Hantaman pandemi Covid-19 terpaksa membuat sektor pariwisata Indonesia dan para pelaku di dalamnya harus ‘terdiam’ sejenak. Meski berada di tengah masa krisis, beradaptasi dengan kebiasaan baru serta menerapkan ragam kebijakan jadi upaya membangkitkan geliat pariwisata Nusantara.
Satu di antara sederet upaya menekan transmisi Covid-19 yang diberlakukan pemerintah adalah pemberian vaksin Covid-19 yang kian digencarkan di berbagai daerah. Kehadiran vaksin ini setidaknya memantik secerca harap bagi para pelaku di sektor pariwisata.
“Paling tidak vaksin ini bisa menjadi satu harapan baru, dengan adanya vaksin kita harapkan berangsur-angsur mobilitas manusia sudah mulai bisa kembali normal,” kata Budijanto Ardiansjah selaku Wakil Ketua Umum Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA), saat dihubung Rabu, 3 Maret 2021.
Budijanto menyampaikan, jika mobilitas manusia telah berangsur normal, pariwisata akan turut berdampak positif. “Artinya, orang sudah mulai bisa melakukan perjalanan lagi. Jadi ada satu harapan baru, walaupun masih perlu waktu,” tambahnya.
Dikatakan Budijanto, merujuk dari pernyataan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno yang menyebut tahun ini berencana pelan-pelan membuka wisata Nusantara. “Artinya beberapa destinasi utama akan mulai dibuka untuk border internasionalnya,” katanya.
Lalu dilanjutkan dengan Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo yang berharap saat perayaan 17 Agustus, Covid-19 sudah terkontrol. “Tapi statement pak Airlangga mengatakan sampai tahun ini mungkin pemerintah tidak akan membuka penerbangan internasional, berita masih simpang siur,” tambah Budijanto.
“Kalau target pak Presiden satu juta per hari bisa disuntik vaksin, saya optimis saja Agustus sudah mulai normal, kita sudah bisa melakukan aktivitas dengan biasa walaupun dengan prokes,” ungkapnya.
Sementara di masa pandemi Covid-19, Budijanto melihat perubahan kecenderungan orang bepergian saat ini lebih ke wisata alam. Destinasi atau daerah yang dapat menawarkan destinasi alam yang baik akan dicari wisatawan.
“Dengan jaminan bahwa fasilitas infrastrukturnya sudah tersertifikasi CHSE, saya rasa itu yang akan dicari oleh wisatawan karena kita selalu mengatakan dalam kondisi sekarang. Kalau mau berwisata jangan masuk ke zona merah,” lanjutnya.
Pakar Kreatif Strategi Pariwisata Taufan Rahmadi, menyampaikan sesuai referensi World Tourism Organization (UNWTO), adanya vaksin adalah hal paling pertama yang harus dilakukan untuk memastikan rasa bagi wisatawan saat berkunjung ke sebuah destinasi.
“Vaksin terus saja digencarkan, diiringi dengan ketegasan pemimpin, kolaborasi dan bersama-sama menghadapi ini,” kata Taufan saat dihubungi, Rabu, 3 Maret 2021.
Namun dalam upaya menggenjot geliat pariwisata, ia berpendapat ada beberapa usulan terkait hal tersebut. Prediksi satu tahun masa pemulihan pariwisata Indonesia dapat dilakukan, apabila didukung sederet upaya.
“Jika fokus menciptakan bubble-bubble destination, bubble island, bubble beach, bubble village, di mana sementara untuk survive, wisatawan lokal merasa aman,” lanjutnya.
Poin kedua yang ia usulkan adalah konsep bubble strategi yang dapat membuat orang tidak lagi hanya bergantung pada pesawat terbang. Wisatawan Nusantara setiap akhir pekan di daerah padat penduduk, pasti ramai mengunjungi atraksi-atraksi dan destinasi lokal.
“Pergi ke bubble destination itu sudah tidak lagi berbicara hanya pakai pesawat, bisa pakai kereta api, bus, atau mobil pribadi. Dengan konsep itu, wisatawan akan tahu ke titik mana dan tidak lagi singgah-singgah,” jelasnya.
Taufan juga menyebut, upaya restrategi membangkitkan wisata Tanah Air dapat segera membentuk komite pemulihan pariwisata nasional. Tugasnya tak lain bicara soal assessment destinasi, mengawasi, mengamati, hingga merekomendasi terkait banyak hal dalam pemulihan destinasi wisata saat ini.
“Isinya semua stakeholder pariwisata, tapi dibina birokrasi pemerintah dari pusat sampai daerah ada. Kedua, segera dibuat bubble destination strategy,” tambahnya.
Sedangkan poin ketiga adalah dana hibah pariwisata untuk bertahan. “Pemerintah sudah pernah menjanjikan dana hibah tidak lagi untuk hotel dan restoran, juga diperluas travel agent, guide dan sebagainya. Ini harus segera diimplementasikan,” kata Taufan.