Latar belakang Yuliani Djaya Negara, founder dari Bali Tangi, sukses sebagai pengusaha ialah menyaksikan anak muda yang mulai melupakan warisan nenek moyang, yang diawali dalam prsentasi produk boreh. Boreh adalah masker tradisional yang berbahan dasar rempah -rempah yang memiliki beragam kasiat didalamnya.
Layaknya para pemakai produk-produk organik nan alami ini, suatu komunitas yang memproduksi maupun yang menyelenggarakan bisnis ini butuh komitmen yang harus terus dipelihara dan dikembangkan. “Saya ingat sekali, saat pertama kali memperkenalkan boreh ini di acara Pesta Kesenian Bali (PKB), sebagian besar menertawakan saya”. Mereka mengatakan, bahwa mereka juga bisa buat boreh. Menimpali komentar tersebut, tak mau membuat dirinya terbawa perasaan, apalagi menyerah, tekadnya memperkenalkan ramuan khas Bali tersebut kepada lintas generasi, harus dilancarkan, agar mereka tak termakan arus ‘melek teknologi’ saja.
Secara garis keras, aturan mendasar Yuliani dalam memproduksi boreh ialah tidak menggunakan bahan kimia sama sekali, inilah yang menjadi incaran wisatawan yang sudah aware betul dengan produk-produk organik, baik untuk diaplikasikan ke tubuh maupun dikonsumsi. Ia kemudian membagi menjadi tiga bagian boreh miyik (wangi), boreh tis (sejuk) dan boreh anget (hangat). Suatu hari, ada salah satu wisatawan yang tertarik dengan boreh-boreh tersebut, wisatawan tersebut menganggap boreh adalah salah satu produk yang menjanjikan, untuk mendukung program hidup sehat yang berkelanjutan. Atas alasan tersebut, Yuliani pun berkesempatan menggelar pameran di luar negeri, Singapura, Thailand dan Cina, atas dukungan yang justru datang dari orang luar.
Setelah mendapat antusiasme tersebut, barulah masyarakat melirik dan mendapat pembinaan dari pemerintah, seperti dalam pengurusan izin produk. Ia pun berkolaborasi dengan akademisi dan profesor di Universitas Udayana dan Universitas Erlangga, untuk pengujian laboratorium dan semakin menguatkan dasar ilmiahnya di balik bahan-bahan yang digunakan, dalam proses pembuatan produk-produk herbal di “Bali Tangi”. Pulau Bali sendiri sudah kaya akan rempah-rempah dan daun-daunan berkhasiat yang sebagian besar dibutuhkan, namun untuk kayu-kayuan seperti mesui, kayu manis, akar wangi, padang resi harus didapatkan di daerah lain di Indonesia. Yuliani pun memberdayakan petani lokal dan memiliki grup komunitas tersendiri lewat layar handphonenya, demi mempermudah berkomunikasi dengan para petani organik hampir di seluruh kabupaten.
Dalam lingkungan keluarga, yang mulai terbangun kesadarannya untuk beralih ke produk organik, tanpa harus membeli ke pasar atau supermarket. Sebenarnya dari kita sudah bisa mulai bercocok tanam, hanya bermodalkan polybag, tanah saja dan air conditioner (AC).
“Tapi ya, harus berproses dalam membudidayakan tanaman organik, jangan asal ingin cepat saja dan instan. Asalkan ada niat pasti berhasil”.
Kini Bali Tangi kian bertransformasi menyajikan produk-produk yang diakui aman dan alami secara ilmiah dan pembelian yang semakin eksclusive. Yuliani pun memilih fokus pada memproduksi kebutuhan spa, yang sinkron akan fungsi daripada produk herbal itu sendiri dalam relaksasi tubuh dan pikiran, tetapi juga baik untuk terapi kesehatan, diantaranya Bali Tangi Massage Oil, Body Scrub, Masker, Herbal Bath & Compress, Aromatheraphy dan lain-lain.
Harapannya produk herbal yang telah dipasarkan di Indonesia betul-betul herbal. Tidak ada lagi kasus di luar Bali yang mengaku herbal, tapi dicampur zat-zat kimia. Hal ini bisa mencoreng bagi potensi produk-produk herbal lainnya di Indonesia. Para herbalis, dalam hal ini harus bersatu, guna mencegah seperti itu kejadian lagi. Tak ketinggalan para ibu-ibu rumah tangga, yang sejatinya masih dekat dengan urusan dapur, mulailah menjadi tonggak harapan untuk memperbaiki pola hidup generasi mereka. Perkenalkanlah produk herbal dari hal-hal kecil terlebih dahulu dalam pencegahan penyakit kepada anak. Jangan malah sebaliknya, menjadikan herbal sebagai jalan terakhir.