Cukup berbeda dengan kisah pemilik usaha dekorasi lainnya, Kadek Suparta tak mengetahui sama sekali dan cenderung cuek dengan perkembangan usaha ini di Desa kelahirannya, Abuan, Bangli. Padahal di komunitas terdekatnya, sudah banyak yang mengambil peluang ini sebagai sumber utama mata pencaharian mereka. Sedangkan dirinya lambat terlibat, baru menekuninya sejak tahun 2015.
Kadek Suparta sebenarnya memiliki basic di pariwisata, ia sempat bekerja sebagai driver freelance dan mempelajari mata pencaharian masyarakat lokal sebagai pematung kayu. Karena persaingan pekerjaan ini semakin masif, ia beralih ke pekerjaan lain dan pindah ke Batubulan tahun 2007. Dari iparlah, awal mula ia mengenal dekorasi, namun masih hanya sekedar menambah penghasilan, karena ia juga sembari bekerja di sebuah vila.
Berjalannya waktu, pria berusia 38 tahun ini, semakin tercerahkan pandangannya dan tertarik pada usaha jasa dekorasi tersebut. Tanpa pikir panjang, tahun 2015, ia merintis jasa dekorasi bernama “Merah Maroon Dekorasi” yang berlokasi di Abuan, Kec. Susut, Kabupaten Bangli. Ia mempromosikan, bisa dikatakan jasanya super lengkap, karena ia pun bekerjasama dengan pihak catering misalnya, dengan berbagai pilihan paket menarik. Kembali lagi kepada kebutuhan dan pilihan para klien, Kadek Suparta sebagai vendor berupaya memberikan kemudahan dan kepuasan klien, sebagai raja.
Selain memperbarui desain dekorasi yang terus update dari masa ke masa, yang vital bagi Kadek Suparta ialah rutin memaintenance perlengkapan yang digunakan, agar berkinerja dengan optimal saat di lapangan. Dalam implementasinya, Kadek Suparta banyak berdayakan anak muda di desa, yang rata-rata sebagai orang asli Bali, mereka sudah memiliki aliran seni masing-masing. Tugas Kadek Suparta tinggal mengarahkan mereka, di mana seharusnya kemampuan mereka diporsikan.
Kadek Suparta juga saling bertukar informasi dengan teman sesama dekorasi, seperti mengetahui perbandingan harga, apakah sudah sesuai dengan harga pasar atau tidak, khususnya untuk sesama dekorasi Bangli, ditemukan kesepakatan untuk menyamaratakan harga. Melalui informasi ini pula, sportifitas juga diperlihatkan melalui saling membantu wiraswasta lain, bila terkendala perlengkapan ataupun bahan.
Inovasi dan tantangan tak bisa dipisahkan dari bisnis satu ini, seiring permintaan klien yang semakin berwarna. Contohnya inovasi soal struktur tenda, mengingat masing-masing daerah memiliki keistimewaan medannya masing-masing. Ia pun harus terjun ke lokasi terlebih dahulu, sebelum eksekusi bersama tim, yang perharinya bisa menjangkau empat hingga lima lokasi.
Tantangan lainnya, ada pada sumber daya manusia, Kadek Suparta pun belum berani untuk mengambil event-event besar, biasanya hanya ikut dalam kuantitas kecil dan mengekori event organizer yang menghandle dan bertanggung jawab event sepenuhnya.
Meski terkesan terlambat dalam bisnis dekorasi ini, Kadek Suparta optimis mampu merangkul keluarga dan bekerjasama dengan wiraswasta dekorasi lainnya. Senjata pamungkasnya ialah “Bila mau kaya, kerja sendiri, bila ingin besar, harus bekerjasama” ucapnya bersemangat.