Harga penjualan sapi yang terus meroket dari tahun ke tahun, membuat Ketut Karnawa yang dulunya hanya sebagai kuli sapi dan mengawal distribusi sapi ke Jakarta, tak mau meratapi nasibnya di posisi itu-itu saja. Setelah menggeluti usaha tersebut sejak tamat SMA, pada tahun 1990, 10 tahun kemudian ia memutuskan mandiri menjadi pengusaha di “UD. Supplier Sapi Bali” yang berlokasi di Desa Pejarakan, Kec. Gerokgak, Kabupaten Buleleng.
Tahun 2002, Ketut Karnawa memulai jati diri barunya sebagai wirausaha. Perharinya ia bisa memotong 20 ribu ekor/hari untuk usaha sejenis usaha dagang (UD) di era normal, di mana bobot sapi Bali maksimal 500-600 kg. Demi mendapatkan sapi dengan kualitas tersebut, ia berkeliling Bali untuk mendapatkannya, terutama di daerah dingin, seperti Kintamani, Bangli dan Karangasem. Pengirimannya pun hampir menjangkau seluruh Indonesia, karena harganya yang ekonomis, cocok untuk menengah ke bawah.
Sapi Bali mayoritas masih menggunakan pakan alami, karena kalau pakan buatan, bisa berefek ke organ jantung sapi, yang tak kuat dalam perjalanan pengiriman lebih jauh dari Surabaya, bahkan bisa berakibat sapi mati. Disana letak kendalanya, jadi perkembangan bobot postur tubuhnya pun menjadi lebih lambat, dibandingkan sapi dengan pakan buatan. Kelebihan lainnya, sapi Bali memiliki adaptasi lingkungan dan ketahanan daya tubuhnya bagus, seperti kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada Mei 2022 kemarin, yang menularkan sapi-sapi di Indonesia, tak sampai membuat petrnakan sapi Bali gagal total, setelah diobati.
Kabar terkini para peternak Bali, terutama di daerah Buleleng, masih ada generasi muda yang yang beternak, karena orangtua mereka yang masih aktif beternak atau mewarisinya, seperti Karnawa kepada putranya, Made Agus. Namun diakui, butuh pekerjaan sampingan demi menyeimbangkan anggaran rumah tangga dan kebutuhan ekonomi lainnya. Berdasarkan alasan ini, Karnawa mewakili peternak Bali, berharap sinergi dari pemerintah untuk mendukung dan memberi stimulus dalam pencapaian target para peternak lokal, agar keunggulan sapi Bali ini, bisa terus dilestarikan.