Merintis usaha dengan tujuan membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar, ternyata menjadi jalan keputusan yang mengantarkan Gusti Ayu Trisnawati pada kesuksesan. Ia meyakini semangat dalam memberdayakan potensi daerah, baik dari segi sumber daya manusia maupun budaya masyarakat merupakan fondasi terkuat dalam membangun usaha tenun tradisional Bali. Spirit menjaga warisan budaya pun terselip dalam perjuangan memperkenalkan brand Tenun Trisna ini.
Tenun tradisional yang ditawarkan Gusti Ayu Trisnawati merupakan kain khas yang berasal dari wilayah Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem. Lebih dikenal dengan nama kain songket, tenun khas Sidemen memiliki motif dan corak yang sangat bervariasi. Beberapa di antaranya yang paling sering dipasarkan adalah motif anyaman, bulan kayonan, wayangan dan merak. Kain songket Sidemen terhitung sebagai kain warisan leluhur Bali yang cukup populer di kalangan pecinta songket. Permintaannya pun terus melambung seiring makin dikenal di industri fashion tanah air.
Usaha lokal Tenun Trisna yang berlokasi di Talibeng ini memiliki keunggulan sehingga membuatnya mampu bersaing. Ciri khas utama kain songket Tenun Trisna terletak pada kualitas bahan pembuatannya yang tergolong premium. Sebut saja pada penggunaan benang emas dan perak pada kain berbahan katun bertekstur halus. Meski proses pembuatan yang masih manual menggunakan tangan dan peralatan sederhana namun dapat menghasilkan kain bernilai keindahan. Maka tidak heran jika kain songket khas Sidemen ala Tenun Trisna laris di pasaran dengan harga tinggi.
Selain kain songket yang umumnya dikenakan pada upacara adat maupun upacara agama di Bali, Tenun Trisna juga memproduksi kain endek. Khusus untuk produk tersebut, paling banyak dipesan untuk bahan pembuatan pakaian seragam kantoran. Selain itu kain endek juga umum dipakai sebagai kain lilit atau Kamen, saput dan udeng. Cakupan pemasaran produk kerajinan Tenun Trisna ini didominasi oleh wilayah Bali Selatan seperti Denpasar, Badung dan Gianyar.
Tak hanya menjangkau pemasaran di wilayah Bali, Tenun Trisna juga mulai merambah pasar luar daerah. Hal ini mulai dirasakan sejak Gusti Ayu Trisnawati mulai gencar melakukan pemasaran digital. Sejumlah kegiatan diikuti seperti event Pesta Kesenian Bali (PKB), serta beberapa pameran di Jakarta dan kota besar lain di Indonesia. Di sanalah para pecinta kain tradisional di luar Bali berkesempatan mengenal Tenun Trisna serta tak sedikit yang tertarik membeli.
Gusti Ayu Trisnawati mengawali usaha produksi kain songket dan endek Bersama sang suami dengan tujuan awal mewadahi para ibu rumah tangga di sekitar mereka yang membutuhkan lapangan kerja. Sebelumnya masyarakat setempat lebih banyak memilih usaha pertanian dengan hasil yang tidak terlalu signifikan untuk membangun kesejahteraan. Di sisi lain tidak ada keahlian lain yang mereka miiki yang dapat diberdayakan.
Tentu saja di awal usaha, Gusti Ayu Trisnawati memperkerjakan tenaga terampil di bidang menenun. Setelah itu barulah ia membina warga sekitar rumahnya untuk meningkatkan skill dalam hal menenun sehingga nantinya dapat direkrut di tempatnya. Sebagai upaya menjaga keberlangsungan usaha, Gusti Ayu Trisnawati terus melakukan update terhadap tren terkini. Selain berusaha adaptif terhadap dinamika industry fashion, ia juga terus melakukan inovasi terhadap motif-motif yang pernah eksis di masa lampau dan mulai diperkenalkan ke generasi masa kini.
Demikian cerita perjuangan Gusti Ayu Trisnawati yang tidak semata-mata mengejar nilai finansial belaka. Upaya pelestarian budaya dan tradisi, juga menjadi spirit yang membuatnya tetap bertahan di usaha kain ini.