KETUA Himpunan Kerukunan Petani Indonesia (HKTI), Moeldoko menyampaikan ada lima persoalan yang dihadapi petani Indonesia. Kelima masalah utama yang krusial di sisi hulu adalah lahan, permodalan, manajerial, teknologi, dan harga pascapanen.
Pernyataan itu diungkapkan Moeldoko dalam acara Indonesia Food Summits 2021 yang digelar Media Group, Selasa (25/5). Ia menjelaskan, selama ini ketersediaan lahan untuk bertani semakin sedikit. Bahkan, saat ini Indonesia dihadapkan dengan kondisi paradoks.
Hal itu disebabkan, lahan pertanian di Pulau Jawa semakin sedikit, namun jumlah penduduknya semakin banyak. Sebaliknya, di luar pulau Jawa, masih banyak lahan namun penduduknya sedikit.
Kemudian, ia juga mengatakan para petani juga masih sulit dalam mengakses permodalan. Adanya kebijakan pemerintah yang menggelontorkan KUR senilai Rp50 triliunh, ternyata belum bisa diserap petani. Hal ini disebabkan, masih banyak petani yang unbankable.
Sehingga para petani memilih kredit lewat pengepul. Meski demikian, Moeldoko menyampaikan keberadaan crowdfunding di era keterbukaan saat ini sangat membantu petani mengakses permodalan.
“Namun, sekarang ada alternatif lain lewat crowdfunding,” kata Moeldoko. Selain itu, petani juga dihadapkan dengan manajerial yang belum tertata. Menurutnya, para petani masih belum bisa memetakan permodalan hingga biaya produksi setiap panen.
Persoalan lainnya yang menyebabkan biaya produksi mahal adalah petani yang belum bisa mengadopsi teknologi terbaru. Menurut Moeldoko, setiap panen petani sudah merugi 10% karena masih menggunakan cara konvensional. Padahal, hal tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan menggunakan harvester. “Harvester mampu menekan kerugian 10% tadi menjadi 3 hingga 4%,” katanya.
Persoalan krusial lainnya adalah harga ketika panen raya yang sering kali anjlok. Ia mengkritisi pemerintah yang menetapkan harga eceran beras medium dan premium yang belum menyejahterakan para petani. (A-1)
Sumber: media network /MI