan baik cita rasa kopi yang dapat sukses di pasar.
Setelah menemukan lokasi yang cocok untuk usaha mereka, Hosea memperkenalkan bisnis “Ituaja Coffee” yang pada awalnya menawarkan kopi-kopi basic seperti kopi hitam , kopi tubruk, cappuccino dan latte. Mereka memiliki konsep unik, di mana kopi bisa dinikmati tiga kali sehari, menciptakan suasana yang ramah dan hangat bagi para pelanggan. Selain itu, “Ituaja Coffee” menetapkan harga yang sangat bersaing, sehingga menjadi salah satu coffee shop dengan harga termurah di kawasan Ungasan.
Respon pasar terhadap bisnis mereka sangat positif, begitu pula penjualan secara online. Hosea pun mencoba menarik perhatian pelanggan dengan menjadikan produk kopi susu sebagai andalannya, mengemasnya dalam botol dengan nama “Kopi Susu Melasti” selama masa pandemi. Namun, menariknya yang tetap menjadi favorit di hati pelanggan adalah produk kopi-kopi basic yang sederhana. Rupanya, keaslian dan kualitas rasa dari kopi-kopi tersebut berhasil menarik hati pelanggan, yang menyukai kesederhanaan dan cita rasa yang otentik.
Hosea awalnya mengincar anak muda sebagai target pasar utama untuk “Ituaja Coffee”. Namun, dengan lokasinya yang berada di jalur lalu lintas peselancar yang menuju atau berasal dari Pantai Pandawa, Pantai Greenbowl dan Pantai Nusa Dua, ternyata para peselancar wisatawan asing pun tertarik mengunjungi coffee shopnya. ‘Bahasa’ mereka sebelum beraktifitas, selalu menyeruput kopi long black espresso, untuk mendapatkan adrenalin dari kopi tersebut. Meski adanya perubahan pasar yang tak diduga Hosea, justru menguntungkan “Ituaja Coffee” karena peselancar tersebut membentuk komunitas surfer di sekitar tempat ini. Alhasil, dalam tahun pertama pendirian, 80% pengunjung yang datang adalah orang asing, terutama para peselancar wisatawan. Mereka memberikan kontribusi yang signifikan dalam membentuk pasar dan menciptakan atmosfer yang berbeda daripada coffee shop lainnya yang ramah bagi komunitas surfer.
“Ituaja Coffee” tidak hanya menghidangkan kopi dengan mesin roaster, tetapi juga menyajikan kopi secara manual. Menawarkan pilihan biji kopi dari Aceh hingga Papua, meliputi biji kopi robusta, arabica atau campuran, serta kopi ‘single origin’ adalah kopi yang terbuat dari satu jenis kopi yang sama dalam satu kemasan. Di antara pilihan biji kopi tersebut, yang paling diminati adalah Arabica, karena saat diseduh menghasilkan aroma bervariasi seperti wangi jeruk dan teh.
Selain bisnis coffe shop, Hosea juga menampilkan menu roti, khususnya di “Ituaja Bakery Bali” dengan referensi Eropa Timur. Didukung oleh istri Hosea yang berasal dari negara tersebut dan banyak peselancar yang juga berasal dari wilayah sana. Hanya saja di “Ituaja Bakery Bali”, pilihan kopinya dibatasi, hanya ada kopi hitam, cappuccino dan latte saja, lebih fokus menghadirkan roti saja dan menu berat seperti pasta, salad, pangsit salmon dan lain-lain. Untuk varian kopi yang lengkap, tentu saja ada di “Ituaja Coffee”.
Dalam bisnis perdananya, Hosea memegang teguh prinsip bahwa untuk mencapai kesuksesan, belajar adalah kunci utama untuk mencapai kesuksesan utama, apalagi untuk berkembang dan membuka cabang selanjutnya. Ia perlu membangun kepercayan diri bersama anak muda lokal Ungasan. Proses ini bukan tanpa tantangan, namun dengan dedikasi dan semangat pantang menyerah, Hosea, berhasil menciptakan atmosfer yang menginspirasi dan memotivasi anak muda lokal untuk terus berkembang dan mengembangkan bakat mereka. Kini mereka pun menjadi bagian dari keluarga “Ituaja Coffee” yang saling mendukung dan memperkuat satu sama lain.