DENPASAR – Penguatan bidang pertanian Bali mestinya diikuti dengan penerapan inovasi dan teknologi. Inovasi dan teknologi dalam pengolahan hasil panen sebagai upaya memberikan nilai tambah secara ekonomi.
“Sebagai contoh di sektor perkebunan tanaman coklat, dengan teknologi pengolahan akan mampu menjadi komoditi ekspor dengan peluang pasar yang masih besar yang telah beliau lakukan saat ini,” kata praktisis pertanian yang juga sekaligus peneliti di BPTP Bali, Dr. Ir. Wayan Alit Artawiguna, MS saat memberikan paparan dalam webinar dengan thema “ Strategi Mewujudkan Sektor Pertanian Sebagai Pondasi Struktur Pembangunan Ekonomi Bali” yang merupakan rangkaian HUT HKTI ke-48 di Denpasar pada Jumat (28/5).
Alit Artawiguna mengungkapkan upaya penguatan sektor pertanian Bali harus dikuatkan sebagai pondasinya perekonomian di Bali terutama pada kondisi yang ada saat ini. Perekonomian Bali selama ini terlalu menggantungkan sektor pariwisata. Hal ini menjadi wajar karena telah menyumbang PDRB Bali yang paling besar Rektor Universitas Dwijendra Dr. I Gede Sedana, MSc. menyampaikan guna menguatkan pertanian sebagai pondasi perekonomian Bali maka kemampuan agribisnis dalam kelembagaan subak harus dibangkitkan. Dimana subak tidak ditempatkan sebatas organisasi sosial budaya tetapi mengarah ke sosial ekonomi.
“Kalau kita ingin penguatan sektor pertanian sebagai pondasi perekonomian Bali kedepan, harus diubah peran subak dari socio cultural religious agriculture menjadi socio cultural religious economic agriculture,” ungkap Gede Sedana.
Pakar subak dan pemerhati pertanian Bali Prof. Dr. Wayan Windia, mengingatkan jika ingin kedepan sektor pertanian sebagai pondasi pembangunan ekonomi Bali, maka organisasi subak di Bali harus lebih dikuatkan dengan tetap mempertahankan elemen yang ada dalam subak.
Wajib ada sinkronisasi dan koordinasi antara subak, desa adat dan desa dinas yang selama ini terkesan bahwa subak berjalan sendiri.
“Sehingga adanya gempuran dari luar memiliki kekuatan untuk mempertahan eksistensi subak. Disatu sisi Perda No. 9 tahun 2012 masih terkesan melemah- melemahkan peran subak di Bali, dimana hilangnya peran dari Sedahan Agung dalam struktur organisasi subak di Bali, maka perlu ada revisi,” papar Windia.
Secara umum peserta webinar berpandangan bahwa untuk menjadikan sektor pertanian menjadi pondasi struktur pembangunan ekonomi Bali, maka subak harus diperkuat baik dari sisi lembaganya, regulasinya, dalam pengaturan tata air, dan peran dalam sistim agribisnis. Penguatan sektor pertanian harus diikuti oleh penguasaan inovasi dan teknologi dari hulu sampai hilir, sehingga petani menikmati hasil yang layak, tidak hanya dinikmati oleh para pemodal.
Pada akhirnya maka para petani dan subak harus menerapkan prinsip-prinsip agribisnis. Webinar terselenggara berkat kerjasama Program Pascasarjana Universitas Warmadewa melalui Prodi Magister Sains Pertanian (PS-MSP) bekerjasama dengan DPD-HKTI Bali dan Universitas Dwijendra Denpasar.
Ketua Program Studi Magister Sains Pertanian-Program Pascasarjana Unwar Dr. Ir. I Dewa Nyoman Sudita, M.P., berharap rumusan hasil webinar dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah Bali.
Penulis : I Nengah Muliarta
Sumber : media network/BB