Peluang usaha selalu ada di sekitar bagi siapa saja yang memiliki kecermatan dalam melihatnya. Tak terkecuali peluang usaha yang muncul dari kebutuhan masyarakat yang paling esensial yaitu pangan. Seperti halnya pengusaha bernama I Ketut Sukadana, ST. yang sukses berkat menggarap peluang bisnis penjualan beras. Pria yang awalnya telah memiliki karir mapan di Jakarta ini rela pulang ke kampung halaman demi ikut memajukan usaha yang dirintis orang tua dan kini berhasil memasarkan merk dagang sendiri ke seluruh penjuru Pulau Dewata.
Di kala sudah banyak produsen dan distributor beras yang bergeliat di Jembrana, I Ketut Sukadana tak merasa ciut saat harus masuk dalam kompetisi usaha. Terbukti melalui komitmen menghadirkan produk beras yang berkualitas, ia berhasil merangsek maju dalam persaingan bahkan berhasil memperkenalkan beberapa merk beras sendiri. Bahkan saat ini dua merk beras unggulan dari perusahaannya, CV. Puspa, telah memiliki pelanggan setia.
“Saya melihat kondisi di Bali itu, masyarakatnya hanya akan membeli satu merk beras tertentu saja yang kualitasnya sudah mereka buktikan sendiri. Walaupun merk beras sangat banyak beredar di pasaran, kalau sudah puas dengan salah satu merk maka mereka akan terus membelinya,” ungkap Ketut Sukadana.
Fanatisme masyarakat terhadap merk beras tertentu, menurut Sukadana menjadi suatu tantangan bagi para distributor beras untuk selalu memperhatikan kualitas produk mereka. Sebab bila sekali saja membuat pelanggan kecewa, baik dari segi kebersihan beras, berat isi, atau pengemasan yang buruk, maka pelanggan akan beralih ke merk lainnya. Inilah yang berusaha dihindari Sukadana yang sejak awal terjun ke dunia usaha memang tak pernah main-main soal kualitas produk.
Penuhi Permintaan ke Seluruh Daerah
Ketut Sukadana memaparkan bahwa perusahaannya yaitu CV. Puspa Beras Bali, merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan padi menjadi beras atau penggilingan padi (Rice Miling Unit). Jadi selain memasarkan, perusahaannya juga memproduki beras dari gabah hasil pertanian di Bali. Skala usahanya terbilang cukup besar, saat ini mampu memasok sekitar 40-50 ton beras per hari.
Pria asli Jembrana ini mengatakan bahwa perusahaannya menghasilkan beberapa merk beras. Ada dua jenis merek beras yang paling laris di pasaran yaitu Rajawali dan Ratun Joged Bali yang dipasarkan ke seluruh Bali. Selain dua merk unggulan itu, CV. Puspa juga meluncurkan produk dengan kemasan 1 kg yang diberi merk Beras Ngales. Keunggulan beras puspa antara lain kemasan harga terjangkau, kualitas terjamin, beras bersih, menghasilkan nasi yang pulen, serta proses produksi yang higienis.
Walaupun domisili usahanya di wilayah Bali bagian barat namun produk beras CV. Puspa telah dipasarkan di Kabupaten Jembrana dan sejumlah daerah di Bali. Sukadana mengatakan daerah tujuan pemasaran yang memiliki prospek menjanjikan saat ini ada di Gianyar. Merk beras yang ia tawarkan yaitu Rajawali dan Ratun Joged Bali telah diterima dengan baik oleh masyarakat di sana dan sudah menjadi pelanggan setia.
Perjuangan Generasi Kedua
Dijelaskan Sukadana, bahwa ia sendiri merupakan generasi kedua yang mengelola usaha CV. Puspa Beras Bali. Perusahaan ini didirikan oleh Ayahnya dengan bernama UD. Puspa. Awal dirintis pada tahun 1985, CV. Puspa dimulai dari skala usaha kecil di rumah orangtua Sukadana. Pada saat itu masih menggunakan peralatan serba manual dan sistem manajemen usaha sangat tradisional.
Sebelum ikut berkecimpung dalam manajemen usaha keluarga, ayahnya menjalankan usaha dibantu sang ibu. Kemudian pada tahun 1998, Ketut Sukadana baru ikut bergabung dalam manajemen usaha. Sebelumnya itu ia sempat bekerja di Jakarta. Oleh karena ada panggilan hati membantu usaha orangtuanya, ia memutuskan pulang ke kampung halaman dan berkontribusi memajukan CV. Puspa dengan memanfaatkan skill dan wawasan yang didapat selama berkarir di kota Jakarta. Ia rela meninggalkan zona nyaman sebagai karyawan dan berani menghadapi resiko sebagai pengusaha.
“Melalui sistem produksi yang masih menggunakan peralatan tradisional, kapasitas produksi sekitar setengah ton per hari. Kami mendapatkan bahan baku melalui sistem jemput bola, baik mendatangi petani langsung maupun para tengkulak,” kenangnya.
Bersama Sang Ayah, Ketut Sukadana terus berupaya memajukan usaha dengan memberikan sumbangsih berupa pemikiran inovatif dan kreatif. Ia juga berani mencari pinjaman modal usaha lewat perbankan guna membesarkan skala usaha.
“Pada tahun 2002 saya pinjam modal untuk membangun pabrik. Akhirnya sudah tidak menggunakan sistem jemput bola lagi melainkan para petani yang mengirim gabah ke tempat kami. Tiap tahun kami terus melakukan pembaharuan alat. Berkat pemuktahiran teknologi kami dapat meningkatkan kapasitas produksi,” kata Sukadana menjelaskan.
Proses pengolahan gabah sebelum menjadi beras dilakukan dari tahap pemecahan kulit. Kegiatan ini menggunakan mesin khusus, dimana gabah kering menuju ke elevator masuk ke mesin pemecah kulit. Selanjutnya setelah dipisahkan antara kulit dan beras, dilakukan pemisahan beras dan kotoran dengan alat bernama color souter. Lalu beras masuk ke alat bernama kebi yaitu untuk memutihkan beras dengan sistem poles air. Setelah itu barulah sampai pada tahap pengemasan. Demi memastikan keterjaminan kualitas beras dilakukan proses quality control yang ketat dilakukan oleh tenaga kerja berpengalaman.
Pada tahun 2004 CV. Puspa mengeluarkan merk beras sendiri dengan nama Rajawali. Barulah pada tahun 2010 dikembangkan merk Ratun Joged Bali yakni beras dengan kualitas premium yang menggunakan kemasan lebih menarik. Sukadana mengatakan tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan antara dua merk tersebut. Namun tiap merk memiliki kelompok penggemarnya sendiri di masing-maing daerah di Pulau Bali.
Melalui pemanfaatan sosial media, perusahaan yang berlokasi di Jalan Patih Jelantik No.109 Banjar Taman, Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, itu kian dikenal masyarakat luas. Selain berinovasi dalam strategi pemasaran, Sukadana mengatakan kejujuran merupakan kunci kesuksesan usahanya. Sekali saja merusak kepercayaan yang ada maka akan sulit membangun kembali citra positif brand usaha.
Melalui kisah perjalanan usahanya ini ia ingin menginspirasi dan mengajak generasi muda untuk berkecimpung di bidang pertanian. Menurutnya mindset bahwa menjadi pengusaha pertanian harus ikut nyemplung ke sawah tidak selalu benar. Asalkan memiliki kemampuan manajerial yang apik maka siapa pun dapat sukses berkarir sebagai pengusaha di industri terkait pertanian.