Bertambak udang dengan memanfaatkan teknologi modern sehingga menghasilkan hasil budidaya berkualitas maksimal, itulah yang sedang dilakoni I Nengah Sarjana. Bahkan udang-udang yang dihasilkan melalui farm miliknya yang berada di dua kabupaten sangat diminati pasar luar negeri. Melalui bendera usaha CV. Putra Gunung Sari Segara, I Nengah Sarjana mampu menghasilkan udang kualitas ekspor untuk memenuhi permintaan dari berbagai negara, salah satunya pasar Amerika Serikat.
I Nengah Sarjana tak menyangka keputusan untuk berekspansi ke bisnis budidaya udang jenis Vannamei beberapa tahun lalu ternyata sangat tepat. Pria yang awalnya menekuni usaha peternakan ayam petelur ini memang terbilang baru dalam industri perikanan. Berawal dari ajakan seorang kawan yang telah terlebih dahulu mencicipi peluang bisnis budidaya udang, Nengah Sarjana memutuskan untuk bergabung.
Tepatnya di tahun 2010, pria yang tengah menyelesaikan pendidikan doktoral ini mulai terjun ke bisnis perudangan dengan mengibarkan bendera CV. Putra Gunung Sari Segara. Setelah menyelami sendiri dunia usaha di industri perikanan, barulah Nengah Sarjana menyadari bahwa ada tantangan besar pada bidang yang ia tekuni. Sebagai pengusaha di tingkat budidaya, tantangan yang harus dihadapi adalah bagaimana membesarkan benih udang menjadi udang siap panen. Padahal ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan budidaya udang, khususnya udang varietas vannamei. Salah satunya adalah kondisi ekosistem udang itu sendiri.
“Berbicara mengenai budidaya udang di Bali, salah satu tantangan yang ada yaitu menentukan lokasi pembuatan farm atau tambak. Faktor lingkungan sangat mempengaruhi keberhasilan budidaya, salah satunya mengenai cuaca di sekitar tambak. Sedangkan lingkungan yang tepat untuk berbudidaya perikanan adalah di sekitar wilayah pesisir,” ujar Nengah Sarjana.
Lanjutnya, realita di lapangan yaitu lebih banyak daerah pesisir di Bali telah diatur untuk dimanfaatkan sebagai daerah pariwisata. Hal itu membuat para pengusaha industri peternakan harus lebih ekstra dalam menentukan lokasi usaha. Nengah Sarjana sendiri akhirnya memilih lokasi di wilayah Bali Barat dan Bali Utara yang belum terjamah pembangunan pariwisata.
Salah satu farm miliknya berada di Kota Negara, Kabupaten Jembrana dan satu lagi berlokasi di Singaraja, Kabupeten Buleleng. Adapun tantangan lainnya yang harus dihadapi saat harus menyediakan ekosistem yang baik untuk budidaya udang adalah ketersediaan oksigen dan stabilitas PH air kolam. Menghadapi tantangan tersebut Nengah Sarjana menerapkan teknologi intensif yang dapat memungkinkan berbudidaya di lahan terbatas. Pria yang meraih gelar S2 di STIE ABI Surabaya ini mengaplikasikan tenaga kincir air untuk menjamin suplai oksigen di kolam. Melalui teknologi yang ia terapkan dapat menghasilkan hasil budidaya secara maksimal. Meski ada banyak hal-hal yang harus diperhatikan dan apabila diabaikan maka akan berisiko kegagalan saat panen, Nengah Sarjana mengakui bahwa usaha produksi udang ini peluang profitnya sangat tinggi. Apalagi ia sendiri telah memiliki segmentasi market sendiri yaitu kalangan pengekspor.
Udang hasil budidaya lokal ini ternyata diakui memiliki cita rasa yang lezat sehingga peternak udang di Indonesia banjir pesanan. Hanya saja tidak semua jenis udang laku di pasaran luar negeri. Nengah Sarjana mengatakan bahwa udang vannamei yang ia produksi adalah salah satu jenis yang diminati. Selain itu ia hanya menghasilkan udang dengan ukuran besar sebab harga jual yang cukup tinggi. Bila dihitung menggunakan satuan kilogram maka 1 kg udang terdiri dari 25 ekor. Sedangkan masa budidaya dari benih hingga siap panen yaitu sekitar 120 hari. Nengah Sarjana menuturkan dirinya saat ini dibantu oleh tim manajemen profesional. Serta tenaga teknisi yang handal untuk bekerja di lapangan.
Kekompakan menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam memajukan CV. Putra Gunung Sari Segara sebagai salah satu farm penghasil udang berkualitas terbaik. Dibarengi semangat untuk terus berinovasi, Nengah Sarjana berharap dapat semakin memajukan perusahaan. Sehingga nantinya ada kesempatan untuk membuka lapangan kerja yang lebih luas. Keberhasilan Nengah Sarjana dalam menemukan solusi dari berbagai persoalan terkait usaha budidaya udang ini membuat banyak pengusaha sejenis kian termotivasi untuk menggarap potensi usaha ini.
Nengah Sarjana pun tak pernah memandang pengusaha udang lainnya sebagai kompetitor melainkan rekan yang memiliki visi misi yang sama untuk memajukan industri ini. Bahkan sudah ada asosiasi yang menjadi wadah bertukar pikiran dan informasi antar sesama pengusaha udang. Saat ini Nengah Sarjana dipercaya untuk menakhodai Shrimp Club Indonesia (SCI) wilayah Bali. Organisasi merupakan cabang dari Shrimp Club Indonesia yaitu tempat berkumpulnya para pembudidaya udang di Indonesia. Nengah Sarjana menambahkan bahwa industri perikanan khususnya pertambakan udang sangat layak untuk dikembangkan lebih jauh demi menggerakkan perekonomian daerah.
Terlebih dilihat dari pengalaman selama masa pandemi ini, industri ini terbilang masih mampu bergeliat di saat industri lainnya seperti pariwisata tak mampu berputar. Menurut pria kelahiran 7 Maret 1974 ini perlu dukungan dari berbagai pihak, salah satunya peran pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Pemerintah diharapkan dapat mengakomodir pengusaha yang tertarik menggarap peluang budidaya udang dengan membuat sistem perijinan satu pintu. Lantaran kenyataan di lapangan kebijakan antar instansi saling tumpang tindih. Melalui sistem perijinan satu pintu maka pengusaha dapat memenuhi syarat legalitas usaha dengan mudah.