Di Merauke, traveler bisa menemukan rumah rayap yang ukurannya raksasa. Inilah mahakarya alam khas dari kawasan timur Indonesia yang tak tertandingi.
Spesies Rayap tanah atau Nasutitermes triodiae adalah sejenis rayap tanah yang buta penglihatannya. Di Papua dan Papua Nugini, rayap ini hanya ditemukan di Merauke saja.
Walaupun buta, tetapi rayap ini memiliki keahlian membangun sarang dengan sistem ventilasi yang baik, serta memiliki ruangan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Berada di permukaan tanah, tinggi rumah rayap dapat mencapai 5 meter. Rumah rayap ini berdiri dengan sangat kokoh dan mampu bertahan hingga puluhan tahun lamanya.
Bentuknya rumah rayap ini mengerucut pada bagian atas dan membesar pada bagian bawah, dengan bagian bawah membulat dan ditopang oleh tiang-tiang penyangga yang menyerupai lembaran atau bentuk sisi luar dari buah belimbing yang melekat kuat pada bangunan utama.
Rumah rayap alias musamus khas Merauke Foto: Hari Suroto/Istimewa |
Rumah rayap ini pun sepintas mirip Candi Prambanan. Bahan pembuat rumah rayap terdiri dari pasir kuarsa, tanah liat, dan lumpur. Sebagai perekatnya digunakan kotoran dan air liur rayap itu sendiri.
Dalam bahasa Suku Marind Anim, rumah rayap tanah ini disebut dengan bomi. Namun di Merauke, mereka lebih populer disebut musamus, sehingga dijadikan sebagai logo Universitas Musamus.
Rumah rayap ini hanya ditemukan di daerah vegetasi Eucalyptus dan hutan dataran rendah Merauke. Rayap ini memang hanya ditemukan di Merauke dan Australia bagian utara. Hal tersebut sebagai salah satu bukti, bahwa pada Papua dan Australia pada masa Pleistosen pernah menjadi satu daratan.
Rayap jenis ini memiliki ukuran tubuh sepanjang 5 mm. Mereka hidup secara berkelompok dan dipimpin oleh seekor ratu rayap. Mereka adalah pemakan tumbuhan.
Rumah rayap khas Merauke setinggi manusia Foto: Hari Suroto/Istimewa |
Rayap ini memiliki kebiasaan yang unik. Mereka selalu memberikan makanan bercampur mikro organisme ke rayap lainnya. Hal ini dikenal sebagai proses proctodeal trophallaxis. Rayap mengeluarkan kotoran bercampur mikroba lewat anusnya dan rayap di belakangnya akan memakan kotoran tersebut.
Rayap tersebut pun mengandalkan bakteri simbiosis dari protozoa untuk membantu rayap dalam mencerna selulosa tumbuhan yang menjadi makanan utamanya.
Karena Merauke adalah dataran rendah yang sangat sulit untuk mendapatkan batu, sehingga oleh Suku Marind Anim, bongkahan rumah rayap sering dijadikan sebagai media dalam tradisi memasak bakar batu.
Caranya bongkahan rumah rayap (bomi) dibakar dengan kayu. Setelah merah membara, bongkahan bomi disusun di permukaan tanah. Semua jenis makanan, baik itu tepung sagu, daging kangguru, daging rusa yang telah dibungkus dengan daun pisang, ditaruh di atas bakaran bomi.
Kemudian di atas makanan ditaruh lagi bomi panas. Kemudian ditutup rapat dengan kulit kayu bus, tidak boleh ada celah atau asap yang keluar. Setelah 30 hingga 45 menit, kemudian dibuka atau dibongkar, makanan siap dinikmati.